Pendidikan

Assessment Adalah: Definisi, Fungsi, Tujuan, dan Perbedaannya dengan Evaluasi dalam Ranah Pendidikan

assesment
Written by Gilang P

Assessment Adalah – Grameds pasti tidak asing dengan istilah “assessment” ini? Yap, jika melihat dalam kamus, istilah ini berarti proses penilaian. Penilaian ini tidak hanya dilakukan oleh guru terhadap kompetensi murid saja lho, tetapi juga sering digunakan dalam proses perekrutan karyawan baru di sebuah karyawan. Maka dari itu, keberadaan assessment tidak akan lepas dari tes untuk menilai bagaimana kompetensi seseorang tersebut dan dapat kerap digunakan pada semua bidang. 

Jika demikian, apakah assessment yang dilakukan guru terhadap kompetensi murid dan proses perekrutan karyawan itu sama? Tentu saja berbeda, sebab dua subjek tersebut memiliki tingkat kompetensi yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Meskipun begitu, kedua subjek tetap membutuhkan assessment yang disertai pula dengan tes untuk menilai bagaimana kemampuan mereka dalam menghadapi suatu permasalahan. Namun dalam artikel ini, kita akan membahas assessment dalam ranah pendidikan alias pada kompetensi siswa. Lalu sebenarnya, apa sih assessment itu? Apa tujuan assessment dilakukan? Yuk simak ulasan berikut ini supaya Grameds memahami hal-hal tersebut!

https://www.pexels.com/

Apa Itu Assessment?

Definisi assessment dalam ranah pendidikan dan perekrutan karyawan di sebuah perusahaan tentu saja berbeda. Hal ini karena subjek dan objek dalam proses pelaksanaannya juga merupakan individu dengan usia dan kompetensi berbeda. Meskipun sebenarnya, assessment ini sama-sama berupa bentuk penilaian atas kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Namun perlu diingat kembali bahwa pada artikel ini, kita akan membahas assessment pada ranah pendidikan ya sehingga berfokus pada kompetensi siswa. 

Istilah assessment ini diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai proses penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu, menurut Kumano (2001), menyatakan bahwa assessment adalah “the process of collecting data which shows the development of learning” alias bentuk penilaian proses belajar siswa. Grameds pasti sudah sering kok menemui assessment ini ketika duduk di bangku sekolah. Hal ini dikemukakan oleh Gabel (1993) yang mengkategorikan assessment menjadi dua kelompok yakni assessment tradisional dan assessment alternatif. 

Dalam assessment tradisional biasanya berupa tes yang jawabannya benar atau salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara dalam assessment alternatif ini biasanya berbentuk non-tes sehingga berupa essay atau uraian, penilaian praktik, penilaian proyek, kuesioner, inventori, penilaian oleh teman sebaya, penilaian diri (self-assessment), portofolio, observasi, diskusi, hingga wawancara. Jika melihat pada bentuk-bentuknya, kebanyakan assessment tersebut dilaksanakan pada mata pelajaran Bimbingan dan Konseling (BK) ya…

Berkaitan dengan hal tersebut, Popham (1995) menyatakan bahwa keberadaan assessment ini sudah seharusnya menjadi bagian dari pembelajaran di sekolah sebab menitikberatkan penilaiannya pada proses belajar siswa. Tidak hanya proses belajarnya saja, tetapi juga kemajuan belajar siswa. Secara umum, informasi yang diperoleh dari kegiatan assessment ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik itu berkaitan dengan kurikulum, program pembelajaran, dan kebijakan sekolah. 

Perlu diketahui juga bahwa keberadaan assessment tidak hanya dilakukan di bangku sekolah saja, tetapi juga perguruan tinggi yang tentu saja subjeknya adalah para mahasiswa.  

Perbedaan Assessment dengan Evaluasi

Banyak orang yang menganggap bahwa assessment ini sama saja dengan evaluasi, padahal sebenarnya kedua hal itu berbeda. Pada dasarnya, evaluasi ini merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh, sehingga bersifat lebih makro. Sementara assessment lebih sempit (mikro), apalagi biasanya pelaksanaannya dilakukan oleh mata pelajaran Bimbingan dan Konseling saja. Nah, berikut ini adalah perbedaan antara assessment dengan evaluasi. 

Perbedaan Assessment dengan Evaluasi

Assessment Evaluasi
Lebih menekankan pada penilaian proses. Lebih menekankan pada hasil belajar.
Berpihak pada kepentingan siswa. Dalam al ini, siswa dapat menggunakan hasil assessment sebagai refleksi perbaikan belajarnya. Berpihak pada kepentingan evaluator.
Penilaian yang dilakukan lebih sempit (mikro), berkaitan dengan kompetensi siswa dan perbaikan program pembelajaran. Dilakukan secara menyeluruh (makro) berkaitan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.
Merupakan salah satu metode yang dipilih dalam evaluasi.  Menggunakan kriteria dan metode yang bervariasi.
Subjek hanyalah siswa. Subjeknya beragam, mulai dari siswa, guru, materi, organisasi, dan lainnya.

Fungsi Assessment

Fungsi assessment yang paling dasar adalah fungsi formatif, yakni untuk memberikan feedback kepada guru dan sekaligus dapat dijadikan dasar dalam upayanya menyempurnakan teknik pembelajarannya. Selain itu, para peserta didik juga dapat turut serta dalam proses peningkatan standar pembelajaran yang ada. 

Sementara itu, menurut Arikunto (2013) mengemukakan fungsi dari asesmen adalah sebagai berikut: 

  1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.
  2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
  3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada orang tuanya.

Tujuan Assessment

Berdasarkan Kompetensi Peserta Didik

Perlu diingat bahwa keberadaan assessment ini tidak hanya diterapkan dalam mata pelajaran Bimbingan dan Konseling saja, tetapi juga pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Menurut Arikunto (2013), menyatakan bahwa tujuan umum dari assessment adalah untuk menentukan seberapa banyak ketercapaian atas indikator kompetensi yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu mata pelajaran. Sementara tujuan lainnya adalah berupa:

  • Menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu.
  • Menentukan kebutuhan pembelajaran.
  • Membantu dan mendorong siswa.
  • Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik.
  • Menentukan strategi pembelajaran.
  • Akuntabilitas lembaga.
  • Meningkatkan kualitas pendidikan.

Berdasarkan Bimbingan dan Konseling

Lain mata pelajaran, maka akan lain pula tujuan dan bentuk dari assessment yang diberikan kepada siswanya. Dalam ranah Bimbingan dan Konseling, keberadaan assessment ini memiliki 12 tujuan yang telah termuat dalam buku Landasan Bimbingan dan Konseling di Indonesia (Karya Lahmuddin Lubis). Dalam buku tersebut, ke-12 tujuan assessment ini dikemukakan oleh Hackney dan Cornier, yakni berupa:

  1. Melancarkan proses pengumpulan informasi. 
  2. Memungkinkan konselor membuat diagnosis yang akurat.
  3. Mengembangkan rencana tindakan yang efektif.
  4. Menentukan tepat atau tidaknya konseli menjalani rencana tertentu.
  5. Menyederhanakan pencapaian sasaran dan pengukuran kemajuan. 
  6. Meningkatkan wawasan insight mengenai diri konseli. 
  7. Mampu menilai lingkungan. 
  8. Meningkatkan proses konseling dan diskusi yang lebih terfokus dan relevan.
  9. Mengindikasikan kemungkinan peristiwa tertentu akan terjadi. 
  10. Meningkatkan minat, kemampuan, dan dimensi kepribadian. 
  11. Menghasilkan pilihan-pilihan. 
  12. Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan

Sedikit trivia saja nih ya, keberadaan konseling itu kan tidak selalu berada di sekolah, dapat juga menjadi sebuah profesi yang subjeknya adalah para masyarakat umum. Maka dari itu, keberadaan assessment juga dapat digunakan di dalamnya. Hal ini dikemukakan pula oleh Hackney dan Cornier dalam buku berjudul Konseling Profesi yang Menyeluruh, bahwa assessment memiliki 6 tujuan yakni:

  1. Mendapatkan informasi tentang permasalahan yang dipaparkan oleh konseli dan permasalahan lain yang terkait dengannya. 
  2. Mengenali variabel pengontrol dan pengkontribusian yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. 
  3. Menentukan apa tujuan/harapan konseli sebagai hasil dari konseling.
  4. Mengumpulkan data dasar yang akan dibandingkan dengan data berikutnya guna menilai dan mengevaluasi kemajuan konseli dan efek dari strategi treatment yang digunakan. 
  5. Mendidik dan memotivasi konseli dengan membagi sudut pandang konselor mengenai situasi tersebut, meningkatkan penerimaan konseli terhadap treatment dan berkontribusi pada perubahan yang merupakan hasil dari terapi. 
  6. Menggunakan informasi yang didapat dari konseli untuk merencanakan cara dan strategi perawatan yang efektif

Bentuk Assessment Dalam Ranah Bimbingan dan Konseling

Kali ini, kita akan membahas mengenai bentuk assessment dalam ranah Bimbingan dan Konseling yang terdapat dua bentuk, yakni berupa tes dan non-tes. Berikut penjelasannya.

1. Assessment Teknik Tes

Dalam assessment ini hanya digunakan oleh para konselor yang telah memiliki sertifikasi khusus, terutama untuk penggunaan teknik tes psikopedagogis. Assessment teknik tes ini adalah prosedur sistematis untuk membandingkan tingkat laku dua individu atau lebih, kemudian dikembangkan lagi untuk mengobservasi sekaligus menggambarkan tingkah laku dengan bantuan skala angka atau kategori tertentu (Cronbach, 1960). Sementara menurut Anne Anastasi dalam buku Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif (Karya Gantina Komalasari), berpendapat bahwa assessment dengan teknik tes ini merupakan suatu pengukuran terhadap suatu sampel tingkah laku yang objektif dan terstandar. Nah, dalam assessment teknik tes ini juga memiliki beberapa jenis, yakni:

  1. Tes Prestasi

Tes prestasi adalah ukuran tingkat perolehan atau pembelajaran seseorang dalam suatu subjek atau tugas. Sebagai instrumen pengukuran, tes prestasi sifatnya lebih langsung daripada tes lainnya. Tes tersebut memberikan pada konseli tipe informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan penting pada pendidikan dan karir. Jika seorang konseli mempunyai kemampuan, minat, atau disposisi kepribadian yang cocok untuk bidang karir yang dipilih, tetapi kurang memiliki pengetahuan atau keahlian, dia dapat membuat langkah positif untuk membetulkan ketidakefisienan tersebut. 

  1. Tes Bakat

Tes bakat bisa didefinisikan sebagai sifat yang mencirikan kemampuan individu melakukan performa di wilayah tertentu atau mencapai pembelajaran yang dibutuhkan bagi performa di wilayah tertentu. Secara teoritis, tes bakat adalah untuk mengukur potensi seseorang mencapai aktivitas tertentu, akan kemampuannya belajar mencapai aktivitas tersebut. Fungsi lain dari tes bakat ini adalah:

  • Mengidentifikasi kemampuan potensial yang tidak didasari individu; 
  • Mendukung pengembangan kemampuan istimewa atau potensial individu tertentu; 
  • Menyediakan informasi untuk membantu individu membuat keputusan pendidikan dan karir atau pilihan lain diantara alternatif- alternatif yang ada; 
  • Membantu memprediksi tingkat sukses akademis atau pekerjaan yang bisa diantisipasi individu;
  • Berguna untuk mengelompokkan individu-individu dengan bakat yang serupa bagi tujuan perkembangan kepribadian dan pendidikan.
  1. Tes Minat

Sesuai dengan namanya, maka tes ini merupakan tes yang mengukur kegiatan/ kesibukan macam apa yang paling disukai seseorang. Asher dkk berpendapat bahwa minat yang dimiliki oleh suatu individu dapat memberikan dampak, yakni sebagai:

  1. Sebagai kondisi psikologis yang ditandai dengan pemusatan perhatian terhadap masalah/aktivitas tertentu, atau sebagai kecenderungan untuk memahami suatu pengalaman yang akan diulang, 
  2. Sebagai suatu rasa senang yang dihasilkan dari adanya perhatian khusus terhadap suatu aktivitas.

Grameds pasti sudah tahu dong jika setiap orang di dunia ini memiliki minat yang berbeda-beda? Yap, Whiterington juga turut mendefinisikan akan minat sebagai suatu kesediaan individu terhadap suatu objek, individu, hal, atau situasi yang berhubungan dengan dirinya. Sementara itu, menurut Crow & Crow dalam buku berjudul Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (karya WS. Winkel & M.M. Sri Hastuti) menyatakan bahwa minat dapat menjadi kekuatan pendorong yang membuat individu memberikan perhatiannya terhadap objek (dapat berupa individu lain, situasi, maupun aktivitas tertentu).

Nah, penggunaan tes minat ini dapat bertujuan untuk membantu orang-orang muda (biasanya diterapkan pula kepada siswa) dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Pada umumnya, hasil dari tes minat ini dapat digunakan dalam 3 bidang terapan lho… yakni konseling karir, konseling pekerjaan, dan penjurusan siswa. Apakah Grameds masih ingat akan teknik minat yang dahulu pernah diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) ketika kita duduk di bangku kelas 12 untuk menentukan jurusan kuliah? 

Penggunaan tes minat ini tidak hanya digunakan kepada siswa kelas 12 untuk menentukan jurusan kuliah saja kok, tetapi juga pada proses perekrutan karyawan di sebuah perusahaan untuk menempatkan calon karyawannya sesuai dengan kemampuan dan ketertarikannya di suatu bidang. 

d) Tes Kepribadian

Tes kepribadian ini biasanya untuk mengukur ciri-ciri kepribadian tetapi bukan khas, melainkan lebih bersifat kognitif, seperti karakter, gaya, temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, jaringan relasi sosial dengan orang lain, dan lainnya. 

2. Assessment Teknik Non-Tes

Berhubung assessment ini bentuknya non-tes, maka baik dalam prosedur perancangan, administrasi, pengolahan, analisis, hingga penafsirannya relatif lebih sederhana. Bentuk tes ini juga paling banyak digunakan oleh para konselor. Adapun jenis-jenis assessment teknik non-tes ada Daftar Cek Masalah (DCM), Alat Ungkap Masalah Umum (AUM-U), Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM PTSDL), Wawancara, Sosiometri, Observasi, Kuesioner, dan masih banyak lainnya.  

Sumber:

Siregar, Siti Wahyuni. Assessment Dalam Bimbingan dan Konseling. 

Wulan, Ana Ratna. Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes, dan Pengukuran. FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. 

Baca Juga!

About the author

Gilang P

Saya menulis sekian banyak tulisan untuk menuangkan apa yang ada di pikiran–tentunya setelah diolah dan diracik sedemikian rupa agar menjadi menarik. Saya pikir, setiap orang bisa menulis tentang apa saja, selama mau belajar memahami.