Akuntansi

Pengertian Amortisasi: Cara Menghitung, Manfaat, dan Contoh Kasusnya 

Pengertian Amortisasi
Written by Kamal

Pengertian Amortisasi – Halo sobat Gramedia, sebagian dari Anda mungkin pernah atau sering mendengar istilah amortisasi. Istilah ini biasa digunakan dalam dunia bisnis, terutama di bidang keuangan dan akuntansi. Pada dasarnya konsep amortisasi merupakan proses akuntansi yang memegang peranan penting dalam mengetahui kondisi dan laporan keuangan suatu usaha.

Sederhananya, amortisasi diambil untuk mengurangi biaya dan nilai aktiva tidak berwujud. Kegiatan ini dilakukan secara berkala karena berkaitan dengan devaluasi atau penurunan nilai dan umur ekonomis aset perusahaan.

Berdasarkan interpretasi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa konsep amortisasi berbeda dengan penyusutan atau depresiasi. Oleh karena itu, amortisasi tidak dapat disamakan dengan depresiasi, meskipun keduanya memiliki peran yang saling bergantung.

Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengertian amortisasi? Nah, pada artikel kali ini kita akan membahas lebih dalam tentang pengertian amortisasi. Mengenai hal ini, lanjutkan membaca artikel ini agar tidak salah paham tentang pengertian amortisasi.

Pengertian Amortisasi

Pengertian Amortisasi

Amortisasi berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu berasal dari kata amortize. Secara harfiah, arti dari kata amortize adalah “membawa mati”. Kemudian, istilah ini digunakan di bidang keuangan, akuntansi, dan perpajakan Jadi, definisi amortisasi adalah prosedur penyelesaian utang yang berlangsung secara bertahap selama jangka waktu tertentu.

Pengertian amortisasi adalah proses pelunasan yang berlangsung selama jangka waktu atau jangka waktu tertentu dan juga terjadi secara bertahap. Contoh sederhana dari pembayaran amortisasi ini adalah pembayaran tagihan bulanan untuk kredit mobil, pinjaman kartu kredit, kredit KPR, dan banyak masih banyak lagi.

Prosedur pembayaran Amortisasi juga memiliki metode perhitungan tersendiri. Namun yang pasti jumlah cicilan atau jumlah angsuran harus lebih besar dari jumlah pokok pinjaman dan bunga yang harus dikeluarkan oleh peminjam.

Dengan demikian, nilai amortisasi ini akan diamortisasi secara bertahap sesuai dengan angsuran masing-masing. Amortisasi  juga dapat dipahami sebagai penyebaran jumlah atau biaya modal sebagai aset atau aktiva tidak berwujud selama periode waktu tertentu. Biasanya, amortisasi diterapkan selama aset tersebut masih dapat digunakan.

Interpretasi lain dari konsep amortisasi adalah proses akuntansi yang dilakukan dengan mengurangi secara bertahap nilai kewajiban atau beban dan aset tidak berwujud. Penghapusan aset tidak berwujud ini akan dilakukan sesuai dengan umur ekonomisnya, dibatasi dengan cara membuat penyisihan pengeluaran berkala atas nilai penghasilan.

Alokasi biaya untuk aset tidak berwujud ini akan lebih fokus pada pengurangan nilai kewajiban. Hal ini dilakukan dengan tata cara pembayaran pokok pinjaman sekaligus dengan bunganya. Sehingga nantinya Anda akan mengetahui jumlah cicilan yang harus dibayar hingga jangka waktu pinjaman bisa dilunasi.

Fungsi lain dari penyusutan adalah untuk mencerminkan nilai jual kembali aset tidak berwujud. Contohnya adalah ketika Anda mengambil pinjaman dengan harga cicilan tertentu, Anda akan mengetahui bahwa nilai amortisasinya sama dengan jumlah cicilan yang harus dibayar.

Namun, untuk memahami pengertian depresiasi, kita juga harus memahami istilah dana amortisasi. Yang dimaksud dengan dana amortisasi adalah usaha untuk menghimpun dana atau kas secara berkala sehingga biaya amortisasi setiap periode dapat dilunasi. Akibatnya, perusahaan akan mampu membayar tagihan dari beban amortisasinya saat ini.

Selain definisi diatas, Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), amortisasi adalah prosedur akuntansi yang secara sistematis mengurangi nilai biaya dan aset tetap atau aset tidak berwujud lainnya melalui beban berulang atas laba rugi. Amortisasi penyusutan berlaku untuk aset tidak berwujud yang memiliki masa manfaat yang dapat diidentifikasi.

Masa manfaat adalah umur ekonomis aset (lamanya waktu aset berguna bagi pemiliknya) atau umur kontrak/hukumnya (misalnya umur paten atau Lisensi). Faktor pembatas seperti peraturan pemerintah atau faktor pasar lainnya dapat menyebabkan umur ekonomis suatu aset lebih pendek daripada umur hukum atau umur kontraktualnya.

Dalam pembukuan akuntansi, aset tidak berwujud perusahaan disajikan di bagian aset jangka panjang dari neraca, sedangkan biaya diamortisasi diakui dalam laporan laba rugi. Namun, karena amortisasi adalah beban non-kas, maka amortisasi tidak dicantumkan dalam laporan arus kas perusahaan atau dalam ukuran laba tertentu, seperti laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).

Amortisasi aset tidak berwujud penting karena dapat mengurangi penghasilan kena pajak dan kewajiban pajak dan membantu investor lebih memahami pendapatan operasional yang sebenarnya.

Dalam bisnis, jika bisnis amortisasi biaya, amortisasi dapat membantu menghubungkan biaya aset dengan pendapatan yang dihasilkannya. Misalnya, jika perusahaan Anda membeli selusin kain, perusahaan akan mencantumkan biaya pada tahun pembelian dan biasanya menggunakan semua kain pada tahun yang sama.

Di sisi lain, dengan aset yang besar (pembelian kain dalam jumlah besar), perusahaan akan diuntungkan dari segi biaya selama beberapa tahun. Hal ini dapat mengurangi biaya secara bertahap selama beberapa tahun.

Bagi Anda para pengusaha, sudahkah Anda mengelola keuangan bisnis dengan memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan bisnis? Jika tidak, lakukan sekarang!

Anda perlu melakukan ini untuk mengatur keuangan dan bisnis Anda dengan lebih baik. Anda bisa membeli buku di Gramedia!

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa amortisasi dapat diambil untuk merefleksikan  atau mencerminkan nilai jual kembali suatu aset. Dengan demikian, nilai jual dapat diketahui dan perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari amortisasi.

Relasi Amortisasi dengan Depresiasi

Seperti dijelaskan sebelumnya, amortisasi memiliki hubungan dengan depresiasi nilai aset. Selain hubungan pengertian, kedua istilah tersebut dalam dunia akuntansi ini juga memiliki hubungan pada sejumlah masalah lainnya.

Sebagaimana dipahami, baik depresiasi maupun amortisasi sama-sama terkait dengan perubahan nilai aset. Dengan demikian, konsep amortisasi adalah penurunan nilai aset tidak berwujud, sedangkan depresiasi adalah perubahan nilai aset yang berwujud.

Keduanya juga memiliki fungsi terkait. Jika fungsi amortisasi mencerminkan nilai aset bisnis ketika akan dijual kembali, fungsi depresiasi adalah agar bisnis dapat menerima dan mempertahankan pendapatan untuk bulan tertentu dalam nilai sebuah aset. Dengan demikian, depresiasi dan amortisasi keduanya bekerja dengan mengubah nilai aset perusahaan dalam jangka panjang.

Amortisasi dan depresiasi juga terkait dengan kinerjanya. Keduanya biasanya diambil oleh perusahaan selama bulan pengeluaran. Artinya, amortisasi dan depresiasi tidak dapat dipisahkan. Untuk itu tidak heran jika banyak orang yang menganggap kedua kata ini memiliki arti yang sama, dan banyak juga yang bingung membedakan keduanya.

Perbedaan Amortisasi dengan Depresiasi

Seperti yang disebutkan di bagian sebelumnya, meskipun Amortisasi dan depresiasi terkait, mereka masih memiliki perbedaan. Secara umum, depresiasi aset merupakan biaya penyusutan aset tetap terhadap manfaatnya seperti pada kendaraan bermotor.

Sedangkan amortisasi rentan terhadap penyusutan aset tidak berwujud seperti periode akuntansi. Perusahaan dapat mengalokasikan aset tidak berwujud menggunakan sistem alokasi yang dikenal sebagai Goodwill.

Perbedaan lain antara depresiasi dan amortisasi adalah bahwa amortisasi hampir selalu diambil dengan dasar garis lurus, sehingga beban penyusutan yang diakui pada setiap periode akuntansi adalah sama. Sebaliknya, beban depresiasi biasanya dicatat pada pembukuan dengan metode dipercepat, sehingga beban yang lebih besar diakui pada periode akuntansi sebelumnya

Dalam hal tidak ada nilai residu dalam amortisasi, hal ini berkaitan dengan karakteristik aset tetap tidak berwujud yang dianggap tidak memiliki nilai jual kembali pada akhir masa manfaat atau umur ekonomisnya. Padahal, aset berwujud dalam depresiasi selalu memiliki nilai residu atau nilai sisa dari penggunaan aset tersebut sehingga bisa dimasukkan ke penghitungan penyusutan.

Contoh Amortisasi

Perusahaan sering menghapus aset tidak berwujud tertentu untuk amortisasi, seperti goodwill. Biasanya juga ada alokasi nilai berapapun yang dibayarkan saat membeli preferensi atau obligasi. Sedangkan dalam amortization fund atau dana amortisasi ini dapat dikumpulkan secara berkala untuk menutupi biaya amortisasi.

Contoh 1

Contoh amortisasi adalah perusahaan yang memiliki pinjaman sebesar Rp 10.000.000 dan diangsur sebanyak Rp 200.000 per tahun, dari hal tersebut perusahaan telah diamortisasi pinjaman sebesar Rp 200.000 per tahun.

Contoh 2

Penyusutan tentunya akan lebih mudah dipahami jika disertai dengan studi kasus. Studi kasus yang paling sederhana adalah ketika sebuah perusahaan memiliki pinjaman sebesar Rp. 10 juta dan perlu melakukan pembayaran tahunan sebesar Rp 750.000. Berdasarkan studi kasus ini, dapat dibayangkan bahwa perusahaan telah melakukan amortisasi pinjaman hingga sebesar Rp. 750.000 per tahun.

Contoh 3

Studi kasus lainnya adalah ketika sebuah perusahaan garmen memegang hak paten atas sebuah mesin untuk jangka waktu 10 tahun. Ketika perusahaan menghabiskan Rp. 250 juta untuk mengembangkan produk mereka, beban biaya amortisasinya adalah 25 juta karena harus dibagi dengan biaya massa manfaat mesin.

Cara Menghitung Amortisasi

Kegiatan amortisasi akan mewajibkan pelaku usaha untuk dapat melunasi hutang, termasuk pembayaran pokok atau principal pinjaman serta pembayaran bunga. Tujuan dari pokok pinjaman dalam hal ini adalah saldo utang yang harus beredar dan juga wajib dilunasi oleh pihak perusahaan.

Pembayaran bunga akan menjadi semakin berkurang jika jumlah pokok yang harus dibayar menjadi semakin meningkat. Seiring waktu, jumlah bunga yang harus dibayar tersebut nantinya dapat berkurang, tetapi jumlah pembayaran pokok bisa meningkat.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghitung amortisasi, yaitu:

Menghitung Amortisasi Pinjaman pada Bulan Pertama

Ada enam langkah yang harus dilakukan perusahaan untuk dapat menghitung bunga dan pokok selama bulan pertama amortisasi. Langkah pertama adalah mengumpulkan data sehingga amortisasi pertama dapat dihitung. Beberapa informasi yang Anda butuhkan adalah suku bunga, jangka waktu pinjaman, dan pokok pinjaman.

Langkah kedua adalah menyiapkan kertas kerja agar proses perhitungan berjalan lancar. Dalam hal ini, Anda hanya perlu Microsoft Excel untuk menghitung amortisasi. Isi tabel berdasarkan bulan, pembayaran pokok, pembayaran bunga, jumlah angsuran, dan saldo pinjaman.

Kemudian langkah selanjutnya adalah menentukan pinjaman untuk bulan sebelumnya dan juga menghitung jumlah angsuran. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah angsuran adalah

Jumlah Angsuran = P x (i / 12) / 1 – (1+ (i / 12) -t), di mana P adalah pokok pinjaman, i adalah suku bunga bunga dan t adalah tenor pinjaman atau jangka waktu pinjaman.

Contoh sederhana adalah jika perusahaan ABC memiliki pinjaman pokok sebesar 10 juta rupiah, dengan tingkat bunga 6% dan tenor waktu 12 bulan. Maka perhitungan jumlah angsurannya adalah 10.000.000 x (6% / 12) / 1 – (1+ (6% / 12) -12) = 860.664.

Jika sudah mengetahui jumlah angsuran, langkah selanjutnya adalah menghitung bunga angsuran. Rumus untuk menghitung angsuran bunga adalah pokok pinjaman bulan sebelumnya dikurangi suku bunga dikalikan 30/360. Menerapkan rumus dari contoh sebelumnya, kita akan melihat bahwa pembayaran angsuran bunga untuk bulan pertama adalah 10.000.000 x 6% x (30/360) = 50.000.

Langkah kelima yang harus dilakukan jika sudah mengetahui nilai jumlah angsuran dan besaran bunganya adalah dengan mengetahui informasi terkait angsuran pokok yang harus dibayar. Lebih mudah, bisa mengetahui cicilan pokok dengan mengurangi jumlah angsuran beserta bunganya. Berdasarkan contoh sebelumnya, kita dapat melihat bahwa angsuran pokok adalah 860.664 -50.000 = 810.664.

Langkah keenam yang perlu dilakukan adalah menghitung saldo pinjaman dengan mengurangi jumlah pokok bulan sebelumnya dengan jumlah pembayaran pokok. Berdasarkan contoh di atas, kita dapat melihat bahwa saldo pinjaman adalah 10.000.000 – 810.664 = 9.189.336.

Jadi, dengan menggunakan enam langkah di atas, kita bisa mendapatkan gambaran tentang alokasi saldo utang yang dimiliki perusahaan.

Menghitung Amortisasi Pinjaman untuk Keseluruhan Pinjaman

Untuk menghitung amortisasi pinjaman selama masa pinjaman, bisnis dapat menggunakan spreadsheet atau lembar kerja yang telah dibuat pada langkah kedua. Berikut adalah hasil perhitungan amortisasi selama 12 bulan berdasarkan contoh di atas:

Pengertian Amortisasi

sumber: finansialku.com

Dengan menggunakan informasi pada lembar kerja, seseorang dapat melihat apakah nilai pembayaran pokok setiap bulan akan meningkat ataukah nilai pembayaran angsuran bunga akan menurun. Namun, tidak menutup kemungkinan juga dapat diketahui pula jika saldo atau pokok pinjaman setiap pembayaran angsuran nilainya selalu berkurang hingga akhirnya terlunasi.

Metode Garis Lurus

Dalam akuntansi, metode amortisasi adalah ukuran penurunan nilai aset tidak berwujud. Metode perhitungannya mirip dengan penyusutan atau depresiasi aset berwujud, seperti mesin dan bangunan pabrik.

Ketika sebuah perusahaan mengalokasikan aset tidak berwujud selama suatu periode, biaya aset tersebut dapat dikaitkan dengan pendapatan yang dihasilkan dalam setiap periode akuntansi dan dikurangkan dari biaya selama masa manfaat properti tersebut.

Untuk tujuan akuntansi, perusahaan biasanya menghitung amortisasi dengan metode garis lurus. Dengan metode ini, biaya aset tidak berwujud tersebar merata di semua periode akuntansi dimana aset tersebut dapat memperoleh manfaat. Rumusnya:

Beban amortisasi tahunan = biaya perolehan aset/masa manfaat

Biaya perolehan aset memperhitungkan jumlah tercatat, jika ada termasuk biaya lain yang dapat untuk memperoleh aset tersebut. Misalnya, komisi, hukum, administrasi dan biaya lainnya. Masa manfaat disini diberikan sebagai perkiraan jika tidak ada masa berlaku yang pasti seperti yang disyaratkan oleh negara atau undang-undang.

Contoh: PT Sinar Jaya membeli hak cipta perangkat lunak komputer dari seorang investor untuk mendukung produksi perusahaan seharga Rp 180.000.000. PT Sinar Jaya menghabiskan Rp 20.000.000 untuk pendaftaran paten dan mendapatkan hak penemu selama 20 tahun.

Tapi kemudian ada gugatan dari penemu lain atas paten penemuan perangkat lunak. Proses pengadilan menelan biaya PT Sinar Jaya Rp 50.000.000 namun memenangkan kasus tersebut. Maka biaya amortisasi tahunannya adalah:

(Rp 180.000.000 + Rp 20.000.000 + Rp 50.000.000)/20 tahun = Rp 12.500.000 per tahun

Metode Saldo Menurun

Metode saldo menurun adalah sistem alokasi biaya dan biaya di mana jumlah yang dianggarkan menurun setiap tahun seiring dengan meningkatnya masa manfaat aset. Dengan metode saldo menurun ini, beban penyusutan akan jauh lebih tinggi pada tahun sebelumnya dan bahkan lebih rendah pada tahun berikutnya.

Manfaat Amortisasi

Amortisasi adalah salah satu aspek terpenting dari akuntansi bisnis bukan karena untuk sembarang hal.

Misalnya, menghitung amortisasi adalah cara yang pasti bagi perusahaan untuk memprediksi kesehatan laporan keuangan mereka. Selain itu, ia juga dapat memberitahu perusahaan tentang hutang yang dimiliki perusahaan. Nah, selain kedua hal tersebut, berikut manfaat amortisasi lainnya yang bisa didapatkan perusahaan seperti diungkap oleh Chron:

  • Jumlah pembayaran yang jelas termasuk bunga dan pokok
  • Jadwal pembayaran utang dan bunga yang lebih terstruktur
  • Potongan pajak untuk tahun pajak berjalan
  • Laporan keuangan yang lebih jelas dan terstruktur
  • Mengurangi resiko akumulasi utang bisnis

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai pengertian amortisasi. Menghitung amortisasi harus membutuhkan keterampilan akuntansi dan keuangan yang baik. Selain pertumbuhan bisnis, keuntungan dari menghitung amortisasi adalah dapat digunakan sebagai dasar pengurangan pajak.

Dalam hal ini, perusahaan harus mengacu pada peraturan pemerintah tentang amortisasi pajak. Umumnya, pemerintah mengatur amortisasi pajak melalui Kementerian Keuangan. Untuk menyederhanakan pembukuan, pengusaha dapat menggunakan software akuntansi yang dapat menyederhanakan proses dan mengurangi resiko kesalahan perhitungan.

Untuk mempelajari pengertian amortisasi atau akuntansi lebih dalam lagi, kalian bisa membaca buku di Gramedia.com Disana banyak buku tentang pembelajaran akuntansi dan kalian bisa membelinya. Selamat berbelanja!

Sumber: dari berbagai sumber

Penulis: Ziaggi Fadhil Zahran

Baca juga artikel terkait:

Perbedaan Aset Tetap, Tidak Tetap, Aset Lancar dan Tidak Lancar

Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Dagang

Amortisasi: Pengertian, Metode, Manfaat, dan Cara Perhitungannya

Kenali Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

Akuntansi Sektor Publik: Pengertian Menurut Ahli, Tujuan, Jenis

About the author

Kamal

Perkenalkan nama saya Kamal dan saya sangat suka menulis tentang trivia. Terlebih, tema-tema tentang akuntansi. Selain akuntasi, saya juga suka menulis tentang ilmu pengetahuan dan juga ekonomi.