Pendidikan

Pengertian Pendidikan Inklusif & Bedanya Dengan Eksklusif

Pendidikan Inklusif
Written by Gilang P

Pendidikan Inklusif – Inklusif menjadi istilah untuk menggambarkan masyarakat yang memiliki karakter terbuka terhadap keberagaman budaya yang ada dan memiliki rasa toleransi tinggi, serta dapat menerima dan mudah berinteraksi dengan budaya lain.

Sedangkan sikap eksklusif yaitu kondisi saat sekelompok masyarakat membatasi pergaulan mereka dengan kelompok lainnya, hal ini akan menyebabkan kesan adanya usaha untuk memisahkan diri atau bahkan menutup diri dari pengaruh yang datang dari luar.

Nah, sebenarnya apa sih yang Anda ketahui tentang inklusif dan eksklusif? Apa saja manfaat dari inklusif? Apa perbedaanya antara inklusif dan eksklusif? Bagaimana contoh sikap inklusif dalam kehidupan bermasyarakat? Apa yang dilakukan oleh pemimpin inklusif? dan Bagaimana pendidikan inklusif? Simak penjelasannya berikut ini ya, Grameds!

Apa itu Inklusif dan Eksklusif?

a. Inklusif

Inklusif mulanya berasal dari kata “inclusion” yang memiliki arti mengajak masuk atau mengikutsertakan. Jika dilihat secara istilah, artinya menempatkan dirinya ke dalam cara pandang orang lain/kelompok lain dalam melihat yang ada disekitarnya, melihat dunia, singkatnya berusaha menggunakan sudut pandang orang lain atau kelompok lain dalam memahami suatu masalah. Kita hidup dalam masyarakat yang inklusif dan tiap-tiap orang semestinya bisa bersikap yang inklusif.

Lebih lanjut, Inklusif adalah upaya untuk menempatkan diri ke dalam cara pandang orang lain dalam memandang atau memahami masalah. Inklusif artinya ialah mengajak atau mengikutsertakan. Hal ini mengimplikasikan bahwa sikap ini sangat diperlukan dalam sebuah lingkungan.

Inklusif pada dasarnya adalah memosisikan diri dalam posisi yang sama dengan orang lain atau kelompok lain yang ada di sekitarnya. Hal ini akan membuat orang tersebut berusaha memahami perspektif orang lain atau kelompok lain dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada. Inklusif memiliki ide untuk hidup berdampingan bersama-sama tanpa sekat demi kepentingan bersama juga.

Selain itu, inklusif artinya adalah memosisikan diri untuk mengerti semua sudut pandang yang dimiliki oleh orang lain, sehingga bisa mengambil sebuah keputusan yang sama rata, dan tidak menimbulkan kesenjangan sosial.

Menjadi seorang yang inklusif artinya mampu mengesampingkan ego diri sendiri dan lebih mengedepankan perasaan serta sudut pandang orang lain. Walaupun dalam pengambilan keputusan tidak selalu berdasarkan sudut pandang orang atau kelompok tersebut.

Inklusif merupakan cara untuk membuat hubungan antar manusia menjadi lebih serasi dengan memahami sudut pandang yang berbeda-beda. Jika inklusif bisa diaplikasikan dalam lini kehidupan, maka akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang adil untuk semua orang.

Inklusif erat kaitannya dengan masyarakat. Seperti yang kita ketahui bersama, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.

Jika dilihat dalam kehidupan bermasyarakat, sikap inklusif sangat penting. Masyarakat yang terbuka, ramah kepada siapapun tanpa terkecuali, saling menaruh rasa hormat dan menghargai, serta mengindahkan perbedaan yang ada merupakan ciri-ciri dari lingkungan inklusif.

Sikap inklusif menjadi pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang terbuka, mengajak, dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya.

Masyarakat inklusif merupakan kondisi masyarakat di mana masyarakat tersebut bisa menerima segala keberagaman dan perbedaan serta mengakomodasi ke dalam berbagai tatanan maupun infrastruktur dalam kehidupan masyarakat.

Dalam masyarakat inklusif, ada beberapa perbedaan seperti suku, agama, ras, dan budaya. Kemampuan dalam menerima dan menghargai perbedaan menjadikan terbentuknya masyarakat inklusif. Masyarakat inklusif tentunya memiliki rasa toleransi yang tinggi dengan menghargai perbedaan yang ada dan tetap bersatu.

b. Eksklusif

Sedangkan sikap eksklusif yaitu cara pandang seseorang terhadap adanya sebuah perbedaan.

Di antara inklusif dan eksklusif, sikap inklusif cenderung erat kaitannya dengan pandangan positif terhadap sebuah perbedaan. Berbeda dengan sikap inklusif, sikap eksklusif justru menjadi cara pandang negatif terhadap sebuah perbedaan.

Manfaat Inklusif dan Eksklusif

a. Inklusif

Sikap inklusif dalam kehidupan bermasyarakat memiliki beberapa manfaat, antara lain:

  1. Bisa menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri seseorang
  2. Bisa menghargai pesan budaya sesuai dengan tradisi yang selama ini dianut
  3. Dapat menghargai perbedaan yang ada sebagai sesuatu yang wajar
  4. Bisa lebih mengembangkan kecakapan berkomunikasi secara produktif yang berguna mempersiapkan kehidupan yang lebih baik
  5. Mampu menghargai diri sendiri dan tentunya orang lain di sekitarnya
  6. Memiliki hak dan kewajiban yang sama
  7. Kehidupan masyarakat yang terbuka dan cerdas
  8. Adanya calon-calon pemimpin di masa depan yang bisa disiapkan untuk bisa berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam masyarakat
  9. Tidak ada lagi perbedaan yang membedakan dalam lingkungan masyarakat
  10. Tatanan masyarakat menjadi lebih dekat antar sesama

Sikap inklusif harus tertanam pada diri kita sejak dini, sejak kita masih kecil agar kita paham bahwasanya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain.

b. Eksklusif

Sikap eksklusif cenderung tidak memiliki manfaat. Bangsa Indonesia diajak untuk menghilangkan sikap eksklusif yang bisa merusak potensi sebagai bangsa yang majemuk dan memiliki banyak perbedaan.

Perbedaan antara Inklusif dan Eksklusif

Jika dilihat perbedaannya dari segi bahasa, inklusif dalam bahasa Inggris disebut sebagai (inclusion) yang berarti tindakan untuk mengajak atau mengikutsertakan. Sedangkan eksklusif merupakan tindakan untuk membatasi atau bahkan memisahkan diri. Lawan kata dari inklusif adalah eksklusif yang berasal dari kata “exclusion” yang berarti memisahkan atau mengeluarkan.

Memiliki sifat terbuka terhadap adanya keragaman budaya, mempunyai rasa toleransi tinggi, dan bisa menerima sekaligus berinteraksi dengan budaya yang lain merupakan ciri yang menggambarkan istilah sikap inklusif.

Sedangkan sikap eksklusif yaitu kondisi saat sekelompok masyarakat membatasi pergaulan mereka dengan kelompok lainnya, hal ini akan menyebabkan kesan adanya usaha untuk memisahkan diri atau bahkan menutup diri dari pengaruh yang datang dari luar.

Jika kita melihatnya dengan cermat, sikap inklusif dan eksklusif pada intinya adalah cara seseorang memandang perbedaan yang ada. Memandang positif perbedaan yang ada merupakan salah satu ciri khas dari sikap inklusif, Sebaliknya, memandang negatif perbedaaan yang ada merupakan ciri khas sikap eksklusif.

Memandang positif perbedaan yang ada merupakan ciri dari sikap inklusif. Berbanding terbalik dengan sikap eksklusif yang lebih memandang negatif perbedaaan yang ada.

Inklusif yaitu memahami sesuatu sudut pandang orang atau kelompok lain. Sedangkan eksklusif merupakan sikap yang lebih mengutamakan sudut pandang diri sendiri, sehingga membuat orang tersebut akan sulit menemukan teman dalam lingkungan bermasyarakat.

Contoh Sikap Inklusif dalam Kehidupan Bermasyarakat

Kita bisa menemukan contoh sikap inklusif dalam kehidupan masyarakat. Contoh dari sikap inklusif dari hal-hal kecil di keseharian saja, misalnya saat musim biasanya jalanan rusak.

Jalanan rusak akan mengganggu aksesibilitas orang-orang yang melalui, terlebih bagi orang tua lanjut usia, anak-anak kecil, ibu hamil, dan orang-orang lain dengan kondisi kesehatan kurang baik yang membutuhkan bantuan secara khusus.

Selain itu, ada warga di lingkungan yang memiliki inisiatif untuk melaporkan jalanan rusak ini kepada pihak yang berwenang. Selain melaporkan, ada cara lain seperti gotong royong untuk menutup jalanan rusak dengan papan agar warga lain nyaman bisa menggunakan jalan dengan nyaman.

Hal-hal yang Dilakukan oleh Pemimpin Inklusif

Bagaimana konsep kepemimpinan inklusif? Apa saja yang biasa dilakukan oleh pemimpin inklusif? Berikut ini penjelasannya untuk Grameds!

1. Berupaya memahami alam bawah sadarnya

Ketika berpikir, acap kali kita tidak bisa menahan diri untuk memiliki pemikiran bias, yang akan berujung seperti menghakimi orang lain. Pemikiran yang seperti ini akan menyebabkan seorang tersebut susah memahami sudut pandang yang dimiliki orang lain.

Pemimpin yang memiliki sikap inklusif, harus bisa memahami apa yang dipikirkan di alam bawah sadarnya. Selain itu, mereka harus selalu melakukan perbincangan dengan hati dan pikiran mereka. Otak seorang pemimpin inklusif akan selalu memahami bias di bawah alam sadarnya.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat diadakan rapat, tentunya akan ada notulensi. Nah, saat akan memilih notulensi, seorang pemimpin yang inklusif akan memilih wanita untuk menjadi notulensi itu. Pemimpin inklusif memahami mengapa yang dipilih untuk menjadi notulensi adalah wanita, bukan pria.

Pemimpin inklusif tentunya akan berusaha memahami bias bawah sadar mereka bahwa wanita umumnya memiliki karakter yang lebih rapi dalam mencatat dibandingkan pria. Hal ini menjadi alasan mengapa seorang wanita lebih sering dipilih untuk menjadi notulensi saat diadakan rapat.

2. Saat membuat aturan tidak tertulis, seorang pemimpin akan membuat sejelas mungkin

Sikap inklusif adalah sikap yang bisa memahami sudut pandang orang lain. Begitu pun pada pemimpin yang inklusif, ia haus selalu berusaha memahami sudut pandang orang lain, termasuk dalam hal setiap orang memiliki latar belakang, kepercayaan, dan budaya yang berbeda.

Sikap ini mengimplikasikan bahwa seseorang tidak bisa menggeneralisasikan semua orang adalah sama. Contohnya adalah, saat rapat sedang berlangsung, seorang pemimpin menemukan salah satu anggota rapat yang tidak bertanya atau bersuara.

Setelah ditanya secara langsung kepada anggota rapat itu, ternyata anggota tersebut diajarkan oleh keluarganya agar tidak menyanggah perkataan orang lain.

Dari hal ini, pemimpin inklusif akan berupaya membuat aturan tidak tertulis secara jelas. Seperti misalnya menyampaikan kepada anggota tersebut agar tidak ragu dalam memberikan pendapat saat rapat sedang berlangsung. Sehingga anggota rapat yang tadi sungkan untuk berpendapat, akan mengemukakan pendapat dan bersuara ketika rapat.

3. Tidak mengabaikan hal-hal kecil

Salah satu hal penting bagi pemimpin inklusif yaitu tidak mengabaikan hal-hal kecil. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, saat anggotanya sedang sakit, pemimpin inklusif akan mencoba bertanya tentang keadaan anggotanya tersebut.

Hal-hal kecil sering kali dianggap sebelah mata. Namun, percayalah dengan tidak mengabaikan hal-hal kecil dan sederhana justru akan menjadi suatu hall baik yang dimiliki oleh seorang pemimpin.

4. Mencoba memahami latar belakang seseorang

Kita sudah paham bahwa setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Namun, tidak semua orang bisa menghormati satu sama lain. Pemimpin inklusif akan berupaya memahami, kalau tiap orang pasti berbeda-beda. Setiap kepala punya pemikiran yang berbeda-beda dan ini harus dipahami oleh pemimpin yang inklusif.

Hal ini akan membuat pemimpin inklusif akan mencoba membuka pikiran dan hati mereka untuk mengerti bahwa orang lain di sekitar memiliki latar belakang yang berbeda dari dirinya sendiri dan hal tersebut harus bisa dihormati.

5. Selalu percaya semua orang sama, meskipun tidak semua orang memiliki kesamaan

Semua orang, termasuk seorang pemimpin inklusif akan percaya bahwa setiap manusia yang diciptakan di bumi ini oleh Tuhan memiliki derajat yang sama. Namun, semua sebenarnya berada di sisi yang sama.

Pemimpin inklusif memahami, meskipun setiap orang lahir dan hidup dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda. Tetapi, semua orang memiliki derajat, hak, dan kewajiban yang sama.

Hal ini akan membuat pemimpin inklusif tidak akan membeda-bedakan seseorang berdasarkan latar belakangnya, namun akan tetap berusaha untuk memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada semua orang.

Apa itu Pendidikan Inklusif?

Inklusif bukan saja dipahami sebagai sikap baik seseorang atau pemimpin, tetapi juga bisa diterapkan dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan, inklusif berarti pendidikan yang ramah terhadap semua orang tanpa melihat dari mana ia berasal dan latar belakang yang berbeda-beda.

Pendidikan Inklusif

Unsplash.com/CDC

United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) membuat pendidikan inklusif dengan tujuan memberikan pendidikan yang baik untuk semua orang, baik yang ada di perkotaan maupun yang ada di pedesaan. Setiap orang yang ingin belajar tidak boleh dibedakan dari derajat sosial orang tuanya, fisik, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan kepercayaan yang dianut.

Apa yang dilakukan oleh UNESCO tentang pendidikan inklusif ini selaras dengan filosofi pendidikan yang diterapkan di Indonesia, yaitu tidak ada batasan akses terhadap pendidikan yang disebabkan oleh kondisi awal yang menjadi latar belakang seorang pelajar. Oleh karena itu, pendidikan bisa didapatkan secara adil kepada seluruh warga negara tanpa memandang latar belakangnya.

Pendidikan inklusif berkaitan dengan sekolah inklusif. Mutakhir ini, sekolah inklusif mulai dikembangkan di Indonesia. Sekolah inklusif merupakan sekolah dengan pendidikan terpadu yang berorientasikan pada anak yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan inklusif pada dasarnya sekolah harus bisa menyesuaikan kebutuhan muridnya secara individu, mulai dari kurikulum, metode pembelajaran, sarana-prasarana, sistem pendidikan, hingga tenaga pendidiknya.

Pendidikan inklusif memiliki beberapa manfaat, di antaranya bisa mengoptimalkan hal-hal yang menjadi kelebihan seorang anak. Nantinya, anak dapat belajar dengan nyaman sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Selain itu, pendidikan inklusif sangat baik diterapkan bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Di mana orientasi diri lebih besar dibandingkan anak biasa.

Peran Orang Tua dalam Pendidikan Inklusif

Orang tua juga memiliki peran dalam pendidikan inklusif, lho. Grameds bisa membaca buku Pendidikan Orang Tua dalam Pendidikan Inklusif garapan Farida Kurniawati. Buku ini menjelaskan bahwa berbagai pihak, mulai dari orang tua dan unsur lain yang ada di sekolah maupun di lingkungan masyarakat di mana ada anak berkebutuhan khusus di sekitarnya yang harus disikapi dan berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus dengan cara yang berbeda. Buku disusun dengan bahasa yang mudah dipahami dan dicerna oleh pembacanya.

Pendidikan Inklusif

Buku lain yang berkaitan dengan pendidikan inklusif yaitu ada Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif karya Dr. Rasmitadila, M.Pd. Dalam buku ini menerangkan bahwa pendidikan inklusif adalah salah satu bentuk layanan pendidikan yang memberikan peluang kepada semua anak yang memiliki karakteristik, kekuatan, kelemahan, dan hambatan yang dimiliki.

Tujuan adanya pendidikan inklusif yaitu agar mutu pendidikan meningkat, mengikutsertakan semua pihak yang terlibat, dengan begitu pendidikan bisa diakses oleh semua orang tanpa terkecuali.

Cara yang bisa dilakukan dalam mengembangkan pendidikan inklusif di Indonesia yaitu dengan membenahi dahulu kompetensi guru dan calon guru, ini menyangkut dengan mahasiswa pendidikan dan psikologi untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Hal ini berarti, guru diharuskan mengidentifikasikan dan mencoba memahami karakter dari semua siswa ABK. Hal ini bertujuan agar bisa merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan para siswa.

Pendidikan Inklusif

Selanjutnya ada buku berjudul Sekolah untuk Semua Teori & Implementasi Inklusi karya J. David Smith

Pendidikan Inklusif

Buku ini menyuguhkan sebuah perspektif dan cara pandang ihwal teori dan implementasi pendidikan inklusi melalui analisis dan bahasan yang komprehensif dan memadai disertai dengan berbagai ilustrasi dan contoh kasus luar biasa. Tentu saja, buku Sekolah untuk Semua Teori & Implementasi Inklusi karya J. David Smith

akan bermanfaat bagi para guru—baik yang masih pemula maupun yang sudah berpengalaman—dalam bidang pendidikan inklusi. Penulis buku ini sendiri sudah mempraktikkan dan menerapkannya.

BACA JUGA:

  1. Teori Belajar Kognitif dan Tokoh yang Mengembangkannya 
  2. Perkembangan Kognitif: Pengertian, Teori, dan Tahapannya 
  3. Inovasi Pendidikan: Pengertian, Contoh, Sasaran 
  4. Pengertian Kependidikan: Unsur-Unsur, Tugas, dan Syarat-syaratnya 
  5. Kemampuan Kognitif untuk Berpikir 

About the author

Gilang P

Saya menulis sekian banyak tulisan untuk menuangkan apa yang ada di pikiran–tentunya setelah diolah dan diracik sedemikian rupa agar menjadi menarik. Saya pikir, setiap orang bisa menulis tentang apa saja, selama mau belajar memahami.