tanpa ayah tanpa arah – Fatherless adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketidakhadiran sosok ayah di kehidupan seseorang. Keabsenan ini bisa terjadi dalam bentuk emosional maupun fisik. Fenomena ini cukup jarang dibahas oleh masyarakat, padahal ini adalah sebuah masalah yang bisa memberikan dampak besar bagi kesehatan individu, dan apa yang dilakukannya dalam masyarakat.
Fenomena fatherless bukan hanya sebuah data statistik, tapi menjadi tantangan untuk masa depan anak, di mana mereka yang tidak memiliki sosok ayah lebih rentan mengalami gangguan psikologis dan sosial, bahkan tak jarang yang melakukan tindakan tak terpuji. Dalam artikel ini, akan dibahas sebuah buku yang membahas lengkap mengenai fenomena ini dan cara mengatasinya.
Table of Contents
Profil Penulis Buku Tanpa Ayah, Tanpa Arah
Agung Setoyo Wibowo
Agung Setoyo Wibowo adalah seorang Konsultan, Trainer, Dosen, dan Coach dengan pengalaman lebih dari 13 tahun di bidang Komunikasi Pemasaran, Konsultasi Manajemen, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Ia pernah bekerja sama dengan berbagai institusi nasional dan internasional, seperti POMOSDA, KOMPAS, The ASEAN Secretariat, Schlumberger, SWA, dan sejumlah universitas.
Sebagai penulis yang produktif, Wibowo telah menerbitkan lebih dari 100 buku dan ribuan artikel di berbagai media, mulai dari jurnal ilmiah hingga media daring. Ia juga kerap menjadi pembicara di forum-forum internasional, membawakan tema seputar kepemimpinan, literasi, manajemen perubahan, dan motivasi, di berbagai kota seperti Jakarta, Singapura, Manila, hingga Dubai.
Pemikiran dan kiprahnya telah diangkat oleh berbagai media terkemuka, baik nasional maupun internasional. Beberapa di antaranya adalah The Japan Times, SEA Today, The Global Review, Kompas, Smart FM, TVRI Jakarta, serta media lokal seperti Batam Pos, Tanjungpinang Pos, dan Lintas Kepri.
David Wongso
David Wongso adalah Psikolog dan CEO Davehunt International di Indonesia dan Australia, dengan keahlian dalam headhunting, AI, RPA, dan coaching eksekutif. Ia membantu perusahaan menerapkan teknologi modern dalam rekrutmen dan pengelolaan SDM, serta menjadi penilai direksi BUMN selama empat tahun terakhir.
Ia pernah menjabat sebagai direksi di perusahaan publik dan memimpin transformasi SDM di sebuah konglomerat Thailand. Melalui Davehunt, ia fokus pada pencarian eksekutif, konsultasi, teknologi HR, dan pendidikan eksekutif.
David sering menjadi pembicara di berbagai negara seperti Indonesia, Australia, dan Singapura, berbagi wawasan seputar karier, teknologi, dan kesehatan mental. Saat ini, ia tinggal di Melbourne bersama keluarganya.
Sinopsis Buku Tanpa Ayah, Tanpa Arah
“Pada akhirnya, satu-satunya yang benar-benar bisa kamu andalkan adalah dirimu sendiri. Yang terpenting adalah terus mencari cara agar bisa bertahan.”
Menjadi mahasiswi tingkat akhir di fakultas kedokteran dengan hanya mengandalkan beasiswa bukanlah hal yang mudah bagi Brichia. Tugas yang menumpuk, tekanan akademik yang berat, dan kebutuhan hidup yang tak pernah berhenti sering membuatnya merasa kewalahan. Bahkan untuk sekadar menarik napas lega pun terasa seperti kemewahan. Hari-harinya dipenuhi oleh berbagai ujian yang datang silih berganti tanpa henti.
Namun, cobaan paling berat datang saat ayah yang paling ia sayangi jatuh sakit. Kehidupan Brichia yang sejak awal sudah terasa rapuh kini benar-benar runtuh. Dengan penuh kasih dan rasa tanggung jawab, ia menggantikan ayahnya berjualan ayam potong demi memenuhi kebutuhan keluarga. Di saat yang sama, hubungannya dengan sang kakak, Nafaesa, semakin menjauh karena konflik lama dan perasaan kecewa yang belum pernah mereka selesaikan.
Dalam situasi yang serba tak pasti, Brichia dihadapkan pada keputusan besar yang akan menentukan arah hidupnya. Haruskah ia tetap mengejar mimpinya menjadi dokter, atau justru mengorbankan cita-cita itu demi merawat sang ayah yang kini sangat membutuhkan kehadirannya? Pilihan itu tidak mudah, sebab ia harus menimbang antara harapan pribadinya dan tanggung jawab besar terhadap keluarganya.
Kelebihan dan Kekurangan Buku Tanpa Ayah, Tanpa Arah
Kelebihan Buku Tanpa Ayah, Tanpa Arah
- Mengangkat Isu Sosial yang Penting dan Jarang Dibahas
Buku ini dengan berani membahas dampak ketiadaan figur ayah—isu yang sering luput dari perhatian publik namun sangat relevan dalam konteks keluarga modern. - Pendekatan Menyeluruh dan Komprehensif
Membahas berbagai dampak dari absennya ayah, mulai dari perkembangan psikologis, sosial, emosional, perilaku, prestasi akademik, hingga kesehatan mental anak. - Penulis yang Kompeten dan Berbasis Data
Disusun oleh penulis yang ahli di bidangnya, dengan argumen yang didukung oleh data dan penelitian yang valid, sehingga isi buku terasa kredibel dan meyakinkan. - Pesan Moral yang Kuat dan Empatik
Mengajak para ayah untuk kembali berperan aktif dalam keluarga dengan pendekatan yang empatik, tidak menggurui, dan menyentuh secara emosional. - Pendekatan Humanis dan Reflektif
Menekankan bahwa peran ayah bukan sekadar pencari nafkah, melainkan sebagai penunjuk arah, pemberi teladan, dan penopang emosional yang tidak tergantikan. - Memberikan Harapan dan Arah Solusi
Buku ini menutup dengan pesan bahwa masih ada harapan untuk memperbaiki peran ayah dalam keluarga dan membangun lingkungan yang penuh kasih bagi anak-anak. - Gaya Penulisan yang Hangat namun Ilmiah
Disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, menggabungkan pendekatan ilmiah dan emosional sehingga cocok dibaca oleh berbagai kalangan yang peduli pada generasi muda.
Kekurangan Buku Tanpa Ayah, Tanpa Arah
- Penyajian Materi Terasa Padat dan Berulang
Penjelasan teoritis dan isu fatherless disampaikan secara berulang di beberapa bagian, yang dapat menimbulkan rasa jenuh bagi sebagian pembaca. - Beban Bacaan yang Cukup Berat
Materi yang padat menuntut konsentrasi tinggi, sehingga buku ini mungkin kurang cocok untuk pembaca yang mencari bacaan ringan. - Ketebalan Buku Menjadi Tantangan
Dengan jumlah halaman yang cukup banyak, pembaca perlu meluangkan waktu khusus untuk menyelesaikan buku ini secara menyeluruh.
Penutup
Buku Tanpa Ayah, Tanpa Arah karya Agung Setiyo Wibowo dan David Wongso, S.Psi., M.M., MBA., M.MIn hadir sebagai angin segar di tengah dominasi literatur yang lebih banyak menyoroti peran ibu dalam pengasuhan anak.
Lewat buku ini, penulis dengan tegas menunjukkan bahwa keberadaan dan keterlibatan ayah memegang peranan yang sama pentingnya dalam membentuk karakter, kepercayaan diri, dan masa depan anak. Buku ini bukan hanya memberikan pemahaman baru, tetapi juga membuka mata bahwa ayah memiliki tanggung jawab emosional dan moral yang besar dalam keluarga.
Oleh karena itu, buku ini sangat direkomendasikan bagi para orang tua maupun calon orang tua yang ingin memahami lebih dalam tentang pentingnya peran ayah dalam tumbuh kembang anak. Tidak hanya sebagai bekal dalam mendidik, buku ini juga bisa menjadi refleksi untuk memperbaiki hubungan dalam keluarga dan membangun rumah tangga yang lebih sehat secara emosional.
Rekomendasi Buku
1. Ayah Berjuang Sendiri Itu Capek!
Pada akhirnya, kamu hanya punya dirimu sendiri.
Kamu hanya perlu berpikir untuk hidup, dan bagaimana cara agar tetap hidup.
Menjalani kehidupan sebagai mahasiswi akhir kedokteran dengan beasiswa saja, sudah membuat Brichia sering memijat kepala. Cobaan demi cobaan silih berganti menghampiri hidupnya.
Dunia Brichia yang sudah rapuh, kini benar-benar runtuh setelah ayahnya jatuh sakit. la rela berjualan ayam potong menggantikan ayahnya yang sakit parah. Belum lagi hubungan dengan kakaknya, Nafaesa, yang kurang baik.
Brichia dihadapkan pada pilihan yang mengubah hidupnya. Haruskah ia tetap mengejar gelar dokter atau memprioritaskan kesehatan ayahnya?
2. Ayah, Ini Arahnya ke Mana, ya?
Ayah, ternyata benar ya. Setelah dewasa kita semua harus punya banyak uang. Harus bekerja lebih keras lagi, harus bertarung dengan isi kepala sendiri. Harus menyampingkan banyak keinginan untuk sekadar tetap bertahan hidup sampai bertemu pagi lagi.
Ayah, setelah dewasa aku bertemu banyak orang yang menyakitkan dalam hidup dan kali ini aku gak punya banyak keberanian untuk melawannya. Ayah, kadang aku kalah, kadang aku kuat, kadang semuanya terjadi begitu saja dengan penuh pura-pura yang aku coba kesampingkan rasa sakitnya.
Ayah, hari ini aku kesepian dan gak tahu harus lari kemana lagi. Ayah, ini arahnya ke mana, ya? Anak kecil ini kehilangan jalan pulangnya.
3. Ayah, Benarkah Cintamu Sering Kali Membisu? (Seorang Anak Mencari Jawaban dalam Diamnya)
Tak ada sapaan yang terlontar, padahal tinggal seatap, Tak ada pertanyaan yang keluar, padahal setiap hari saling menatap, Membuatmu bertambah keheranan, terkadang membuatmu semakin enggan berterus terang padanya, hingga timbul berbagai asumsi; Apakah ada rasa sayang, ketika ucapan ini tidak terhiraukan? Apakah ada rasa cinta, ketika perlakuannya terkesan rata? Kesehariannya hanya terdiam, tanpa bertanya kabar.
Namun ketika diri ini lupa memberitahu ketika hendak keluar ataupun pulang terlarut malam, ia jadi marah besar. Hari ini, aku akan memberimu sebuah kabar, bahwa tidak selalu yang kita lihat itu benar. Mungkin kita melihatnya sebagai sosok yang tidak punya kasih sayang, tetapi siapa sangka di balik sikap dinginnya tersimpan banyak ketakutan akan kehilangan.
Tulisan ini menjadi bukti bahwa dalam mengungkapkan cinta terkadang tidak perlu diutarakan, melainkan cukup dibuktikan. Dan aku akan mengajakmu menjadi saksi kunci bahwa cinta seorang ayah tidak bisa diukur oleh kata-kata, tapi cintanya akan tembus lewat doa.
- 101 Fabel Nusantara
- Akasha: Record of Ragnarok
- Ayah, Berjuang Sendiri Itu, Capek!
- Barangkali Kita Memang Perlu Hari Patah Hati
- Brisingr
- Damn I Love Risol
- Eldest
- Ensiklopedia Fakta Seru
- Fourth Wing
- Hi Berlin
- Himam
- Hiu Sang Predator
- Hold Me, Never Let Go
- I Got a Cheat Skill in Another World and Became Unrivaled in the Real World, Too
- Kembali ke Batavia
- Kost Pak Raden
- Kost Pak Raden
- Lima Sekawan: Melacak Jejak Rahasia
- Lima Sekawan: Rahasia di Pulau Kirrin
- Malam Sunyi Hercule Poirot
- Moriarty The Patriot
- Rinduku Sederas Hujan Sore Itu
- Ronggeng Dukuh Paruk
- Tanpa Ayah Tanpa Arah
- The School of Life: An Emotional Education
- The Book Censor's Library
- The Tale of Dororo and Hyakkimaru
- The Otherwhere Post
- This Is How You Heal