Matinya Kepakaran – Kebangkitan internet beserta berbagai teknologi modern telah menghadirkan perubahan besar dalam cara manusia mengakses informasi. Kini, hampir semua pengetahuan dapat dijangkau hanya dengan beberapa klik, membuat penyebaran informasi menjadi lebih cepat dan lebih luas dibandingkan era sebelumnya. Kondisi ini tanpa diragukan memberikan dampak positif, terutama dalam pemerataan kesempatan belajar serta terbukanya akses bagi banyak orang yang sebelumnya terhalang oleh keterbatasan sumber daya. Namun, di balik manfaat tersebut, muncul pula sisi lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Kemudahan memperoleh informasi justru mendorong turunnya standar kedalaman pengetahuan yang diperlukan seseorang untuk menganggap dirinya sebagai seorang ahli.
Fenomena ini turut memperkuat berkembangnya sentimen anti-keahlian yang sering kali berjalan beriringan dengan sikap anti-intelektualisme. Diskusi yang seharusnya bisa memperkaya wawasan kerap berubah menjadi ajang adu opini dangkal yang tidak jarang menyesatkan. Hal tersebut memperlihatkan bagaimana arus informasi yang begitu deras justru dapat melemahkan penghormatan terhadap otoritas keilmuan dan pengetahuan yang telah teruji.
Buku karya Tom Nichols ini pertama kali terbit pada tahun 2017 sebagai perluasan dari sebuah artikel yang ia tulis pada 2014 di The Federalist. Karya ini kemudian hadir dalam versi terjemahan Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia pada 17 Desember 2018. Melalui buku ini, Nichols menyoroti bagaimana masyarakat modern semakin sering meremehkan pentingnya keahlian dan betapa bahayanya jika pola pikir semacam itu terus dibiarkan berkembang tanpa kendali.
Table of Contents
Profil Tom Nichols – Penulis Buku Matinya Kepakaran
Dr. Thomas M. Nichols merupakan seorang profesor dalam bidang Urusan Keamanan Nasional di US Naval War College sekaligus profesor tambahan di Harvard Extension School. Selain itu, ia juga pernah mengajar di berbagai institusi pendidikan ternama seperti Dartmouth College, Georgetown University tempat ia menempuh gelar doktor, serta di sejumlah sekolah dan program akademik lainnya. Kiprah akademisnya menunjukkan reputasi yang luas dalam dunia pendidikan tinggi, khususnya di bidang politik, hubungan internasional, dan keamanan.
Untuk saat ini, Nichols menjabat sebagai Associate Senior di Carnegie Council on Ethics and International Affairs di International History Institute di Boston University. Sebelumnya, ia juga pernah menjadi bagian dari International Security Program dan Project on Managing the Atom di Belfer Center for Science and International Affairs yang berada di John F. Kennedy School of Government, Harvard University. Keterlibatannya dalam berbagai lembaga ini memperlihatkan kontribusinya yang konsisten terhadap kajian etika global, sejarah internasional, dan kebijakan keamanan.
Selain kiprahnya di dunia akademis, Nichols juga memiliki pengalaman yang panjang dalam dunia pemerintahan dan kebijakan publik. Selama berada di Washington, ia pernah menjadi fellow di Center for Strategic and International Studies, memberikan konsultasi kepada pemerintah Amerika Serikat, serta berperan sebagai analis riset bagi sektor industri swasta. Tidak hanya itu, ia juga sempat menjabat sebagai staf pribadi di bidang urusan luar negeri dan pertahanan untuk mendiang Senator John Heinz dari Pennsylvania, yang semakin menegaskan peran pentingnya dalam lingkup kebijakan luar negeri dan keamanan nasional.
Sinopsis Buku Matinya Kepakaran
Seberapa penting peran vaksinasi bagi kesehatan? Benarkah bumi berbentuk datar? Apakah telur aman untuk dikonsumsi setiap hari? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini di era banjir informasi saat ini tidak lagi hanya dijawab oleh para pakar, melainkan juga oleh penganut teori konspirasi, orang awam yang merasa paling tahu, hingga figur publik yang sering kali menyesatkan. Ironisnya, di tengah hiruk-pikuk informasi modern, suara para ahli justru kerap diabaikan. Sebaliknya, pendapat tokoh yang memiliki banyak pengikut di media sosial lebih dipercaya, meskipun tidak jarang berisi kesalahan yang membahayakan masyarakat luas.
Sebagai profesor di US Naval War College dan Harvard Extension School, Nichols menyoroti bagaimana opini yang keliru dapat diangkat menjadi seolah-olah sebuah kebenaran. Lebih buruk lagi, lembaga yang seharusnya berfungsi sebagai pencerah publik, seperti universitas, media, dan bahkan kalangan ahli itu sendiri, terkadang justru ikut memperlemah posisi kepakaran dengan berbagai cara. Situasi ini mencerminkan betapa rapuhnya otoritas pengetahuan di tengah derasnya arus opini yang tidak terverifikasi.
Kelebihan dan Kekurangan Buku Matinya Kepakaran
Kelebihan Buku Matinya Kepakaran
Buku Matinya Kepakaran karya Tom Nichols Memiliki banyak kelebihan yang menjadikannya layak untuk kamu koleksi.
Memberikan banyak pengetahuan tambahan.
Buku ini tidak hanya membahas soal berkurangnya rasa hormat terhadap para ahli maupun fakta yang sudah terbukti. Lebih dari itu, Matinya Kepakaran memberikan wawasan luas tentang bagaimana dunia saat ini bekerja dan bagaimana pola pikir manusia modern terbentuk.
Tom Nichols menjelaskan dengan rinci bagaimana kemajuan teknologi telah mengubah cara masyarakat memandang otoritas keilmuan: fakta yang dulunya memerlukan proses panjang kini bisa didapat dengan instan. Uraian tersebut dilengkapi dengan penjelasan tentang kondisi global, argumen yang kuat, serta contoh-contoh nyata. Dengan jumlah halaman mencapai 314, buku ini menyajikan banyak informasi berharga bagi pembacanya.
Penjelasan yang mudah dimengerti
Meskipun topik yang diangkat dalam buku ini terbilang berat, gaya penulisan Nichols terasa mengalir dan jelas. Setiap ide terhubung secara logis sehingga pembaca tidak kesulitan mengikuti alur pemikirannya. Hal tersebut membuat buku ini tetap enak dibaca tanpa kehilangan kedalaman isinya.
Argumen yang menggugah pikiran
Salah satu kelebihan utama buku ini adalah argumen-argumennya yang mampu mengajak pembaca untuk berpikir lebih dalam. Nichols menuliskan pandangan yang penuh semangat tentang pentingnya menjaga kepercayaan terhadap para ahli sebagai fondasi dari demokrasi yang sehat dan berfungsi dengan baik. Bahkan, ia memberikan penjelasan menarik mengenai perbedaan demokrasi dan republik di bagian akhir buku.
Konten buku yang rapi
Sajian dalam buku ini tersusun secara terarah dan fokus, terutama pada dorongan untuk mendukung aktivisme berbasis bukti dan penyusunan kebijakan yang solid. Nichols juga memperkuat pandangannya dengan menghadirkan opini dari berbagai pakar lain, sehingga argumen yang ia bangun menjadi semakin kokoh dan meyakinkan.
Gaya penulisan yang lucu dan tajam
Keistimewaan lain terletak pada gaya penulisan Nichols yang tajam namun juga sering kali lucu. Ia sangat piawai dalam melontarkan sindiran, bahkan terhadap hal-hal yang biasanya dihindari banyak orang. Nichols tidak berusaha menutupi kelemahan pembaca yang malas, sebab ia berasumsi bahwa mereka pun tidak akan tertarik membaca bukunya. Sikapnya jelas, ia tidak berupaya membujuk siapa pun untuk setuju dengan pendapatnya, melainkan hadir dengan hiburan dan semangat kepada mereka yang memang sudah sejalan dengan pandangannya.
Kekurangan Buku Matinya Kepakaran
Menuai kontra & perdebatan
Salah satu kekurangan buku ini adalah opini Nichols yang terbilang berani sehingga memicu perdebatan di kalangan publik. Ia menuliskan pandangan secara blak-blakan dengan menuding kemalasan masyarakat sebagai penyebab menurunnya penghargaan terhadap pendapat para ahli. Banyak pembaca sebenarnya mengharapkan pembahasan yang lebih menyeluruh mengenai faktor struktural, seperti peran korporatisasi media dan neoliberalisme dalam membentuk kondisi tersebut. Namun, Nichols lebih menekankan pada sikap masyarakat Amerika yang dianggap kekanak-kanakan karena enggan belajar untuk mengatur diri sendiri maupun memahami kebijakan yang memengaruhi kehidupan mereka. Ia menggambarkan kondisi tersebut sebagai perpaduan beracun antara arogansi, narsisme, dan sinisme yang melemahkan otoritas para pakar. Gaya seperti ini membuat buku lebih menyerupai polemik ketimbang analisis yang menyajikan kompleksitas persoalan secara utuh.
Fakta yang ditulis dipertanyakan
Kritik lain yang muncul terhadap buku ini adalah kecenderungan Nichols menyajikan generalisasi tanpa dukungan bukti yang memadai. Ia kerap menempatkan opininya seolah-olah sebagai pengetahuan mapan, padahal pada beberapa bagian justru terjebak pada kesalahan yang ia kecam sendiri, yaitu menyampaikan pendapat pribadi sebagai fakta. Hal ini menimbulkan risiko buku digunakan oleh pihak lain sebagai legitimasi argumen, padahal isi yang dikutip tidak sepenuhnya memiliki dasar kuat. Dengan demikian, Matinya Kepakaran dapat menjadi sumber yang terlihat berwibawa namun sesungguhnya masih menyisakan kelemahan dari sisi objektivitas dan batas keilmuan penulisnya.
Tips Menyikapi Kemajuan Teknologi
Buku Matinya Kepakaran menekankan bahwa kemajuan teknologi memang memudahkan manusia dalam memperoleh informasi, tapi di sisi lain justru membuat orang cenderung menganggap segala sesuatu menjadi sederhana dan mudah dipercaya begitu saja. Tak jarang, masyarakat terjebak dalam berita palsu maupun teori tanpa dasar penelitian yang disampaikan oleh pihak yang bukan ahli. Lebih parah lagi, pendapat pakar sering kali dibandingkan dengan opini influencer yang mereka ikuti. Karena itulah, Gramin merangkum beberapa langkah bijak guna menghadapi derasnya arus teknologi agar kita terhindar dari informasi yang keliru.
Bersikap selektif dan kritis
Setiap informasi yang diperoleh dari internet maupun media sosial sebaiknya disaring terlebih dahulu, kemudian diverifikasi melalui sumber yang benar-benar terpercaya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melakukan triangulasi data, yakni membandingkan informasi dari sedikitnya tiga sumber berbeda untuk memastikan kebenarannya.
Menggunakan teknologi untuk hal positif
Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengakses pengetahuan, mengikuti pembelajaran daring, dan meningkatkan kualitas belajar. Teknologi juga bisa mendukung produktivitas, mempercepat pekerjaan, serta membuka peluang usaha baru. Selain itu, teknologi bermanfaat untuk membangun relasi, berbagi pengetahuan, dan memperluas jaringan sosial, asalkan diarahkan untuk hal-hal yang memberi nilai positif.
Berpegang pada etika dan norma yang berlaku
Penggunaan teknologi juga menuntut kita tetap berlandaskan pada nilai moral dan etika yang berlaku. Seperti dalam kehidupan nyata, perilaku di ruang digital pun perlu dijaga agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Menghindari dampak buruk dari teknologi adalah bagian penting dari sikap bertanggung jawab dalam bermedia.
Menguasai teknologi, bukan dikuasainya
Manusia sering terlena oleh kecanggihan teknologi hingga akhirnya bergantung secara berlebihan. Padahal, kitalah yang seharusnya mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya. Kesadaran ini penting agar kita tetap bisa memanfaatkan teknologi secara bijak tanpa kehilangan kendali terhadap diri sendiri.
Penutup
Dalam Matinya Kepakaran, Tom Nichols mengecam berbagai kekuatan yang berusaha meruntuhkan otoritas para ahli di Amerika Serikat. Ia menilai ada sejumlah faktor yang memicu hal tersebut. Mulai dari tren dalam pendidikan tinggi yang lebih menekankan pada harga diri serta memberi ruang pada sikap narsis sehingga melahirkan inflasi nilai dan rasa percaya diri yang berlebihan, hingga peran internet dan melimpahnya pilihan media yang justru memperkuat sentimen anti-keahlian dan anti-intelektual.
Melalui bukunya, Nichols menegaskan bahwa akar persoalan sesungguhnya terletak pada sikap arogan banyak orang yang muncul karena minimnya pengetahuan. Arogansi ini kemudian mendorong mereka membenci orang-orang dengan keahlian sejati dalam bidang tertentu. Dalam buku ini, ia juga seolah berpesan supaya kita tidak terjebak dalam kesombongan intelektual.
Pada akhirnya, buku ini menjadi sebuah pengingat bahwa proses belajar tidak pernah berhenti. Dengan terus menambah pengetahuan, kita dapat terhindar dari sikap merasa diri paling benar.
Rekomendasi Buku
The Dip: Saat Kita Ditantang Untuk Bertahan Atau Berhenti
Kapan kita harus menyerah? Dan kapan kita harus berjuang? Ketika kita memulai sesuatu, baik itu hobi, pekerjaan, atau membangun perusahaan baru, awalnya pasti merasa menyenangkan, tetapi lama-kelamaan kondisinya menjadi semakin sulit dan tidak menyenangkan lagi. The Dip dalam buku ini adalah lembah yang harus dilalui ketika kita ingin mengejar sesuatu, yaitu masa-masa sulit ketika semua progres terasa nyaris tidak ada dan kita meragukan banyak hal. Di antara keraguan yang muncul, selalu ada pertanyaan: “Ini layak untuk dilanjutkan atau tidak?” Buku ini membahas soal kapan harus berhenti atau terus berusaha untuk mengejar apa yang kamu inginkan. Apakah harus menyerah? Atau harus terus berjuang agar bisa melewati the dip dan meraih kesuksesan? Temukan cara-caranya disini agar kamu bisa tetap bisa bertahan dan melewati fase the dip, dan meraih kesuksesan.
Beyond Belief: Fact or Fiction
Melalui buku Beyond Belief: Fact or Fiction ini, Pak Guru Gembul mengajak kita berbicara hal-hal yang bernuansa teori konspirasi dan supranatural secara lebih bertanggung jawab, baik dari sisi sumber rujukan, pengambilan kesimpulan, hingga konsekuensinya dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini terdiri dari empat (4) quarter. Quarter pertama membahas elite global dan organisasi-organisasi rahasia dunia. Quarter kedua membahas fakta fakta tersembunyi di balik sains dan alam semesta. Quarter ketiga membahas tokoh-tokoh yang diselimuti misteri. Sementara itu, pada quarter terakhir, kita diajak untuk merenungi hal-hal yang nyata di sekitar kita.
The Wealth Money Can`t Buy – 8 Rahasia untuk Hidup Kaya Seutuhnya
Kekayaan sejati jauh lebih dari sekadar uang di bank, mobil mewah di garasi, dan liburan mewah di pulau eksotis. Terlalu banyak orang yang secara finansial makmur ternyata sangat miskin dalam hal-hal yang benar-benar penting untuk kehidupan yang bahagia, penuh vitalitas, dan damai. Masyarakat telah menjual kepada kita versi kesuksesan yang membuat terlalu banyak orang merasa kosong, frustrasi, dan dipenuhi penyesalan. Untungnya, ada cara hidup yang jauh lebih baik.
Dalam The Wealth Money Can’t Buy, Anda akan menemukan sistem yang mengubah hidup, yang akan membantu Anda menjalani kehidupan terkaya Anda sebelum terlambat. Anda akan mempelajari kerangka kerja berdasarkan delapan kebiasaan tersembunyi yang digunakan oleh orang-orang yang benar-benar kaya secara autentik dan mendapatkan metodologi untuk menguasai takdir Anda.
Penulis: Gabriel
- 101 Fabel Nusantara
- Akasha: Record of Ragnarok
- Alaia III
- Ayah, Berjuang Sendiri Itu, Capek!
- Barangkali Kita Memang Perlu Hari Patah Hati
- Black Powder War
- Brisingr
- Damn I Love Risol
- Eldest
- Ensiklopedia Fakta Seru
- Fourth Wing
- Hi Berlin
- Himam
- Hiu Sang Predator
- Hold Me, Never Let Go
- Hotel Magnifique
- I Got a Cheat Skill in Another World and Became Unrivaled in the Real World, Too
- Kembali ke Batavia
- Kost Pak Raden
- Kost Pak Raden
- Lentera Hati
- Lima Sekawan: Melacak Jejak Rahasia
- Lima Sekawan: Rahasia di Pulau Kirrin
- Little Magacal Piya
- Malam Sunyi Hercule Poirot
- Memorial Perfume Shop
- Moriarty The Patriot
- Perawan Remaja Dalam Cengkeraman Militer
- Princess, Bajak Laut, dan Alien
- Pulih dari Trauma
- Rinduku Sederas Hujan Sore Itu
- Ronggeng Dukuh Paruk
- Si Bungsu dan Luka
- Tanpa Ayah Tanpa Arah
- The School of Life: An Emotional Education
- The Adventures of Tom Sawyer
- The Book Censor's Library
- The Dating Game
- The Enchanted Garden 1
- The Enchanted Garden 2
- The Tale of Dororo and Hyakkimaru
- The Otherwhere Post
- This Is How You Heal
- White Book





