Akuntansi

Amortisasi: Pengertian, Metode, Manfaat, dan Cara Perhitungannya

Amortisasi adalah
Written by Kamal

Amortisasi adalah – Dalam akuntansi bisa dibilang jika aset adalah sumber daya dengan nilai ekonomi yang memiliki nilai ekonomi tersendiri. Aset juga bisa dimiliki oleh individu, perusahaan ataupun negara dengan harapan akan bisa memberikan suatu manfaat di masa depannya.

Meski begitu, ada suatu kondisi yang menyebabkan nilai dari aset yang dibeli tersebut menjadi tidak tetap seperti pada saat pertama kali dibeli. Kondisi pengukuran nilai aset dalam dunia akuntansi, biasa dikenal sebagai amortisasi.

Pengertian Amortisasi

Amortisasi adalah

pixabay.com

Hal pertama yang akan kita bahas adalah pengertian dari amortisasi. Meski sebelumnya telah dijelaskan secara singkat, tetapi dalam poin ini akan dijelaskan lebih luas lagi terkait dengan pengertian amortisasi.

Amortisasi adalah teknik akuntansi yang biasanya digunakan secara berkala untuk menurunkan book value pinjaman atau aset tak berwujud dalam periode waktu tertentu. Selain itu, amortisasi juga bisa diartikan sebagai penurunan maupun pengurangan aktiva tak berwujud untuk setiap periode akuntansi yang sebelumnya telah dilewati oleh perusahaan.

Contoh paling sederhana dari amortisasi adalah proses pembayaran tagihan bulanan terhadap kredit kendaraan, pinjaman kartu kredit dan lainnya. Prosedur amortisasi sebenarnya memiliki cara perhitungan tersendiri.

Meski begitu, ciri khas dari perhitungan amortisasi adalah angka cicilan harus lebih besar daripada pokok pinjaman dan juga beban bunga yang akan ditanggung oleh pihak peminjam. Dengan adanya rumus tersebut, maka secara perlahan nilai amortisasi akan bisa terlunasi pada setiap proses pembayaran cicilan yang dilakukan.

Metode Perhitungan Amortisasi

Amortisasi adalah

pixabay.com

Seperti penjelasan sebelumnya jika amortisasi adalah suatu cara yang biasa digunakan untuk menurunkan aktiva tak berwujud di setiap periode akuntansi sebuah perusahaan. Meski begitu, proses perhitungan amortisasi akan dapat dilakukan secara sembarangan.

Ada beberapa metode khusus yang harus diikuti oleh perusahaan dalam proses perhitungan amortisasi. Pada dasarnya, metode perhitungan amortisasi juga sudah ada di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 mengenai Pajak Penghasilan

Perlu diketahui juga jika setiap masing-masing metode perhitungan amortisasi memiliki cara kerja serta manfaat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tugas perusahaan serta PIC adalah untuk memahami kebutuhan serta sumber daya keuangan yang telah dimilikinya.

Berikut ini merupakan penjelasan terkait dengan metode perhitungan amortisasi yang bisa Anda baca selengkapnya.

1. Metode Garis Lurus

Metode garis lurus merupakan teknik yang bisa digunakan dalam perhitungan amortisasi. Di mana metode garis lurus akan mendorong sistem alokasi beban biaya yang totalnya akan dianggarkan pada setiap tahun dengan jumlah yang sama. Bahkan, bisa dibilang jika metode garis lurus merupakan nilai biaya dengan jumlah penyusutan relatif stabil di setiap periode akuntansi.

2. Metode Saldo Menurun

Metode saldo menurun juga bisa digunakan sebagai metode perhitungan amortisasi. Dalam metode saldo menurun, sistem alokasi beban biaya dengan jumlah yang dianggarkan akan semakin menurun di setiap tahun seiring dengan bertambahnya massa pemanfaatan dari aset tersebut.

Pada tahun terakhir dari masa manfaat tersebut akan dilakukan suatu penurunan secara bersamaan dengan nilai dari sisa buku yang ada. Tak hanya itu saja, pada metode saldo menurun biasanya tahun perolehan biaya penyusutan akan menjadi jauh lebih besar yang pada tahun berikutnya biaya akan semakin mengecil.

Perbedaan Amortisasi dengan Depresiasi

Tak hanya amortisasi sajam namun juga ada istilah depresiasi yang berhubungan dengan proses pengurangan nilai manfaat dari suatu aset. Meski begitu, baik itu amortisasi maupun depresiasi memiliki perbedaan lho.

Jika amortisasi adalah penurunan nilai aset tak berwujud, maka depresiasi adalah penurunan aset berwujud. Lalu, amortisasi menunjukkan nilai aset pada sebuah perusahaan ketika akan dijual kembali dan untuk depresiasi adalah untuk memungkikan suatu perusahaan menghasilkan serta mempertahankan keberadaan dari pendapatan aset tersebut pada periode tertentu.

Oleh karena itu, baik itu amortisasi maupun depresiasi bisa dibilang memiliki dampak jangka panjang terkait dengan nilai aset suatu perusahaan. Agar bisa mengelola aset perusahaan dengan mudah serta bisa mengukur nilai aset yang terdepresiasi, maka Anda bisa menggunakan sebuah aplikasi manajemen aset.

Dengan bantuan aplikasi khusus tersebut, Anda akan semakin mudah dalam proses melacak informasi aset secara lebih rinci beserta bisa membuat suatu laporan nilai aset dengan matrik yang relevan. Tentunya, hal tersebut akan semakin mempermudah Anda dalam proses pengelolaan aset perusahaan.

Cara Melakukan Perhitungan Amortisasi

Amortisasi adalah

pixabay.com

Amortisasi merupakan suatu kegiatan yang mengharuskan suatu perusahaan untuk melakukan proses pembayaran hutang. Hutang tersebut meliputi pembayaran pokok pinjaman serta pembayaran bunga.

Maksud dari pokok pinjaman adalah saldo hutan yang harus beredar serta harus dilunasi oleh pihak manajerial perusahaan. Pembayaran bunga pada hutang tersebut akan terus menurun ketika nominal pokok yang dibayarkan menjadi semakin besar.

Bahkan, semakin lama jumlah bunga yang akan dibayarkan juga menjadi habis. Meski begitu jumlah pembayaran pokok malah dapat bertambah. Agar bisa efektif kembali, maka ada sekitar enam tahap yang diperlukan dalam proses pembayaran amortisasi yang bisa dilakukan oleh sebuah perusahaan.

Berikut adalah enam langkah perhitungan amortisasi yang bisa Anda gunakan.

1. Kumpulkan Data

Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh perusahaan dalam proses perhitungan amortisasi adalah mengumpulkan data. Data tersebut akan dibutuhkan agar perusahaan bisa mulai menghitung amortisasi pertama. Beberapa data yang bisa dikumpulkan oleh perusahaan adalah seperti suku bunga, tenor pinjaman serta pokok pinjaman.

2. Persiapkan Kertas Kerja

Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul, maka perusahaan bisa mulai mempersiapkan kertas kerja dalam proses perhitungan amortisasi.Dibutuhkannya kertas kerja ini agar proses perhitungan amortisasi menjadi lebih mudah dieksekusi.

Tak bisa dipungkiri kemajuan teknologi juga akan memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam proses perhitungan amortisasi. Saat ini, sudah banyak aplikasi yang bisa digunakan untuk melakukan perhitungan amortisasi.

Bahkan, dengan bantuan Microsoft Excel saja, Anda bisa melakukan pengisian tabel dengan data seperti bulan, bunga angsuran pokok, angsuran bunga, jumlah angsuran serta saldo pinjaman.

3. Menentukan Pinjaman

Berikutnya adalah dengan menentukan pinjaman. Perusahaan wajib memakukan menentukkan pinjaman pada periode sebelumnya serta menghitung jumlah angsuran yang ada. Sementara itu, untuk rumus yang digunakan pada proses perhitungan jumlah angsuran perusahaan adalah seperti yang ada di bawah ini.

Jumlah Angsuran = P x (i/12) / 1 – (1+(i/12)-t)

Keterangan:

P: pokok pinjaman
i: suku bunga
t: tenor pinjaman.

4. Lakukan Perhitungan Angsuran Bunga

Berikutnya adalah tahap menghitung jumlah angsuran bunga. Untuk bisa menghitung angsuran bunga juga dibutuhkan suatu rumus. Di bawah ini merupakan rumus dari perhitungan angsuran bunga yang bisa dilakukan oleh pihak perusahaan.

Rumus:
Pokok pinjaman pada bulan sebelumnya dikurang suku bunga dikali 30/360

5. Melakukan Identifikasi Angsuran yang Harus Dibayar

Proses selanjutnya yang bisa dibutuhkan dalam perhitungan amortisasi adalah mendapatkan informasi yang berhubungan dengan angsuran pokok yang perlu dibayarkan oleh pihak perusahaan. Untuk lebih mudah melakukan identifikasi angsuran yang harus dibayarkan oleh pihak perusahaan, maka bisa menggunakan rumus yang tersedia di bawah ini.

Rumus:
Jumlah angsuran – angsuran bunga

6. Lakukan Perhitungan Saldo Pinjaman

Langkah terakhir yang bisa dilakukan perusahaan dalam perhitungan jumlah amortisasi adalah dengan menghitung saldo pinjaman. Sama seperti poin sebelumnya, menghitung saldo pinjaman juga membutuhkan suatu rumus. Nah, rumus yang digunakan dalam perhitungan saldo pinjaman adalah sebagai berikut ini.

Rumus:
Nilai pokok pinjaman pada bulan sebelumnya – jumlah angsuran pokok

Itulah enam langkah mudah yang bisa digunakan saat ingin melakukan perhitungan amortisasi.

Manfaat Amortisasi

Amortisasi adalah

pixabay.com

Amortisasi adalah salah satu aspek penting dalam akuntansi bisnis. Dengan menggunakan amortisasi, perusahaan bisa mendapatkan cara jitu untuk bisa melakukan prediksi laporan keuangan yang mereka miliki.

Tak hanya itu saja, pasalnya amortisasi bisa memberikan informasi kepada perusahaan terkait dengan hutang yang mereka miliki. Menariknya lagi keberadaan dari amortisasi tak hanya mampu memberikan dua manfaat tersebut saja, namun juga memiliki beberapa manfaat lainnya seperti yang ada di bawah ini.

  1. Memberikan informasi jumlah pembayaran dengan jelas yang meliputi bunga hingga pinjaman pokok.
  2. Memberikan informasi berupa jadwal pembayaran hutang serta bunga dengan lebih terstruktur.
  3. Memberikan proses pengurangan pajak pada tahun pajak berjalan.
  4. Memberikan informasi laporan keuangan dengan lebih jelas dan terstruktur.
  5. Mengurangi resiko terjadinya penumpukan hutang bisnis.

Nah, itulah beberapa manfaat yang diberikan oleh amortisasi kepada sebuah perusahaan. Dengan beberapa manfaat tersebut menjadikan amortisasi sebagai aspek penting yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Contoh Pemanfaatan Amortisasi

Seperti yang dijelaskan jika amortisasi memang dibutuhkan oleh perusahaan. Adapun beberapa contoh pemanfaatan amortisasi adalah sebagai berikut ini.

  1. Tagihan bulanan pembayaran kredit kendaraan
  2. Pinjaman KPR
  3. Pinjaman KPA
  4. Pinjaman Kartu Kredit

Kapan Waktu Perhitungan Amortisasi?

Perhitungan amortisasi atas aset tak berwujud bisa dimulai pada bulan pengeluaran kecuali untuk bidang usaha tertentu yang telah diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 248/PMK.03/2008 seperti yang tertera di bawah ini.

  1. Bidang usaha kehutanan seperti bidang usaha hutan, Kawasan hutan serta hasil hutan yang ditanam yang bisa dilakukan proses produksi secara berulang-ulang dan baru menghasilkan setelah proses penanaman lebih dari satu tahun.
  2. Bidang usaha perkebunan tanaman keras seperti bidang usaha perkebunan yang tanamannya bisa diproduksi secara berulang dan baru menghasilkan setelah proses penanaman sudah lebih dari satu tahun.
  3. Bidang usaha peternakan seperti bidang usaha peternakan yang ternaknya bisa diproduksi secara berulang kali serta baru bisa dijual setelah dilakukan pemeliharaan sekurang-kurangnya dalam jangkauan waktu satu tahun.

Amortisasi atas pengeluaran untuk mendapatkan aset tak berwujud serta pengeluaran lainnya untuk bidang usaha tertentu dimulai pada bulan produksi komersial atau bulan di mana penjualan tersebut sudah mulai dilakukan.

Sekilas Tentang Depresiasi

Amortisasi adalah

pixabay.com

Pada penjelasan sebelumnya telah dipaparkan terkait dengan perbedaan antara amortisasi dan depresiasi, yang mana keduanya sama-sama memberikan perhitungan pada aset namun dalam bentuk yang berbeda. Dalam poin ini, kita akan belajar lebih luas kembali terkait dengan depresiasi.

Depresiasi adalah suatu metode penyusutan dalam akuntansi yang bisa mempengaruhi nilai pada suatu aset perusahaan terutama pada jenis aset tetap. Semakin banyak penurunan dari nilai aset tetap, maka hal tersebut akan bisa menurunkan harga jual dari aset.

Sedangkan untuk aset tetap sendiri merupakan suatu aktiva tetap yang merujuk pada aset jangka panjang dan berguna bagi perusahaan agar bisa menjalankan operasional bisnisnya. Gedung bangunan, pabrik, alat, mesin produksi serta alat transportasi seperti mobil dan juga motor adalah contoh dari aset tetap. Namun, pengecualian untuk tanah, karena nilai tanah tidak bisa masuk perhitungan sebagai sebuah penyusutan. Hal ini karena aset tanah akan memiliki nilai yang semakin tinggi seiring berjalannya waktu.

Depresiasi atau penyusutan bisa memberikan pengaruh terhadap nilai aset tetap karena bisa mengurangi nilai pada neraca karena terjadinya penyusutan. Hal ini juga bisa mempengaruhi laba bersih karena dianggap sebagai beban biaya dan juga pengeluaran yang ada di dalam keuangan.

Perlu diketahui jika perhitungan penyusutan hanya diberlakukan pada aset tetap berwujud. Aset tetap tak berwujud seperti merek dagang, lisensi, hak cipta, franchise dan lainnya tidak masuk sebagai aset tetap yang bisa diperhitungkan pada depresiasi.

Lantas kenapa perhitungan nilai depresiasi begitu penting bagi perusahaan?

Hal tersebut ada hubungannya dari berbagai macam aspek. Jika kita tak menghitung terjadinya nilai penyusutan, maka akan memungkinkan terjadinya kerugian bagi suatu perusahaan. Kerugian yang mungkin akan terjadi adalah pada pajak yang tak sesuai atau bisa juga jauh lebih besar dari pencatatan laba tak berkurang dengan tidak adanya perhitungan biaya penyusutan atau depresiasi.

Faktor yang Mempengaruhi Depresiasi

Depresiasi atau penyusutan nilai aset berwujud pada suatu perusahaan juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Nah, beberapa faktor yang bisa mempengaruhi nilai dari suatu aset adalah sebagai berikut ini.

1. Faktor Biaya Perolehan

Besaran dana yang diperoleh adalah biaya dasar perhitungan besarnya depresiasi yang nantinya akan dialokasikan per periode akuntansi tertentu. Biaya tersebut menjadi faktor utama yang bisa menjadi penentu terjadinya seberapa banyaknya penyusutan aset tetap. Biaya yang termasuk ke dalam biaya perolehan adalah seperti harga pembelian aset, biaya pengiriman atau transportasi serta biaya masuk dan juga pemasangan.

2. Perkiraan Umur Ekonomis

Setelah mengetahui biaya perolehan. Berikutnya adalah mengetahui estimasi umur ekonomis dari setiap aktiva tetap. Faktor umur ekonomis dari sebuah aset juga masuk ke dalam daftar faktor yang bisa mempengaruhi penyusutan nilai suatu aset.

Perkiraan umur ekonomis bisa diketahui dari perkiraan berapa lama sebuah aset berwujud bisa berguna dalam proses operasional produksi. Misalnya adalah pada jangka waktu berapa lama, bisa dari jangkauan bulan atau tahun terjadinya penurunan kualitas produksi.

Depresiasi yang lebih kecil akan memiliki masa yang lebih lama. Sedangkan ketika terjadi suatu penyusutan yang lebih besar, maka umur ekonomis dari aset akan tergolong lebih pendek. Oleh karena itu, penting sekali suatu perusahaan mengetahui estimasi umur ekonomis suatu aset dari awal.

3. Perkiraan Nilai Residu

Faktor penentu perhitungan depresiasi yang terakhir adalah perkiraan nilai residu suatu aset. Nilai yang bisa direalisasikan ketika suatu aset akan dijual atau tak lagi digunakan kembali merupakan nilai residu.

Tak hanya itu saja, nilai residu juga bisa diartikan sebagai nilai sisa hasil dari sebuah aset yang dihasilkan dari penjualan, penyewaan atau diputarkan sesuai dengan cara pemeliharaan kebijakan bisnis. Meski begitu, jika suatu aset tetap tak bisa digunakan lagi karena tidak bisa memberikan manfaat kembali, maka aset tersebut sudah tidak memiliki nilai residu yang terlalu tinggi.

Nah, itulah ulasan mengenai amortisasi dan sekilas tentang depresiasi yang bisa Anda baca selengkapnya di sini. Setelah membaca artikel ini sampai selesai, semoga semua pembahasannya bermanfaat untuk Grameds.

Jika, kamu ingin mencari berbagai macam buku tentang akuntansi, maka bisa menemukannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Hendrik Nuryanto

BACA JUGA:

  1. Perbedaan Aset Tetap, Tidak Tetap, Aset Lancar, dan Tidak Lancar
  2. Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Dagang
  3. Persamaan Dasar Akuntansi: Pengertian, Rumus, dan Contoh
  4. Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang 
  5. Sistem Informasi Akuntasi Perusahaan Dagang 

About the author

Kamal

Perkenalkan nama saya Kamal dan saya sangat suka menulis tentang trivia. Terlebih, tema-tema tentang akuntansi. Selain akuntasi, saya juga suka menulis tentang ilmu pengetahuan dan juga ekonomi.