Pendidikan

Pengertian AKM: Tujuan, Konsep, dan Komponen

Pengertian AKM
Written by Gilang P

AKM Adalah – Apakah Grameds sering mengikuti perkembangan kurikulum pendidikan di negara kita ini? Yap, setelah tahun 2006, pihak pemerintah telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang kemudian terjadi perbaikan dengan perubahan menjadi Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013 tersebut, pembelajaran lebih ditekankan pada standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar pengelolaan. Perubahan-perubahan tersebut sengaja dilakukan guna mendapatkan sumber daya manusia yang bermutu dan siap bersaing dalam dunia kerja kelak.

Pada tahun 2000-an silam, pasti Grameds sudah tidak asing dong dengan keberadaan Ujian Nasional atau UN? Nah, pada tahun 2020 lalu, Menteri Pendidikan kita telah resmi mengganti Ujian Nasional (UN) tersebut menjadi Asesmen Nasional. Dalam Asesmen Nasional ini akan mencakup Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter (SK) bagi para peserta didik di jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Akhir. Lalu sebenarnya, apa sih AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini? Apa tujuan dari adanya AKM ini bagi kualitas pendidikan di negara kita? Bagaimana pula komponen dalam penyusunan sebuah AKM di sebuah lembaga pendidikan? Nah, supaya Grameds memahami akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

Pengertian AKM

https://www.pexels.com/

Memahami Apa Itu Asesmen Nasional

Asesmen Nasional ini sebenarnya adalah sebuah program penilaian terhadap mutu yang dimiliki oleh sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan tersebut nantinya akan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar, yakni berupa literasi, numerasi, dan karakter. Tidak hanya itu saja, kualitas dari proses pembelajaran dan iklim satuan pendidikan juga disinyalir mampu mendukung proses belajar-mengajar.  Nah, di dalam Asesmen Nasional ini nantinya akan menghasilkan informasi-informasi akan penilaian mutu satuan pendidikan, yang mana diperoleh dari adanya 3 instrumen utama, yakni:

  1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yang mengukur kompetensi didasarkan pada literasi membaca dan numerasi dari peserta didik.
  2. Survei Karakter (SK), yang mengukur akan sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan dari peserta didik sehingga akan mencerminkan karakter mereka.
  3. Survei Lingkungan Belajar, yang mengukur kualitas dari berbagai aspek input dan proses pembelajaran di kelas maupun di tingkat sekolah.

Sayangnya, meskipun Asesmen Nasional ini dinilai sebagai pengganti Ujian Nasional yang lebih baik, tetapi ternyata banyak peserta didik, orang tua murid, guru, hingga kepala sekolah yang merasa gelisah akan penghapusan Ujian Nasional. Maka dari itu, perlu dilakukannya sosialisasi akan pengadaan Asesmen Nasional secara menyeluruh supaya informasi yang tersampaikan benar-benar tepat guna.

Pengertian AKM (Asesmen Kompetensi Minimum)

Pada dasarnya, AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini adalah salah satu bentuk dari Asesmen Nasional yang terdiri atas survei karakter, survei lingkungan belajar, hingga asesmen kompetensi minimum itu sendiri. Yap, asesmen atau penilaian atau langkah yang digunakan oleh pendidik untuk mengukur hasil belajar dari para peserta didiknya. Hasil belajar tersebut meliputi bagaimana proses belajarnya, kemajuan dalam berpikir, dan upaya perbaikan hasil belajar sebelumnya (remedial).

Meskipun AKM ini disebut-sebut sebagai pengganti dari Ujian Nasional (UN), tetapi perannya tetap sama kok yakni untuk mengevaluasi prestasi dan hasil belajar siswa secara individual. Tidak hanya itu saja, AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini akan menyajikan beragam masalah dengan konteks yang berbeda-beda, yang nantinya diharapkan mampu untuk dituntaskan oleh peserta didik berdasarkan kemampuan literasi dan numerik yang mereka miliki.

Dalam AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini, lebih menekankan pada dua konteks dasar yakni literasi dan numerasi. Pada kompetensi literasi, diharapkan bahwa kemampuan membaca, menulis, dan mengolah informasi serta pengetahuan yang dimiliki dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Sementara itu, pada kompetensi numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika sebagai dasar untuk menyelesaikan berbagai kompleksnya masalah peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Berhubung AKM ini adalah bentuk penyederhanaan dari Ujian Nasional (UN), makanya materi yang diujikan juga hanya ada tiga saja yakni bahasa (literasi), matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter. Adapun pada soal AKM bahasa (literasi) dan matematika (numerasi) akan mengacu pada PISA (Program for International Student Assessment).

Banyak sumber yang mengatakan mengapa AKM ini dilaksanakan pada tengah jenjang, sebab:

  • Memberikan waktu bagi sekolah dan para guru untuk melakukan perbaikan sebelum peserta didik lulus.
  • Supaya tidak dapat dijadikan sebagai alat seleksi bagi peserta didik, yang mana akan menimbulkan rasa stress bagi anak-anak dan orang tua.

Pengertian AKM

Tujuan AKM

AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum yang disusun oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini memiliki tujuan umum, yakni berupa untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam upaya menyelesaikan suatu permasalahan dengan metode penalaran, bukan sekadar hafalan saja. Selain itu, melalui AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) juga diharapkan pada proses pembelajarannya dapat berjalan secara inovatif. Nah, melalui pembelajaran yang inovatif ini, nantinya akan tercapai peningkatan kemampuan bernalar para peserta didik yang berorientasi pada kompetensi literasi dan numerasi. Tidak hanya itu saja, melalui adanya AKM ini, diharapkan tercapainya informasi untuk mengevaluasi mutu pendidikan yang ada di suatu wilayah.

Menurut Ismail, AKM memang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bernalar dengan menggunakan kekuatan literasi dan numerasi serta penguatan pendidikan karakter. Namun, hasil dari AKM tersebut tidak lantas menjadi tolok ukur keberhasilan dari masing-masing peserta didik, sebab AKM juga berkaitan pula dengan mutu sekolah dan pendidikan secara menyeluruh. Soal-soal yang ada di AKM akan menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks, yang mana diharapkan mampu diselesaikan secara baik oleh peserta didik menggunakan kemampuan literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. Tidak hanya itu saja, melalui pengujian literasi dan numerasi ini, AKM juga dapat meningkatkan High Order Thinking skills (HOTs) pada peserta didik.

Grameds pasti sudah tahu dong jika seringkali dalam kehidupan sehari-hari, para siswa akan dihadapkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan penerapan matematika, baik secara personal, masyarakat, pekerjaan, dan ilmiah. Lagipula, penguasaan matematika yang baik juga dapat membantu peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Konsep AKM

Dalam AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini, nantinya akan terdiri atas literasi membaca-numerasi, survei karakter, dan survei lingkungan belajar. Nah, berikut adalah penjabarannya:

1. Literasi Membaca dan Numerasi

Literasi membaca dan numerasi adalah suatu kompetensi mendasar yang mana memang diperlukan oleh semua peserta didik dari jenjang Sekolah Dasar hingga Menengah Akhir, supaya dirinya dapat belajar dan berkontribusi pada masyarakat. Pengukuran literasi dan numerasi ini justru dapat mendorong guru untuk lebih berfokus pada pengembangan daya nalar dibandingkan pengetahuan konten yang luas tetapi malah dangkal.

2. Survei Karakter

Sebenarnya, karakter yang dimiliki oleh setiap peserta didik itu memang akan sulit diukur secara mendalam, terutama dengan menggunakan asesmen berskala besar. Meskipun demikian, Survei Karakter ini dapat memberikan informasi mengenai sikap, nilai, dan kebiasaan yang mencerminkan adanya profil Pelajar Pancasila. Melalui Survei Karakter ini, nantinya akan memberikan sinyal kepada institusi pendidikan memang perlu memperhatikan tumbuh kembang dari setiap peserta didiknya secara utuh. Perhatian atas tumbuh kembang tersebut mencakup dimensi kognitif, afektif, dan spiritual.

3. Survei Lingkungan Belajar

Dalam Survei Lingkungan Belajar ini akan mengukur beberapa hal, yakni:

  • Kualitas pembelajaran.
  • Iklim keamanan dan inklusif sekolah.
  • Refleksi guru.
  • Perbaikan praktik pengajaran.
  • Latar belakang keluarga peserta didik.

Melalui informasi yang dihasilkan dari Survei Lingkungan Belajar ini, nantinya akan berguna untuk melakukan sebuah diagnosis akan masalah dan perencanaan perbaikan pembelajaran oleh pihak guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan setempat. Bahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga turut menjabarkan konsep AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini, yakni:

“AKM mengukur kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan, juga sesuai dengan pengertian Literasi Membaca dan Numerasi yang telah disampaikan terdahulu, soal AKM diharapkan tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif. Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Pada Numerasi konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar. Tingkat kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Proses kognitif pada Literasi Membaca dan Numerasi dibedakan menjadi tiga level. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran.” 

Pada konteks nantinya akan menunjukkan aspek kehidupan atau situasi pada konten yang digunakan. Nah, dalam AKM ini, konteksnya akan dibedakan menjadi tiga hal yakni personal, sosial budaya, dan saintifik. Kemudian, hasil AKM tersebut akan dilaporkan menjadi empat kelompok yang menggambarkan tingkat kompetensi yang berbeda. Urutan tingkat kompetensi tersebut adalah

  1. Perlu Intervensi Khusus
  2. Dasar
  3. Cakap
  4. Mahir

Pengertian AKM

Komponen AKM

Dalam AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini, terdapat tiga komponen penting yang mana ketiganya mewakili pengertian dari literasi membaca dan numerasi. Komponen-komponen AKM tersebut adalah konten, konteks, dan tingkat kognitif. Selain itu, soal-soal yang digunakan dalam AKM ini juga diharapkan dapat mengukur beberapa komponen tersebut.

Konten

Komponen konten pada bagian literasi membaca lebih mengacu pada berbagai jenis teks yang digunakan, yakni berupa teks informasi dan fiksi. Nah, berikut adalah uraiannya:

  1. Teks Informasi: Teks yang bertujuan untuk memberikan fakta, data, dan informasi terutama untuk pengembangan wawasan serta ilmu pengetahuan yang tentu saja bersifat ilmiah.
  2. Teks Fiksi: Teks yang bertujuan memberikan pengalaman hiburan, cerita, dan renungan bagi pembaca.

Sementara itu, komponen konten pada bagian numerasi lebih menekankan pada kemampuan bilangan, pengukuran dan geometri, data dan ketidakpastian, serta aljabar. Nah, berikut adalah uraiannya:

  1. Bilangan: Kemampuan yang meliputi representasi, sifat urutan, dan operasi beragam jenis bilangan (cacah, bulat, pecahan, desimal).
  2. Pengukuran dan Geometri: Kemampuan untuk mengenal bangun datar, termasuk menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan sehari-hari. Serta pemahaman tentang pengukuran panjang, berat, waktu, volume dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku.
  3. Data dan Ketidakpastian: Kemampuan pemahaman, interpretasi, serta penyajian data maupun peluang.
  4. Aljabar: Kemampuan tentang persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi.

Konteks

Komponen AKM berupa konteks ini akan berkaitan erat dengan aspek kehidupan atau situasi yang terjadi pada konten yang tengah digunakan. Dalam komponen konteks terutama pada bagian literasi membaca dan numerasi, dapat dibagi menjadi 3 hal yakni personal, sosial budaya, dan saintifik. Nah, berikut ini adalah uraian dari 3 konteks Literasi dan Numerasi tersebut:

  1. Personal: berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi.
  2. Sosial Budaya: berkaitan dengan kepentingan antar individu, budaya dan isu kemasyarakatan.
  3. Saintifik: berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang telah dilakukan maupun futuristik.

Tingkat Kognitif

Komponen AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum yang terakhir adalah proses kognitif yang mana berkaitan dengan cara berpikir yang dibutuhkan oleh para peserta didik dalam upaya menyelesaikan masalah atau soal. Pada aspek bagian literasi membaca dan numerasi, tingkat kognitifnya dibagi menjadi 3 level. Jika dalam proses kognitif untuk literasi membaca, akan terdiri atas menemukan informasi, interpretasi dan integrasi, serta evaluasi dan refleksi.

Nah, berikut adalah uraian mengenai komponen tingkat kognitif literasi adalah:

  1. Menemukan informasi: Meliputi kemampuan mencari, mengakses, serta menemukan informasi tersurat dari wacana.
  2. Interpretasi dan integrasi: Kemampuan memahami informasi tersirat atau tersurat, memadukan interpretasi antar bagian teks untuk menghasilkan inferensi.
  3. Evaluasi dan refleksi: Kemampuan menilai kredibilitas, kesesuaian maupun keterpercayaan teks, serta mampu mengaitkan isi teks dengan hal lain di luar teks

Sementara itu, untuk numerasi adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran. Nah, berikut adalah uraian mengenai komponen tingkat kognitif numerasi adalah:

  1. Pemahaman: Kemampuan memahami fakta, prosedur, serta alat matematika.
  2. Penerapan: Kemampuan menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang bersifat rutin.
  3. Penalaran: Bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah bersifat non rutin.

Pengertian AKM

Ragam Butir Soal AKM

Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini menjadi inovasi dari Ujian Nasional (UN) yang telah “diciptakan” oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2020. Maka dari itu, bentuknya juga akan hampir sama dengan Ujian Nasional. Nantinya, peserta didik akan menjawab soal AKM yang telah tersaji dalam lima bentuk, diantaranya:

  1. Pilihan ganda: Siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
  2. Pilihan ganda kompleks: Siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu soal.
  3. Menjodohkan: Siswa menjawab dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
  4. Isian singkat: Siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
  5. Uraian: Siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.

Kemudian, jumlah soal yang diujikan dalam AKM ini juga beragam dengan menyesuaikan pada tingkatan atau jenjang pendidikan. Untuk kelas 5 SD, soal AKM akan berjumlah 30 soal dengan masing-masing adanya literasi dan numerasi. Kemudian untuk kelas 8 dan kelas 11, soal AKM akan berjumlah 36 soal.

Lalu, dalam pengerjaan AKM, dilaksanakan secara adaptif ya… Maksudnya, setiap peserta didik akan mengerjakan soal sesuai dengan kemampuan peserta didik itu sendiri. Selain itu, peserta didik juga dapat berlatih mengerjakan soal-soal AKM di laman yang telah disediakan oleh Kemendikbud Ristek.

Pengertian AKM

Nah, itulah penjelasan mengenai apa itu AKM dan apa saja komponen yang harus terdapat dalam soal-soal di AKM sebagai pengganti Ujian Nasional (UN). Apakah Grameds sudah pernah berlatih mengerjakan soal-soal AKM ini?

Sumber:

Humam, M. R. F. (2022). Problematika pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum pada siswa Kelas 5 SDN Ketawanggede Kota Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Apa yang dimaksud dengan AKM?

AKM adalah singkatan dari Asesmen Kompetensi Minimum. Mengutip Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud, AKM merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat.

AKM meliputi apa saja?

Komponen AKM. Dalam AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini, terdapat tiga komponen penting yang mana ketiganya mewakili pengertian dari literasi membaca dan numerasi. Komponen-komponen AKM tersebut adalah konten, konteks, dan tingkat kognitif.

Apakah AKM itu penting?

AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu dipelajari semua murid tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh murid akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.

Apakah AKM wajib diikuti?

Tidak. AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu dipelajari semua murid tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh murid akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama.

Baca Juga!

About the author

Gilang P

Saya menulis sekian banyak tulisan untuk menuangkan apa yang ada di pikiran–tentunya setelah diolah dan diracik sedemikian rupa agar menjadi menarik. Saya pikir, setiap orang bisa menulis tentang apa saja, selama mau belajar memahami.