Agama Islam

Tawadhu adalah Sikap Rendah Hati, Pelajari Metode Penanamannya

tawadhu
Written by Yufi Cantika

Tawadhu Adalah – Tawadhu menjadi salah satu akhlak yang wajib dimiliki oleh umat muslim sekaligus bentuk kepribadian yang berlawanan dengan sifat sombong. Yap, pasti Grameds sudah tahu dong jika sifat sombong itu sama sekali tidak disukai oleh semua orang, baik dari segi agama maupun segi sosial. Bahkan tak jarang, lingkungan keluarga dan sekolah telah mengajarkan sikap ini meskipun penyebutannya bukan demikian, melainkan rendah hati.

Sikap rendah hati ini niscaya dapat menjadikan manusia sebagai manusia muslim yang taat mengikuti jalan Allah SWT sekaligus menjadi manusia sosial yang menghargai individu lain. Namun sayangnya, banyak orang belum memahami bagaimana cara membentuk sikap ini supaya dapat tertanam sebagai akhlak dan sifat dari diri seorang muslim. Lalu sebenarnya, apa sih tawadhu itu? Bagaimana bentuk perbuatan yang menunjukkan tawadhu ini? Bagaimana pula proses pembentukan dalam diri seorang muslim supaya dapat tertanam sebagai akhlak mulia? Nah, supaya Grameds memahami akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

tawadhu

https://www.pexels.com/

Pengertian Tawadhu

Istilah “Tawadhu” ini secara etimologi, berasal dari kata “wadh’a” yang artinya adalah merendahkan, serta berasal juga dari kata “ittadha’a” yang berarti merendahkan diri. Nah, atas dasar itulah, “tawadhu” ini diartikan sebagai sikap merendahkan diri dan santun kepada siapapun. Singkatnya, tawadhu adalah sikap rendah hati yang mana merupakan lawan dari sifat sombong. Rendah hati yang dimaksud adalah dengan tidak merendahkan kehormatan diri sekaligus tidak memberi peluang kepada orang lain untuk melecehkan kemuliaan dirinya tersebut.

Tawadhu ini dapat juga menunjukkan adanya kerendahan dan kesederhanaan yang ada pada pada dirinya kepada orang lain, meskipun sebenarnya dirinya sendiri memiliki status yang lebih tinggi daripada orang lain tersebut. Orang yang memiliki akhlak ini biasanya akan senantiasa merendahkan hatinya dan berlaku santun terhadap orang lain, sehingga tidak merasa bahwa dirinya itu memiliki nilai lebih dibandingkan orang lain.

Perlu diketahui, Tawadhu yang berarti rendah hati ini beda lho dengan rendah diri. Yap, orang yang rendah hati itu tidak akan memandang dirinya lebih dibandingkan dengan orang lain, sementara rendah diri itu lebih cenderung kehilangan kepercayaan diri. Sekalipun dalam praktiknya, orang yang rendah diri akan merendahkan dirinya di hadapan orang lain, tetapi sikap tersebut bukan justru berarti tidak percaya diri ya…

Menurut beberapa ahli tasawuf yakni Al-Ghazali, mengungkapkan bahwa hal ini berarti diri kita tidak menganggap lebih dibandingkan orang lain, sementara menurut Ahmad Atailah berpendapat bahwa Tawadhu adalah sesuatu yang timbul karena melihat kebesaran Allah SWT dan terbukanya sifat-sifat-Nya.

Ibnu Hajar pernah berkata bahwa “Tawadhu adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya, ada pula yang mengatakan bahwa Tawadhu adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya..”. Nah, maka jelas bukan bahwa Tawadhu ini bukanlah sikap seorang yang pesimis dan merendahkan hatinya itu bukan karena kekurangan dan kesalahannya, sebagaimana dengan sabda Rasul yang berbunyi:  “Amat baiklah orang yang merendahkan diri pada bukan pada karena kemiskinan. Membelanjakan harta yang dikumpulkannya bukan pada maksiat. Mengasihani orang hina dan miskin, dan bercampur bergaul dengan ahli fiqih hikmah..” (HR. Ath-Thabrani Al Bazzar dari Anas).

Akhlak ini memiliki dua makna, yakni menerima kebenaran yang datangnya dari siapa saja dan mampu menjalin interaksi dengan semua manusia. Orang yang memiliki akhlak ini pasti akan mampu menerima kebenaran yang datangnya dari siapa saja, baik itu orang miskin maupun orang kaya, orang terhormat maupun orang sederhana, orang kuat maupun orang lemah, hingga dari temannya sendiri maupun musuhnya, serta memiliki sikap yang penuh kasih sayang terhadap siapapun.

Sikap ini yang sejatinya harus dimiliki dalam diri umat muslim ini dapat dilihat dari perilakunya sehari-hari. Adapun indikator yang memperlihatkan penerapan dari sikap ini dalam kehidupan sehari-hari adalah berupa:

  • Rajin belajar
  • Berbicara santun
  • Rendah hati
  • Suka menolong
  • Patuh kepada orang tua dan nasihat guru
  • Berpakaian rapi dan sederhana.

Nah, apabila dilihat secara terminologis maka sikap ini berarti ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya, baik ketika dalam keadaan suka maupun marah. Orang yang berakhlak Tawadhu cenderung akan merendahkan dirinya dalam pergaulan (lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan pertemanan) serta tidak berusaha menampakkan kemampuan yang dimilikinya hanya untuk pamer. Berhubung akhlak Tawadhu ini adalah lawan dari sifat sombong, maka umat muslim yang mempraktikannya seharusnya tidak pernah terbesit sedikitpun di dalam hatinya untuk sombong dan merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Hal tersebut karena orang yang berakhlak Tawadhu sepenuhnya menyadari bahwa semua kenikmatan dan kejayaan yang diperoleh itu bersumber dari Allah SWT.

Tidak hanya itu saja, Allah SWT juga pernah berfirman dalam Al Quran Surah Al-Isra’ ayat 37,

وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا

Artinya:

“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung..”

membiasakan sikap taat tawadhu & qanaah

Tingkatan Dalam Tawadhu

Dalam akhlak Tawadhu ini, memiliki beberapa tingkatan yakni a) Tawadhu kepada Allah SWT; dan b) Tawadhu kepada makhluk sesama. Nah, berikut adalah uraiannya!

1) Tawadhu Kepada Allah SWT

Pada tingkatan Tawadhu ini berupa sikap tunduk kepada wahyu Allah SWT yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW dan patuh kepada kebenaran. Hal tersebut dapat dilakukan melalui 3 hal, yakni:

  • Tidak Menentang Perintah Allah SWT

Perlu Grameds ketahui, di muka bumi ini pertentangan yang biasa dilakukan adalah pertentangan dengan akal, qiyas, perasaan, dan politik. Dalam pertentangan dengan akal, biasanya dilakukan oleh orang sombong dan ahli filsafat yang mana menentang keberadaan nash dan wahyu, melalui akal pikiran mereka yang beranggapan bahwa kedua hal tersebut adalah bertentangan. Mereka cenderung akan mendahulukan akal dan mengabaikan nash.

Pertentangan selanjutnya adalah dengan qiyas, biasanya dilakukan oleh orang sombong yang berasal dari kalangan ahli fiqih. Mereka berpendapat bahwa qiyas itu bertentangan dengan pendapat, logika, dan nash, sehingga akan mendahulukan qiyas serta tidak memperdulikan nash.

Lalu, ada pertentangan dengan perasaan yang biasanya dilakukan oleh orang sombong berasal dari kaum sufi. Mereka berpedoman bahwa perasaan dan mengabaikan nash, apalagi jika kedua hal tersebut bertentangan.

Pertentangan terakhir adalah dengan politik yang biasanya dilakukan oleh orang sombong berasal dari kalangan penguasa dan pemimpin yang zalim. Mereka beranggapan bahwa kepentingan politik itu harus diutamakan dari hal-hal lainnya.

  • Tidak Menuduh Dalil Agama Tidak Tepat atau Tidak Relevan

Dalam hal ini, apabila Grameds melihat adanya suatu dalil agama yang sulit untuk dipahami, jangan langsung menafsirkan bahwa dalil tersebut tidak relevan. Sebaiknya, ditafsirkan kembali bersama ahli agama sebab dalam suatu dalil agama itu pastilah terdapat keagungan yang tersimpan, tetapi hanya belum ditemukan oleh akal manusia.

  • Tidak Pernah Berpikir Untuk Menyangkal Nash
  • Bersyukur Atas Nikmat Allah

2) Tawadhu Kepada Sesama Manusia

  • Bersikap lemah lembut kepada sesama
  • Patuh kepada orang tua
  • Suka menolong
  • Menghormati orang lain
  • Sederhana dalam berkehidupan
  • Patuh kepada guru atau dosen
  • Tawadhu dalam menuntut ilmu

Bentuk-Bentuk Dalam Akhlak Tawadhu

Syaikh Az Zarnuji dalam kitabnya yang berjudul Ta’limul Muta’allim, pernah membagi bentuk-bentuk dari akhlak Tawadhu ini menjadi tiga hal, yakni:

 1) Tawadhu Kepada Guru

Grameds pasti sudah tahu dong jika keberadaan guru itu menjadi sosok yang paling berjasa terutama dalam upaya mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Berkat kegigihan dan keuletan guru dalam proses belajar-mengajar, menjadikan peserta didiknya yang awalnya tidak tahu menjadi tahu akan pengetahuan apapun. Maka dari itu, sudah sewajarnya kita harus bersikap Tawadhu kepada para guru, yakni dengan perbuatan berupa:

  • Selalu mendengarkan perkataan guru.
  • Selalu melaksanakan perintah guru (dalam hal kebaikan).
  • Selalu menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara dengan guru.
  • Tidak menyombongkan pengetahuan yang dimilikinya di hadapan guru.
  • Berpikir dahulu sebelum berbicara dengan guru.

2) Tawadhu Kepada Ulama

Dalam hal ini, ulama berperan sama halnya dengan guru, terutama pada aspek pengetahuan agama. Nah, sebagai seorang muslim yang taat maka kita juga wajib bersikap Tawadhu kepada para ulama dan memuliakannya, dengan cara:

  • Tidak banyak bicara ketika berada di sebelahnya.
  • Hindari murkanya dengan cara menjunjung tinggi perintah yang diberikannya.
  • Tidak memulai berbicara kecuali atas izinnya.
  • Tidak menduduki tempat duduknya.
  • Tidak memasuki ruangannya, kecuali diizinkan.

3) Tawadhu Kepada Sesama Teman Belajar

Meskipun dengan sesama teman belajar itu memiliki umur yang tidak terpaut jauh, tetapi sikap Tawadhu tetap harus dilaksanakan. Yap, sikap saling menghormati dan merendahkan diri kepada sesama teman belajar merupakan ciri utama dari Tawadhu. Nah, berikut adalah penerapannya:

  • Bersikap baik kepada semua teman.
  • Tidak boleh memilih teman, antara teman yang kaya maupun yang miskin.
  • Selalu bersikap jujur dan sopan kepada semua teman.
  • Menyapa jika bertemu, baik di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
  • Menjauhi rasa dengki, dendam, dan iri hati kepada sesama teman.

28 akhlak mulia - tawadhu

Jenis-Jenis Tawadhu

Menurut Syaikh Salim bin Ied al-Hilali dalam bukunya yang berjudul Hakikat Tawadhu dan Sombong, terdapat enam jenis Tawadhu, yakni:

1) Tawadhu Kepada Allah SWT

Yakni berupa sikap merasa rendah diri di hadapan Allah SWT Yang Maha Mulia. Dalam Tawadhu jenis ini, memiliki dua macam yakni berupa:

  • Tawadhu seorang hamba kepada Allah SWT ketika melaksanakan ketaatan kepada-Nya tanpa disertai perasaan bangga diri dan riya’,
  • Seseorang merendahkan diri kepada Allah SWT tatkala mengingat dosa-dosa yang telah diperbuatnya.

2) Tawadhu Dalam Berpakaian

Yakni ketika seseorang mampu membeli pakaian yang layak, dan diusahakan untuk menutupi auratnya terutama ketika tengah menghadap Allah SWT.

3) Tawadhu-nya Seorang Ulama

Dalam hal ini, seorang ulama tidak perlu mengaku-aku bahwa dirinya adalah seorang manusia berilmu dan tidak perlu membanggakan atas apa yang dimilikinya.

4) Tawadhu-nya Penuntut Ilmu

Yakni bagi para penuntut ilmu untuk senantiasa ber-tawadhu dan tidak perlu merasa menjadi seseorang yang memiliki ilmu paling banyak dibandingkan orang lain.

5) Tawadhu Kepada Agama

Dalam hal ini, dibagi lagi menjadi tiga tingkatan yakni:

  • Pertama, tidak memprotes apa yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.
  • Kedua, tidak berburuk sangka kepada dalil agama.
  • Ketiga, tidak mencari-cari jalan untuk menyalahi dalil agama.

6) Tawadhu Kepada Sesama Hamba Allah

Yakni dengan sikap lemah lembut, kasih sayang, saling menghormati, saling menasehati, dan lainnya.

Keutamaan-Keutamaan Dalam Tawadhu

a) Tawadhu Dapat Mengangkat Derajat dan Kedudukan Hamba-Nya

Seorang muslim yang telah dikaruniai akal budi, maka sesungguhnya dirinya memiliki kewajiban untuk menerapkan Tawadhu ini sekaligus menjauhkan diri dari kesombongan. Meskipun memang Tawadhu ini tidak dapat mengubah manusia secara fisik, tetapi pahala dari penerapan Tawadhu-nya niscaya dapat menaikkan derajatnya menjadi semakin tinggi, Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidaklah berkurang harta karena sedekah, tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf, kecuali dia akan mendapatkan kemuliaan, serta tidaklah seseorang menerapkan sikap Tawadhu‟ karena Allah, kecuali Allah pasti mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

b) Tawadhu Menghasilkan Keselamatan

Sebenarnya, tidak hanya keselamatan saja, tetapi Tawadhu juga dapat mendatangkan persahabatan, hingga menghapus adanya penderitaan dan pertentangan yang dialami oleh hamba Allah SWT. Bahkan, Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian ber-Tawadhu sehingga seseorang tidak merasa lagi sombong terhadap orang lain dan tidak berlaku aniaya kepada orang lain.” (HR. Muslim)

bincang akhlak - tawadhu

Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Tawadhu Dalam Diri Muslim

Tanpa disadari, ternyata keberadaan akhlak Tawadhu dapat diperoleh apabila terdapat keseimbangan antara kekuatan akal dan nafsu. Nah, berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter Tawadhu dalam diri umat muslim.

a) Bersyukur

Melalui upaya bersyukur atas apa yang telah kita miliki yang mana berasal dari Allah SWT ini, dapat menjadi pemahaman bahwa sepatutnya manusia itu tidak perlu bersikap sombong dan merasa lebih baik dari orang lain.

b) Riya

Riya adalah lawan kata dari Riya’, yakni berupa melakukan sesuatu bukan karena Allah SWT, tetapi karena ingin dipuji oleh orang lain. Nah, sebagai umat muslim yang taat, kita harus menjauhi sifat riya dan mengendalikan diri untuk tidak menampakkan kelebihan yang kita miliki di hadapan orang lain. Sebab, hal tersebut juga akan membuat diri kita menjadi sombong dan tinggi hati.

c) Sabar

Yakni dengan menahan diri dari segala sesuatu yang tidak kita sukai semata-mata karena mengharap ridho dari Allah SWT.

d) Hindari Sikap Takabur

Grameds pasti sudah tahu dong jika lawan dari sikap Tawadhu ini adalah Takabur atau sombong. Sombong cenderung menjadikan manusia menganggap bahwa dirinya merasa lebih dan meremehkan orang lain. Sebagai umat muslim yang taat, maka kita harus dapat menghindari sikap takabur, sebab orang takabur cenderung akan menolak kebenaran, terutama dari manusia yang memiliki status lebih rendah dari dirinya.

Metode Pembentukan Akhlak Tawadhu Dalam Diri Muslim

Menurut Ulwan, terdapat 5 metode yang dapat ditempuh untuk menanamkan sikap tawadhu dalam diri seorang muslim, yakni:

a) Metode Keteladanan

Yakni berupa memberikan contoh, baik berupa tingkah laku hingga cara berpikir mengenai akhlak Tawadhu ini kepada anak, keponakan, maupun peserta didik. Banyak para ahli yang berpendapat bahwa pendidikan keteladanan merupakan metode yang paling berhasil, karena lebih mudah menangkap yang kongkrit ketimbang yang abstrak.

b) Metode Pembiasaan

Yakni berupa membiasakan kepada anak, keponakan, maupun peserta didik untuk berperilaku Tawadhu dalam kehidupan sehari-hari. Apabila sejak dini sudah dibiasakan untuk berperilaku demikian, maka akhlak Tawadhu ini akan tertanam di dalam dirinya hingga dewasa.

c) Metode Pemberian Nasihat

Metode pemberian nasihat ini dapat menanamkan pengaruh yang baik terkait Tawadhu kepada jiwa anak, keponakan, maupun peserta didik, yakni dengan cara yang dapat mengetuk relung hati jiwa melalui pintunya yang tepat. Metode ini berkaitan erat dengan metode pembiasaan.

d) Metode Penghargaan

Melalui penghargaan, seorang anak cenderung akan termotivasi untuk berperilaku baik terutama dalam akhlak Tawadhu pada kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, biasanya sekolah memegang peranan penting untuk menanamkan akhlak Tawadhu ini kepada diri seorang muslim sejak dini.

e) Metode Hukuman

Sama halnya dengan pengajaran karakter lainnya, dalam menanamkan akhlak Tawadhu juga perlu menggunakan metode hukuman supaya lebih tegas. Namun untuk anak-anak, apabila terbukti melanggar akhlak Tawadhu ini tidak boleh dipukul begitu saja. Hukuman yang dimaksud tidak harus berkaitan dengan kekerasan fisik, melainkan dapat dilakukan dengan cara lain. Misalnya dengan menyita permainan atau gadget milik anak.

kisah kisah inspiratif membangun akhlak anak muslim - tawadhu

Nah, itulah ulasan mengenai apa itu Tawadhu dan beberapa metode penanamannya sebagai akhlak mulia dalam diri seorang umat muslim. Apakah Grameds sudah menerapkan perbuatan-perbuatan rendah hati ini dalam kehidupan sehari-hari?

Baca Juga!

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika