Bahasa Indonesia

51 Contoh Kata Kerja Material dan Penjelasan Terkaitnya!

Kata Kerja Material
Written by Siti Badriyah

Kata Kerja Material – Ketika mempelajari tentang teks dalam Bahasa Indonesia, baik itu teks prosedur, teks anekdot, teks eksplanasi, maupun teks sejarah, pasti Grameds menemukan adanya kaidah kebahasaan yang berisikan adanya kata kerja material.

Yap, kata kerja material menjadi kaidah yang harus diikuti dalam kegiatan menyusun beberapa teks tersebut supaya konteks yang ditulis dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Sebenarnya, keberadaan kata kerja material ini masih menjadi bagian dari kata kerja alias verba kok.

Hanya saja bentuknya memang dibedakan terutama dalam kajian semantik alias maknanya. Lantas, apa sih contoh kata kerja material itu? Apa pula definisi dari kata kerja material ini? Nah, supaya Grameds memahami hal-hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

Kata Kerja Material

https://www.freepik.com/

50+ Contoh Kata Kerja Material

  1. Makan
  2. Mandi
  3. Menyapu
  4. Tidur
  5. Membuka
  6. Menulis
  7. Membaca
  8. Memberi
  9. Menghadang
  10. Menggoreng
  11. Membilas
  12. Mencuci
  13. Menendang
  14. Menyiram
  15. Mengunyah
  16. Memegang
  17. Membelai
  18. Memecahkan
  19. Melambaikan
  20. Menyisir
  21. Menepuk
  22. Memukul
  23. Membeli
  24. Membawa
  25. Berbicara
  26. Menyanyi
  27. Belajar
  28. Bersepeda
  29. Mengayuh
  30. Mengetuk
  31. Menembak
  32. Berlari
  33. Berjalan
  34. Melompat
  35. Jatuh
  36. Menelepon
  37. Menyetrika
  38. Mengumpulkan
  39. Menggambar
  40. Mengukus
  41. Membakar
  42. Merapikan
  43. Membanting
  44. Memegang
  45. Menuang
  46. Menutup
  47. Menempelkan
  48. Mengetik
  49. Melempar
  50. Memperbaiki
  51. Memotong

Kata Kerja Material

Apa Itu Kata Kerja Material?

Kata Kerja Material

https://www.freepik.com/

Pada dasarnya, kata kerja material adalah salah satu jenis dari kata kerja alias verba yang mana memiliki imbuhan dan merujuk pada adanya aktivitas fisik maupun perbuatan yang dapat dilihat secara kasat mata.

Imbuhan pada kata kerja material ini biasanya adalah me-, meng-, menge-, dan men-. Sebenarnya, kata kerja material ini hampir menjadi bagian dari kata kerja transitif. Sedikit trivia saja nih, kata kerja transitif ini merupakan salah satu jenis verba yang dilihat dari segi perilaku sintaksisnya.

Mengapa bisa dikatakan demikian? Sebab kata kerja transitif ini memiliki beberapa ciri setidaknya ada 4, yakni: (1) memerlukan nomina sebagai objeknya; (2) digunakan dalam kalimat aktif; (3) verba yang digunakan kebanyakan berimbuhan me-, meng-, dan men-; dan (4) apabila diubah menjadi bentuk pasif tetap “terlihat” perbuatan fisiknya yang dilakukannya.

Nah, pada ciri ketiga dan keempat tersebut hampir selaras dengan definisi dari kata kerja material. Namun, perlu diingat kembali ya bahwa kata kerja material itu tidak sama dengan kata kerja transitif. Bahkan dari segi kajian pembahasannya saja sudah berbeda ‘kok.

Nah, penggunaan kata kerja material kerap dijadikan sebagai kaidah kebahasaan untuk beberapa jenis teks dalam Bahasa Indonesia. Sebut saja ada teks eksplanasi, teks prosedur, teks anekdot, hingga teks sejarah.

Alasan mengapa kata kerja material dibutuhkan dalam proses penulisan beberapa teks tersebut adalah karena verba jenis ini begitu memperlihatkan aktivitas fisik atau perbuatan manusia yang dapat dilihat secara kasat mata.

Contohnya: membaca, menyapu, menyiapkan, menulis, memasak, merebus, menggoreng, mengukus, dan lainnya. Coba Grameds pikirkan sekali lagi, beberapa contoh kata kerja material tersebut memang berupa perbuatan manusia yang dapat dilihat secara kasat mata ‘kan?

Dilansir dari website Kantor Bahasa Maluku Kemdikbud, kata kerja material yang merupakan bagian dari 3 jenis verba dalam aspek semantik ini ternyata dapat dikenali dari adanya 2 indikator. Indikator pertama adalah ‘dapat menjadi jawaban atas sebuah pertanyaan’. Lalu, indikator kedua adalah ‘dapat digunakan sebagai pembentuk sebuah kalimat perintah’. Supaya Grameds semakin paham dengan apa itu kata kerja material ini, coba simak penjelasan berikut ini yang berkaitan dengan 2 indikatornya.

Pada indikator pertama yakni ‘dapat menjadi jawaban atas sebuah pertanyaan’, biasanya berhubungan erat dengan kegiatan yang dilakukan oleh subjek. Misalnya, terdapat pertanyaan berupa “Apakah Meta sudah makan?”. Nah, keberadaan kata kerja material ini dapat digunakan sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut, berupa “Meta belum makan sejak tadi siang.”

Lalu, pada indikator kedua yakni ‘dapat digunakan sebagai pembentuk sebuah kalimat perintah’, tentunya tetap berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan secara kasat mata oleh subjek. Jadi, kalimat perintah yang memuat adanya kata kerja material ini dapat berupa: “Mandi!”, “Tidur!”, “Buka!”, dan lainnya.

Terkait dengan imbuhan yang terdapat pada kata kerja material ini, sebenarnya tidak melulu harus me-, meng-, menge-, dan men-. Bahkan tak jarang, kata kerja material yang aktivitas fisiknya dapat dilihat secara kasat mata ini dapat juga berupa kata dasar alias tanpa adanya imbuhan. Contohnya: tidur, makan, mandi, dan lainnya. Hanya saja, kebanyakan kata kerja material memang menggunakan beberapa imbuhan tersebut.

Itulah mengapa, beberapa teks seperti teks prosedur hingga teks eksplanasi begitu membutuhkan kata kerja material ini karena begitu “menyuguhkan” adanya tindakan fisik manusia yang dapat dilihat oleh mata. Terlebih lagi pada teks prosedur yang berisikan langkah-langkah membuat sesuatu (baik itu makanan atau benda) dengan kedua tangan.

Struktur Kalimat Menggunakan Kata Kerja Material

Dilansir dari bocahkampus.com, penggunaan kata kerja material dalam sebuah kalimat tentu saja harus mengacu pada adanya struktur yang tepat. Struktur ini hampir sama dengan struktur kalimat pada umumnya, yakni SPOK alias Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan. Nah, berikut struktur kalimat yang menggunakan kata kerja material.

Subjek + Predikat (berupa kata kerja material) + Objek + Keterangan (opsional)

Perlu diingat sekali lagi, jika hendak membuat sebuah kalimat dengan menggunakan kata kerja material, maka tentu saja harus diletakkan di bagian predikat ya…

Kata Benda

Memahami Kembali Apa Itu Kata Kerja

Kata Kerja Material

https://www.freepik.com/

Setelah memahami apa saja contoh dari kata kerja material beserta definisi dan struktur kalimatnya, apakah Grameds sudah memahami secara jelas? Atau bahkan bertanya-tanya mengenai apa sih kata kerja itu dan jenis-jenisnya dalam kajian semantik alias maknanya? Yuk, simak ulasan berikut ini supaya tidak merasa bingung terlalu lama!

Pada dasarnya, kata kerja alias verba ini merupakan salah satu jenis kata dalam Bahasa Indonesia. Jenis-jenis kata tersebut jumlahnya adalah 10, yakni kata bend, kata keadaan, kata kerja, kata ganti, kata sandang, kata depan, kata bilangan, kata sambung alias konjungsi, kata keterangan, dan kata seru.

Nah, sementara itu menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata kerja alias verba adalah kata yang menggambarkan adanya proses, perbuatan, atau keadaan. 

Jika melihat pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, ciri-ciri dari kata kerja alias verba ini dapat diketahui dengan mengamati 3 indikator, yakni (1) perilaku semantisnya; (2) perilaku sintaksisnya; dan (3) bentuk morfologinya.

Namun, secara umum kata kerja ini juga dapat kok diidentifikasi dan dibedakan dari beberapa kelas kata lainnya karena terlihat begitu menonjol terutama dalam “memperlihatkan” adanya kegiatan atau tindakan fisik secara kasat mata.

Fungsi utama dari kata kerja pada sebuah kalimat adalah sebagai predikat, atau bahkan juga dapat dianggap sebagai inti predikat dalam kalimat. Meskipun sebenarnya, kata kerja juga memiliki fungsi lain, tetapi fungsi utamanya adalah sebagai inti kalimat yang diterangkan. Perhatikan contoh kalimat berikut ini!

  • Pencuri itu lari.
  • Orang asing itu tidak akan suka masakan Jawa.
  • Mereka sedang belajar di ruang tamu.
  • Bom itu seharusnya tidak meledak.

Nah, pada contoh kalimat tersebut terutama yang dicetak miring merupakan predikat, yakni bagian yang menjadi pengikat dengan bagian lain pada kalimat itu. Singkatnya, kata kerja berupa “lari”, “tidak akan suka”, “sedang belajar”, dan “tidak meledak” ini adalah kata kerja alias verba.

  1. Kata kerja mengandung makna inheren (berhubungan erat) dengan adanya perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
  2. Pada kata kerja terutama yang memiliki makna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’. Contohnya pada verba “mati” atau “suka”. Tentu saja tidak dapat diberikan imbuhan prefiks ter- sehingga menjadi “termati” maupun “tersuka”.
  3. Kata kerja alias verba ini pada umumnya tidak dapat digabungkan dengan kata-kata yang menyatakan adanya makna ‘kesangatan’. Misalnya pada verba “belajar”, “pergi”, dan “bekerja”. Tentu saja tidak dapat diberikan imbuhan kata menjadi “agak belajar”, “sangat pergi”, dan “bekerja sekali”. Apabila hendak menggunakan kata-kata tersebut, harus menyesuaikan konteks dan kelas kata, seperti “sangat berbahaya”, “agak mengecewakan”, dan “mengharapkan sekali”.

Tipe-Tipe Kata Kerja Menurut Kajian Semantik

Kata Kerja Material

https://www.freepik.com/

Menurut buku berjudul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia karya Abdul Chaer, Tampubolon (1988) mengemukakan adanya 12 tipe kata kerja dasar dalam Bahasa Indonesia yang dikaji menurut Ilmu Semantik. Nah, berikut ini ke-12 tipe kata dasar tersebut.

1. Tipe I

Pada tipe ini, kata kerja secara semantik menyatakan adanya tindakan, perbuatan, ataupun aksi. Tampubolon pun turut menyebutkan adanya kata kerja (KK) aksi, tetapi disebut sebagai verba-tindakan. Pelaku pada kata kerja tipe ini adalah sebuah nomina yang bercirikan makna, bernyawa, dan bertindak sebagai penggerak dari tindakan pada kata kerja tersebut.

Contoh: makan, baca, mundur, dan lainnya. Perlu diketahui bahwa verba tipe I inilah yang paling banyak jumlahnya, sekitar 51,3%.

Secara semantik, verba tipe I ini juga dapat dibedakan lagi menjadi verba tindakan yang mana: (1) pelakunya adalah manusia; (2) pelakunya adalah manusia dan bukan manusia; dan (3) pelakunya bukan manusia.

Contohnya, verba “baca” dan “tulis” itu jika pada sebuah kalimat, pasti pelakunya berupa manusia. Sementara itu, pada contoh “patuk” justru pelakunya bukanlah manusia.

Coba Grameds bayangkan jika contoh-contoh verba tersebut tidak dicocokkan dengan pelaku yang sesuai, pasti kalimatnya akan aneh ‘kan?

2. Tipe II

Yakni kata kerja yang menyatakan adanya tindakan dan pengalaman. Pelaku pada kata kerja tipe ini pastilah sebuah maujud yang berupa nomina dan bercirikan makna sekaligus bernyawa; dan bertindak sebagai penggerak dari tindakan kata kerja tersebut.

Ciri utama dari kata kerja tipe ini adalah pelaku dapat mengalami tindakan secara kognitif, emosional, maupun sensasional. Misalnya pada kata kerja “(me) naksir” dan “(men) jawab”.

  • Arga menaksir harga motor bekas itu.
  • Beliau menjawab pertanyaan dari warga sekitar.

Nah, pada kedua contoh kalimat tersebut, maujud alias pelakunya tengah melakukan tindakan tersebut sekaligus mengalaminya secara langsung. Perlu diperhatikan bahwa pada tipe II ini, subjek yang melakukan tindakan dan yang mengalami itu tidak harus sama kok. Bisa juga merupakan 2 maujud alias pelaku yang berbeda. Coba simaklah contoh berikut ini!

  • Pak RT tanya persoalan itu kepada kami.

Nah, pada kalimat tersebut, “Pak RT” adalah pelaku; sementara “kami” adalah maujud yang mengalaminya. Contoh lain kata kerja pada tipe II ini yakni: bicara, kenal, ancam, bujuk, dan lainnya.

3. Tipe III

Yakni kata kerja yang menyatakan adanya tindakan dan pemilikan. Pelaku pada verba tipe ini tentunya adalah maujud yang berupa nomina bercirikan makna, bernyawa, dan bertindak sebagai penggerak dari tindakan tersebut. Sementara itu, pemilik berupa nomina bercirikan makna sekaligus bernyawa. Perhatikan contoh kalimat dengan kata kerja “beli” dan “bantu” berikut ini!

  • Reka beli keranjang dari Pak Fuad.
  • Pemerintah bantu para warga sekitar.

Nah, pada kedua contoh kalimat tersebut jelas bahwa Reka dan Pemerintah berperan sebagai pelaku; sementara Pak Fuad dan warga sekitar adalah pemiliknya. Dalam artian, Pak Fuad menjadi tidak memiliki benda tersebut lagi dan warga sekitar yang akan memperoleh kepemilikan itu. Contoh verba tipe III lainnya adalah bayar, sewa, minta, beri, pinjam, terima, dan lainnya.

4. Tipe IV

Yakni kata kerja yang menyatakan adanya tindakan dan lokasi (tempat). Maksudnya, tindakan ini dinyatakan oleh verba yang sekaligus “menyarankan” adanya lokasi (dapat berupa tempat asal, tempat berada, dan tempat tujuan). Pelaku pada verba tipe ini berupa nomina yang bercirikan makna, bernyawa, dan mengalami tindakan itu sendiri. Sementara itu, lokasinya dapat berupa frasa preposisional. Contoh:

  • Amel pergi ke sekolah.
  • Beliau baru tiba dari Surakarta.

Pada kedua contoh tersebut, walaupun frasa “ke sekolah” dan “dari Surakarta” itu bersifat opsional, tetapi verba yang ada sama-sama “menyarankan” keharusan hadirnya pada frasa tersebut. Contoh lain dari kata kerja tipe ini adalah jatuh, taruh, terjun, lari, masuk, pulang, naik, dan lainnya.

5. Tipe V

Yakni kata kerja yang menyatakan proses. Subjeknya tentu saja berupa nomina yang mengalami proses perubahan keadaan atau kondisi. Perhatikan contoh kalimat berikut!

  • Kaca mobil itu pecah.
  • Daun cengkeh itu layu.

Kedua kata kerja “pecah” dan “layu” tersebut sama-sama verba proses sebab, sehingga seolah dapat menjawab pertanyaan “Apa yang terjadi pada subjek?”. Contoh lain dari verba tipe V ini adalah: bubar, longsong, timbul, tenggelam, habis, muncul, bangkit, terang, dan lainnya.

6. Tipe VI

Yakni verba yang menyatakan adanya proses-pengalaman. Subjeknya tentu saja berupa nomina bernyawa yang mengalami suatu proses perubahan dan dinyatakan melalui verba tersebut. Perhatikan contoh berikut!

  • Ibu cemas akan keselamatan anak-anaknya.
  • Rupanya, kau sudah bosan padaku.

Nah, kedua contoh kalimat tersebut terutama pada verba “cemas” dan “bosan” menjadi verba proses pengalaman. Sementara “Ibu” dan “kau” adalah subjek yang mengalami verba tersebut. Contoh lain dari verba tipe VI adalah: harap, ragu, maklum, sangsi, was-was, bimbang, kaget, dan lainnya.

7. Tipe VII

Yakni kata kerja yang menyatakan adanya proses benefaktif subjek pada sebuah kalimat. Sedikit trivia saja nih, proses benefaktif ini berkaitan dengan perbuatan alias verba yang dilakukan oleh orang lain. Sementara itu, subjek yang mengalaminya adalah nomina yang mengalami suatu proses atau kejadian memperoleh atau kehilangan (mengalami kerugian). Contoh:

  • Argentina menang 2 – 0 atas Maroko.
  • Dia kalah 3 juta rupiah.

Nah, pada kedua contoh kalimat tersebut terutama verba “menang” dan “kalah” menjadi verba proses benefaktif. Sementara PSSI dan Dia menjadi maujud yang mengalami peristiwa yang dinyatakan oleh verba tersebut. Contoh verba tipe VII lainnya adalah memperoleh, memiliki, kehilangan, dapat, punya, dan lainnya.

8. Tipe VIII

Yakni verba yang menyatakan proses-lokatif. Subjeknya tentu saja berupa nomina yang telah mengalami proses perubahan tempat (lokasi). Contohnya adalah sebagai berikut!

  • Matahari terbit dari ufuk timur.
  • Pesawat itu baru tiba dari Semarang.

Leksem “terbit” dan “tiba” menjadi verba proses-lokatif, sedangkan “pesawat” dan “matahari” menjadi maujud yang mengalami proses dari verba tersebut. Contoh lain dari verba tipe VIII ini adalah jatuh, maju, tenggelam, terbenam, berangkat, pergi, mundur, hanyut, turun, dan naik.

9. Tipe IX

Yakni verba yang menyatakan adanya keadaan. Subjeknya tentu saja berupa nomina umum yang berada dalam keadaan atau kondisi yang dinyatakan oleh kata kerja tersebut. Contohnya!

  • Sawah-sawah di situ mulai kering.
  • Wajah mereka selalu cerah.

Pada kedua contoh kalimat tersebut, verba “kering” dan “cerah” menjadi verba keadaan; sementara “wajah mereka” dan “sawah-sawah” menjadi maujud yang mengalami verba tersebut. Contoh lain dari verba tipe ini adalah ramai, rusak, rajin, lekas, gemetar, diam, sengsara, setia, dan jelas.

10. Tipe X

Yakni verba yang menyatakan keadaan pengalaman. Subjeknya tentu saja berupa nomina yang berada dalam keadaan kognisi, emosi, atau sensasional. Contohnya!

  • Dia memang takut kepada orang itu.
  • Kami tahu hidup di kota memang sulit.

Nah, verba “takut” dan “tahu” ini tentu saja menjadi verba keadaan pengalaman. Contoh lain dari verba tipe X ini adalah berani, ingat, mual, setuju, jengkel, gugup, cemas, iri, malu, dan lainnya.

11. Tipe XI

Yakni verba yang menyatakan adanya keadaan benefaktif. Sementara itu, subjeknya adalah berupa nomina yang menyatakan memiliki, memperoleh, atau kehilangan sesuatu. Contohnya!

  •  Ia sudah punya suami.
  • Dia ada uang empat juta rupiah.

Pada kedua contoh kalimat tersebut, verba “punya” dan “ada” menjadi verba keadaan benefaktif. Contoh verba lainnya pada tipe XI ini adalah kehilangan, beruntung, berwarna, memiliki, dan berhasil.

12. Tipe XII

Yakni verba yang menyatakan keadaan-lokatif. Subjeknya tentu saja berupa nomina yang berada dalam suatu tempat atau lokasi. Contohnya!

  • Petani itu diam di gubuk sana.
  • Pak menteri hadir di acara itu.

Nah, pada kedua contoh kalimat tersebut, kata “diam” dan “hadir” menjadi verba keadaan-lokatif. Sementara “petani” dan “Pak menteri” menjadi subjek yang mengalaminya di tempat yang disebutkan pada unsur keterangan. Contoh verba lain dari tipe XII ini adalah mengalir, berganti, berhenti, berserakan, bermimpi, dan menanjak.

Sumber:

Chaer, Abdul. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta

Alwi, Hasan, dkk. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Baca Juga!

About the author

Siti Badriyah

Tulis menulis menjadi salah satu hobi saya. Dengan menulis, saya menyebarkan beragam informasi untuk orang lain. Tak hanya itu, menulis juga menggugah daya berpikir saya, sehingga lebih banyak informasi yang dapat saya tampung.

Kontak media sosial Instagram saya Siti Badriyah