Keluarga adalah merupakan lingkungan awal dan yang paling utama bagi anak-anak. Sebagai anggota keluarga, orang tua memiliki tanggung jawab penting dalam pendidikan anak, sehingga dapat bisa dikatakan bahwa orang tua di dalam keluarga adalah merupakan pendidik yang utama dan pertama.
Keluarga juga memiliki peran penting dalam membangun karakter dalam perkembangan emosi anak. Oleh sebab itu, orang tua di dalam keluarga wajib meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam memberikan pendidikan dan pengasuhan kepada anak-anak. Agar anak-anak memiliki pendidikan dan perkembangan secara mental yang baik.
Memperhatikan proses pendidikan dan pengasuhan pada anak, sering terjadi pada orang tua menghadapi berbagai rintangan dan permasalahan. Berbagai rintangan dan permasalahan yang dihadapi para orang tua cukup variatif.
Beberapa tantangan yang sering terjadi dalam pengasuhan terhadap anak-anak adalah anak-anak sering kali tidak mau mendengarkan perkataan dari orang tua, sering terjadi anak tidak mau belajar, berbuat atas kehendaknya sendiri, sering membantah perkataan dari orang tua, sering lupa waktu ketika bermain games.
Permasalahan ini dapat terjadi bisa disebabkan karena komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dengan anak. Sabar dan juga tenang dalam menghadapi setiap persoalan menjadi sebuah keniscayaan. Terlebih saat berhadapan dengan anak-anak. Jika hati orang tua tenang, maka suasana saat berkomunikasi dengan anak juga akan penuh dengan keceriaan dan kehangatan.
Memperkenalkan perhatian penuh ke dalam kehidupan anak-anak dan remaja kita mungkin adalah hadiah terbesar yang dapat kita tawarkan.
Perhatian membangun kecerdasan emosional, meningkatkan kebahagiaan, meningkatkan rasa ingin tahu dan keterlibatan, mengurangi kecemasan dan depresi, meredakan rasa sakit akibat trauma, dan membantu anak-anak (dan orang dewasa) fokus, belajar, dan membuat pilihan yang lebih baik.
Jika itu tidak cukup, penelitian sekarang menunjukkan bahwa perhatian secara signifikan meningkatkan apa yang oleh para psikolog disebut “berkembang” kebalikan dari depresi dan penghindaran.
Ciri komunikasi yang baik dalam sebuah keluarga ialah ketika orang tua dan anak bisa saling memahami satu sama lain dan tidak mengedepankan ego nya masing-masing. Agar komunikasi dalam sebuah keluarga dapat terjalin baik, maka sebelum berkomunikasi dengan anak-anak alangkah baiknya berkomunikasi pada diri sendiri.
Membicarakan tema terkait Parenting, dalam artikel ini akan membahas buku dengan judul Growing Up Mindful karya Christopher Willard dimana isi buku tersebut menjelaskan tentang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan anak.
Mari kita simak artikel ini selengkapnya.
Belajar Sains Sulit dan Membosankan? Kamu Bisa Belajar Sains dengan Seru dan Menyenangkan Disini!
Table of Contents
Tentang Buku Growing Up Mindful
Penulis: Christoper Willard, Psyd
Tanggal Terbit: September 2020
Penerbit: Bentang Pustaka
Jumlah Halaman: 296 Halaman
ISBN: 9786022917281
Sinopsis Growing Up Mindful
Komunikasi merupakan hal yang penting dalam melakukan suatu hubungan apalagi di dalam keluarga. Cara komunikasi yang dilakukan orang tua memiliki peran penting dalam mempengaruhi perkembangan emosi dan kemandirian anak.
Seringkali terdapat permasalahan komunikasi yang dapat mempengaruhi hubungan antar individu termasuk hubungan antara orang tua dengan anaknya dalam suatu keluarga. Yang harus diperhatikan adalah ketika komunikasi dari orang tua dilakukan dengan cara yang tidak tepat, maka bisa memunculkan respon yang tidak diharapkan dari anak.
Memiliki komunikasi yang tepat, bisa membantu membentuk perilaku positif dari anak. Jadi, orang tua seharusnya memiliki komunikasi yang efektif, sehingga dapat membantu dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anak di dalam keluarga.
Keterampilan komunikasi efektif dalam melakukan pengasuhan untuk anak-anak dapat dibangun dengan berbagai cara dan metode, salah satunya adalah menerapkan metode mindful parenting yaitu sebuah metode mengasuh dengan sebuah kesadaran.
Penerapan mindful parenting oleh orang tua kepada anaknya bisa berdampak kepada meningkatkan kepuasaan dalam melakukan pengasuhan, dapat mengurangi stres, bisa menurunkan agresivitas dari anak, meningkatkan perilaku anak dalam bersosial, meningkatkan kualitas komunikasi verbal dan non verbal antara orang tua dan anak.
Selain itu, dapat menumbuhkan dan mempertahankan kontak yang efektif yang merupakan paling dasar, serta bisa efektif dalam membantu upaya pengasuhan para orangtua dari anak penyandang autis dan ADHD.
Review Buku Growing Up Mindful
Buku ini diawali dengan membahas bahwa banyak yang beranggapan anak-anak harus memiliki kemampuan seperti kecerdasan emosi, rasa ingin tahu yang tinggi, berani mengambil keputusan, dan berdaya juang di masa yang akan datang. Salah satu cara yang digunakan untuk menyiapkannya, yaitu dengan melatih mindfulness kepada mereka. Selama ini, mungkin banyak yang berfikir bahwa mindfulness atau kesadaran pikiran hanyalah untuk orang dewasa saja, dan mengajarkan kepada anak-anaknya adalah hal yang mustahil. Namun pendapat itu bisa dipatahkan oleh praktisi mindfulness yang memiliki pengalaman selama kurang lebih 20 tahun. Menurutnya praktek mindfulness bisa diterapkan oleh anak-anak dalam sebuah permainan, olahraga, jalan-jalan dan setiap aktivitas sehari-hari.
Secara harfiah, mindful berarti kesadaran. Dimana ditekankan disini adalah agar orang tua dan anak memiliki kesadaran dari setiap apa yang akan dilakukan dalam menjalani hidup. Namun seringkali kita terdistraksi oleh apa saja ketika sedang mengerjakan sesuatu.
Misal, ketika sedang membereskan kamar tidur, tiba-tiba anak datang dan menangis, saat sedang belajar tiba-tiba ada pesan masuk dari handphone atau email yang membuat pikiran kita teralihkan, hingga saat ini kita selalu mengerjakan banyak pekerjaan sekaligus dalam satu waktu.
Kegiatan-kegiatan ini sering dilakukan namun dengan tidak sadar bahwa kita sering mengalami gangguan- gangguan di sekitar kita. Dampaknya kita tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Berlatih mindful bisa meningkatkan fokus para orang tua dan anak dalam melakukan segala sesuatu. Ketika bisa fokus dampaknya akan lebih paham apa yang sedang dihadapi.
Terdapat model mindful parenting yang dirumuskan memiliki lima dimensi yang diambil dari konsep praktik mindfulness psychology sebagai salah satu metode dalam membangun komunikasi dalam pengasuhan yang bisa berdampak positif dalam keluarga.
Dimensi yang pertama yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan memiliki empati yang menunjukkan untuk memfokuskan kepada bagaimana komunikasi yang efektif. Komunikasi bisa dikatakan efektif apabila pembicara bisa menghindari kesalahan-kesalahan yang bisa muncul saat berkomunikasi dengan lawan bicaranya, terutama pada proses mendidik anak.
Kesalahan yang sering terjadi adalah gaya komunikasi orang tua kepada anaknya yaitu sering memerintah, memberi ancaman, menceramahi, menginterogasi, sering membanding-bandingkan dengan orang lain, sering menyalahkan, dan sering membohongi.
Kesalahan itu bisa dikurangi dengan memulai mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan memiliki empati. Kemampuan mendengarkan dengan seksama oleh orang tua sangat diperlukan agar anak merasa diperhatikan dan dihargai.
Mendengarkan dengan menatap wajah anak dengan ekspresi menyenangkan atau menunjukkan ketertarikan akan cerita anak akan membuatnya lebih senang dan merasakan kehadiran orang tuanya sangat penting.
Ketika orang tua mampu berbicara dengan empati maka hal tersebut dapat membuat orang tua tidak terburu-buru memberikan nasihat saat anak bercerita atau berbicara tentang pengalamannya.
Karena dengan menasehati, menceramahi, menginterogasi serta menyalahkan anak yang akan memulai menceritakan tentang pengalaman atau permasalahannya kepada orangtua dapat membuat anak menarik diri dan tidak mau melanjutkan pembicaraan.
Sementara itu, menggali cerita anak dan pemikiran anak sangat penting untuk tetap dapat mendampingi anak dalam menyelesaikan permasalahan mereka dengan solusi yang tepat.
Dimensi kedua yaitu pemahaman dan penerimaan untuk tidak menghakimi merupakan bagian dari menciptakan komunikasi yang efektif. Sekitar 90% permasalahan anak bisa disebabkan oleh kesalahan bagaimana cara komunikasi atau menyampaikan sesuatu nilai baik kepada anak.
Dengan tidak adanya perilaku menghakimi oleh orang tua pada anak, maka salah satu kesalahan dalam komunikasi bisa dihindari. Memahami dan menerima anak secara penuh akan membuat anak merasa lebih dilindungi.
Hubungan orang tua dan anak juga akan semakin dekat. Anak akan merasa bahwa kembali kepada orang tuanya saat mendapatkan masalah akan jauh lebih baik daripada mencari pelarian di luar rumah.
Orang tua diharapkan tidak memiliki sikap memaksakan pada anak untuk sesuatu yang diluar kemampuan dan keinginan anak. Contohnya orang tua memaksa anaknya untuk menjadi dokter, sementara anak memiliki minat di bidang seni.
Hal yang penting untuk disadari oleh para orang tua yaitu memandang anaknya apa adanya, dan memberikan dukungan dan mengembangkan minat yang dimiliki anaknya.
Dimensi ketiga yaitu pengaturan emosi atau sabar. Dengan memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi, para orang tua dapat lebih memiliki kesabaran dalam menghadapi perilaku dari anak. Ketika orang tua bisa menjadi lebih sabar, maka perilaku anak akan menjadi lebih tenang dan meniru kesabaran orang tua nya.
Mindfull parenting menekankan pada kesadaran dalam mengasuh, termasuk sadar dalam mengontrol emosi agar tidak meluap-luap sehingga menjadi emosi yang negatif.
Dengan memahami metode pengaturan emosi atau memiliki kesabaran, para orang tua secara sadar dapat mengajak anak dan secara bersama-sama bisa mengelola emosinya masing-masing ketika melakukan interaksi.
Pola asuh orang tua terbukti berpengaruh terhadap kematangan emosi anak. Ini juga dapat membangun metode pengasuhan seperti mengajarkan anak untuk mengetahui bagaimana caranya mengekspresikan diri, berbicara tentang perasaannya, yang pada akhirnya bisa membangun kemampuan anak dalam melakukan pengendalian diri.
Dimensi keempat yaitu pola pengaturan diri yang bijaksana atau tidak berlebihan. Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan mengatur diri sendiri ketika berada dalam sebuah hubungan atau interaksi.
Orang tua yang mempraktikan ini tidak akan bereaksi secara berlebihan terhadap pencapaian normatif anak. Orang tua cenderung akan memilih untuk berhenti sejenak daripada bereaksi langsung terhadap anak.
Orang tua yang memiliki sikap toleran, suportif, dan tidak membiarkan dirinya mengeluarkan emosi negatif pada saat anaknya juga menunjukkan sikap emosi negatifnya, bisa berdampak kepada anak tersebut dapat tumbuh dan memiliki kematangan yang baik dalam aspek perkembangan sosial emosinya.
Berikan apa yang dibutuhkan oleh anak, bukan apa yang diinginkan oleh anak. Dimensi ini juga berlaku bagi diri orang tua sendiri.
Jika anak melakukan kesalahan berilah teguran, begitu juga kalau orang tua memiliki kesalahan, maka orang tua juga harus mau mengakuinya. Ini bisa membuat anak akan belajar mengenai keadilan dan kebijaksanaan.
Dimensi kelima yaitu memiliki kasih sayang yang merupakan bentuk dan diperlukan oleh manusia. Membangun rasa kasih sayang pada orang tua akan membuat mereka bersikap lebih lemah lembut dan menjadi pemaaf dalam pengasuhan.
Jiwa kasih sayang memaknai emosi yang dapat memfasilitasi kerja sama dan perlindungan orang lemah dan mereka yang sedang menderita. Perasaan kasih sayang juga memiliki pengaruh yang besar terhadap mood seseorang.
Asuhlah anak dengan penuh cinta, maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang juga penuh dengan cinta. Dan jika suatu ketika orang tua terpaksa harus bertengkar, maka sebaiknya anak-anak tidak boleh mengetahuinya.
Mau tahu apa saja pembahasan selengkapnya, anda bisa mendapatkan secara menyeluruh dengan mengakses Gramedia.com untuk mendapatkan penjelasan lebih lengkap dan detail dari buku Growing Up Mindful karya Christoper Willard.
Kelebihan dan Kekurangan Growing Up Mindful
Dalam pembahasan ini akan dijabarkan beberapa kelebihan yang terdapat dalam buku Growing Up Mindful. Penjelasan dalam isi buku dibuat dengan sistematis yang baik sehingga memudahkan pembaca untuk memahami dan mengerti keseluruhan isi buku. Selain itu, terdapat daftar istilah untuk memandu para pembaca.
Selain itu, ada juga kekurangan yang ditampilkan dalam buku ini, ada beberapa bagian yang dalam penjelasannya menggunakan story telling, ada beberapa pembaca yang tidak menyukai hal tersebut sehingga bisa membuat kejenuhan dalam membaca nya.
Secara keseluruhan buku ini patut menjadi salah satu buku yang direkomendasikan untuk dibaca. Buku ini mendapat rating yang cukup tinggi 4,17 di goodreads, buku yang tidak boleh dilewatkan untuk dibaca.
Kesimpulan
Buku Growing Up Mindful membantu orang tua, pendidik, dan konselor belajar bagaimana mewujudkan dan berbagi keterampilan mindfulness yang akan memberdayakan anak-anak kita dengan ketahanan sepanjang hidup mereka.
Dengan lebih dari 75 latihan dan praktik yang dapat diakses, bersama dengan adaptasi untuk kebutuhan individu berbagai anak dan remaja, buku panduan yang menginspirasi ini memberi anda wawasan dan alat yang teruji untuk memanfaatkan kekuatan imajinasi, permainan, dan kreativitas, melatihan kesadaran dan gerakan berbasis tubuh, memiliki kreatif mengatasi penolakan serta mendapatkan dukungan anak-anak.
Selain itu, ada juga untuk penggunaan teknologi dan media sosial secara bijaksana, membangun fondasi melalui praktik pribadi yang akan dibagikan sendiri, memiliki tanggapan positif terhadap stres, bisa menetapkan niat dan mengelola harapan praktisi baru, bisa mengatur kesadaran dalam suasana formal termasuk sekolah dan tempat kerja, dan memperluas praktik ke dalam komunitas yang lebih besar.
Growing Up Mindful mengundang Anda untuk “memulai sesuatu yang luar biasa dan mengubah dunia” saat Anda bergabung dengan komunitas orang dewasa yang sedang berkembang yang membawa keajaiban, keingintahuan, dan refleksi kembali ke masa kanak-kanak dan remaja.
Buku ini penuh dengan banyak inspirasi sebuah praktek mindfulness yang sudah teruji untuk memanfaatkan kekuatan imajinasi, bermain, melakukan gerakan, dan menciptakan kreativitas untuk mengatasi berbagai penolakan dan bisa memenangkan kepercayaan anak.
Menggunakan teknologi dan media sosial dengan baik. Lalu berbagi kesadaran pikiran di lingkungan formal termasuk lingkungan sekolah dan lingkungan kerja.
Buku ini juga mengatakan bahwa kita harus melepaskan keterampilan multitasking, itu memperkuat ilusi menjadi efisien dan daripada menjadikannya kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan. Mari kita lebih fokus dalam melakukan segala sesuatunya single tasking.
Demikianlah review buku dari Growing Up Mindful karya Christoper Willard. Semoga artikel ini bisa bermanfaat, serta bisa menumbuhkan minat untuk membaca buku secara keseluruhannya. Diharapkan artikel ini bisa memberikan beberapa bayangan dari isi bukunya.