in , , ,

Review Buku White Nights Karya Fyodor Dostoevsky 

White Nights – White Nights adalah sebuah cerita pendek karya Fyodor Dostoevsky  yang pertama kali terbit pada tahun 1848. Seperti banyak karyanya yang lain, kisah ini dituturkan melalui sudut pandang orang pertama, seorang narator tanpa nama. Ia adalah seorang pemuda yang hidup di Saint Petersburg dengan keseharian yang sunyi dan penuh kesepian.

Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan seorang perempuan muda bernama Nastenka, yang mampu menghadirkan kehangatan dalam hidupnya. Alkisah, pertemuan itu menumbuhkan rasa cinta yang tulus, meski cintanya berakhir pilu karena perempuan tersebut masih menaruh harapan pada kekasih lamanya.

Di akhir cerita, Nastenka ternyata dipertemukan kembali dengan kekasih yang dirindukannya itu—lantas meninggalkan sang narator dalam kesendirian di seputihnya malam itu.

Buku tipis ini berjumlah sekitar 88 halaman dan dalam cetakan terbarunya diterbitkan oleh Penerbit Norris Book. Buat kamu, Gramin sudah merangkum ulasan mengenai kelebihan dan kekurangan buku ini, yang bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Grameds untuk menambahkannya ke dalam koleksi bacaan.

button cek gramedia com

Profil Fyodor Dostoevsky – Penulis Buku White Nights

Fyodor Mikhailovich Dostoevsky adalah seorang novelis, penulis cerita pendek, penulis esai, dan jurnalis asal Rusia. Ia dikenal luas sebagai salah satu novelis terbesar dalam sejarah sastra Rusia maupun dunia, dengan karya-karyanya yang dianggap sebagai mahakarya berpengaruh. Tulisan Dostoevsky banyak mengupas kondisi manusia dalam suasana politik, sosial, dan spiritual Rusia pada abad ke-19 yang penuh gejolak, serta menyinggung beragam persoalan filosofis dan religius. Beberapa novel terkenalnya antara lain Crime and Punishment (1866), The Idiot (1869), Demons (1872), The Adolescent (1875), dan The Brothers Karamazov (1880). Karya lain yang tidak kalah penting adalah Notes from Underground, sebuah novela yang terbit pada 1864 dan sering disebut sebagai salah satu fondasi awal sastra eksistensialis.

Dostoevsky lahir di Moskow pada 30 Oktober 1821. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan dunia sastra melalui dongeng, legenda, serta bacaan dari penulis Rusia maupun asing. Ketika berusia lima belas tahun, ia mesti kehilangan ibunya yang meninggal karena tuberkulosis. Lalu, di masa yang hampir bersamaan, ia masuk ke Institut Teknik Militer Nikolayev, yang kemudian dikenal sebagai Universitas Teknik-Militer. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia bekerja sebagai insinyur sambil menikmati kehidupan yang cukup mewah, juga menerjemahkan buku untuk menambah penghasilan. Pada pertengahan tahun 1840-an, ia menulis novel pertamanya berjudul Poor Folk, yang langsung membawanya masuk ke lingkaran sastra Saint Petersburg. Namun, pada 1849 ia ditangkap karena keterlibatannya dalam Lingkaran Petrashevsky, sebuah kelompok sastra yang membahas buku-buku terlarang dengan pandangan kritis terhadap kekuasaan Tsar.

Hukuman mati sempat dijatuhkan kepadanya. Akan tetapi, beberapa saat sebelum eksekusi, hukuman tersebut diringankan dan diganti dengan empat tahun hukuman kerja paksa di Siberia, diikuti enam tahun wajib militer di pengasingan. Setelah masa itu, Dostoevsky kembali berkarya sebagai jurnalis, menerbitkan dan menyunting majalah sendiri serta menulis A Writer’s Diary, sebuah kumpulan pemikiran dan catatan pribadinya.

Ia kemudian berkelana ke Eropa Barat, di mana kecanduannya terhadap judi membuatnya mengalami kesulitan keuangan yang berat hingga mengantarkan hidupnya dalam kemiskinan. Meskipun demikian, pada akhirnya ia bangkit dan menjadi salah satu penulis Rusia yang paling dihormati dan paling banyak dibaca.

Sepanjang hidupnya ia menulis 13 novel, 3 novela, 17 cerita pendek, serta berbagai tulisan lain. Karyanya dibaca luas baik di Rusia maupun di luar negeri, memberi pengaruh besar pada generasi penulis setelahnya, termasuk Anton Chekhov dan Aleksandr Solzhenitsyn, juga pada pemikiran filsuf seperti Friedrich Nietzsche, Albert Camus, dan Jean-Paul Sartre. Warisan tulisannya menjadi bagian penting dalam perkembangan eksistensialisme dan psikoanalisis, diterjemahkan ke lebih dari 170 bahasa, dan hingga kini terus menginspirasi dunia sastra maupun perfilman.

 

Sinopsis Buku White Nights

White Nights karya Fyodor Dostoevsky  adalah sebuah kisah manis sekaligus menyakitkan tentang cinta, kesepian, dan pertemuan singkat yang terjadi di jalanan St. Petersburg. Cerita ini mengikuti seorang narator yang hidup menyendiri dan penuh kepekaan, hingga suatu malam ia berjumpa dengan seorang gadis muda bernama Nastenka. Dalam kurun waktu empat malam dan satu pagi, keduanya saling berbagi kisah hidup, harapan, serta perasaan yang tumbuh, sehingga tercipta ikatan mendalam yang lahir dari kerinduan akan kebersamaan.

Akan tetapi, ikatan itu tidak berlangsung lama karena kenyataan akhirnya datang menghadang. Sang narator pun harus menghadapi luka hati dan kekecewaan mendalam akibat harapan yang tidak terwujud. Perjalanan emosional ini menyisakan kepedihan yang lembut sekaligus nyata.

Dengan bahasa yang puitis dan penuh sisi kemanusiaan, White Nights menggambarkan betapa rapuhnya keindahan sebuah pertemuan singkat, serta bagaimana intensitas emosi para pemimpi sering terwujud di balik kehidupan mereka yang sunyi dan tersembunyi dari hiruk pikuk masyarakat.

 

Kelebihan dan Kekurangan Buku White Nights

Pros & Cons

Pros
  • Cerita pendek yang penuh kerinduan.
  • Menggugah emosi.
  • Banyak kutipan indah.
  • Kisah yang tak lekang oleh waktu.
Cons
  • Membuat Jenuh.
  • Good Guy Syndrome.

 

Kelebihan Buku White Nights

Buku White Nights karya Fyodor Dostoevsky  memiliki banyak sekali kelebihan yang membuat buku ini wajib sekali untuk anak miliki dan baca.

 

  • Cerita pendek yang penuh kerinduan

Kisah ini menghadirkan nuansa harapan, kerinduan, dan cinta yang tak terbalas. Walaupun hanya berlangsung dalam beberapa hari, setiap momen terasa begitu panjang dan sarat makna.

White Nights menggambarkan bagaimana waktu seakan melambat dan membuat pembaca larut, hingga merasakan semangat narator seolah mengalir dalam diri mereka sendiri.

 

  • Menggugah emosi

Dostoevsky  memiliki keahlian dalam menghadirkan emosi tokoh dengan sangat nyata. Perasaan sedih, bersalah, hingga keterasingan yang dialami sang narator begitu kuat hingga pembaca bisa merasakannya.

Sosok narator yang menjadikan kota sebagai teman perjalanannya mengingatkan pembaca pada pengalaman pribadi saat menghadapi kesepian dan kehilangan.

 

  • Banyak kutipan indah

Buku ini dipenuhi kalimat-kalimat puitis yang memikat. Banyak kutipan yang begitu dalam dan mengesankan hingga mampu melekat di ingatan pembaca dalam jangka waktu yang lama.

 

  • Kisah yang tak lekang oleh waktu

Sebagai karya klasik, White Nights menawarkan perjalanan melankolis yang menyentuh hati. Cerita tentang lelaki canggung ini menjadi elegi tentang kesunyian, yang meskipun menyedihkan, tetap menampilkan keindahan dalam kesepian itu sendiri.

 

Kekurangan Buku White Nights

Buku klasik White Nights masih memiliki hal yang dinilai menjadi kekurangan dalam menikmati karya yang satu ini.

  • Membuat jenuh

Bagi sebagian pembaca, buku ini terasa membosankan karena monolog para tokohnya berlangsung cukup panjang. Gaya penyampaian dialognya pun berbeda jauh dari percakapan sehari-hari, sehingga kadang membuat alurnya terasa lambat dan melelahkan.

 

  • Good Guy Syndrome

Karya ini sering dianggap sebagai bentuk penghormatan Dostoevsky  terhadap sosok “pria baik”. Namun, konsep ini kemudian dikaitkan dengan istilah “Sindrom Pria Baik”, yakni anggapan bahwa seseorang berhak mendapatkan perhatian romantis atau seksual hanya karena bersikap baik, serta munculnya kemarahan tidak rasional ketika hal itu tidak terwujud. Ide ini menimbulkan perdebatan dan mendapat tanggapan beragam dari para pembaca.

 

Ciri-Ciri Kamu Masuk ke dalam Friendzone

Membaca kisah White Nights bisa menghadirkan kesan yang manis sekaligus menyakitkan. Betapa tidak, tokoh utamanya harus mengalami situasi friendzone hingga dua kali. Friendzone sendiri, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti zona pertemanan.

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua orang, di mana salah satunya menyimpan harapan untuk menjalin kisah asmara, sedangkan pihak lain hanya menganggap hubungan itu sebatas teman. Akibatnya, orang yang menaruh harapan pun terjebak dalam zona pertemanan atau friendzone.

Berikut beberapa tanda yang biasanya menunjukkan seseorang sedang berada dalam friendzone:

 

  • Diperlakukan sama seperti teman lainnya

Tidak ada perlakuan khusus atau perhatian lebih yang mengarah pada hubungan romantis, karena kamu diposisikan setara dengan teman-temannya yang lain.

 

  • Sering membicarakan orang lain.

Orang yang kamu sukai kerap menceritakan tentang mantan atau orang lain yang menarik perhatiannya, bahkan meminta pendapatmu mengenai orang tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dia tidak melihatmu sebagai pasangan potensial.

 

  • Dia selalu mengajak orang lain saat bertemu

Setiap kali kamu mencoba mengajaknya untuk menghabiskan waktu berdua, ia justru membawa teman-teman lain untuk ikut bergabung.

 

  • Dia menjodoh-jodohkanmu dengan orang lain

Ia sering berkomentar bahwa kamu cocok dengan seseorang, bahkan berinisiatif menawarkan bantuan untuk mencarikan jodoh. Sikap ini menandakan bahwa dia tidak menganggapmu sebagai calon pasangan.

 

  • Tidak ada kontak fisik atau perhatian romantis

Gestur yang biasanya muncul dalam hubungan romantis tidak terlihat, seperti sentuhan atau flirting. Ia juga jarang memberikan perhatian khusus yang bernuansa romantis kepadamu.

 

Penutup

“Aku adalah seorang pemimpi. Aku begitu sedikit mengenal kehidupan nyata sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk menghidupkan kembali momen-momen seperti ini dalam mimpi, sebab momen semacam itu sangat jarang aku alami. Aku akan memimpikanmu sepanjang malam, sepanjang minggu, sepanjang tahun.”

White Nights hadir sebagai kisah klasik tentang cinta yang tidak pernah terbalas. Hidup sang tokoh yang penuh kesepian sempat menemukan puncak kebahagiaan ketika bertemu dengan wanita yang dicintainya, namun pada akhirnya ia harus menerima kenyataan pahit karena terjebak dalam friendzone.

Lalu, bagaimana dengan kamu, Grameds? Pernahkah kamu merasakan manis getirnya cinta yang hanya bisa disimpan sendiri, sementara hati orang yang kamu harapkan telah memilih jalan yang berbeda?

Buku White Nights karya Fyodor Dostoyevski ini bisa kamu dapatkan hanya di Gramedia.com. Sebagai teman untuk #TumbuhBermakna, Gramedia siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk mendampingi perjalanan membaca kamu.

 

Rekomendasi Buku

Agnes Grey

Agnes Grey

 

Ketika Agnes Grey menerima pekerjaan sebagai pengasuh untuk membantu menghidupi keluarganya, ia mengira itu mudah—mengajar beberapa anak, menghasilkan uang, dan berbuat baik. Namun, tak ada yang mempersiapkannya menghadapi anak-anak manja, orang tua yang kejam, dan keterasingan yang datang karena hidup di dunia orang lain.

Saat Agnes berusaha tetap setia pada dirinya sendiri di tengah masyarakat yang tak selalu menghargai kekuatan yang tersembunyi, ia menyadari betapa sulitnya menjaga harga diri—dan bagaimana cinta dapat muncul di saat yang tak terduga.

Jujur, tulus, dan kuat secara diam-diam, Agnes Grey adalah kisah tentang ketahanan, rasa hormat, dan menemukan tempat di dunia yang rumit.

1984

1984

 

Sebuah mahakarya distopia—novel yang kuat dan profetik yang mendefinisikan abad ke-20. Tahun 1984. Perang dan revolusi telah menciptakan dunia yang tak dikenal. Britania Raya, yang kini dikenal sebagai Airstrip One, diperintah oleh Partai, dipimpin oleh Big Brother. Pengawasan massal dilakukan secara total dan Polisi Pikiran memastikan tidak ada pemikiran individu yang diizinkan.

Winston Smith bekerja di Kementerian Kebenaran, dengan cermat menulis ulang sejarah. Namun Winston memimpikan kebebasan, dan pemberontakan. Di sinilah ia jatuh cinta pada Julia, dan memulai hubungan terlarang yang rahasia dengannya. Sayangnya, di dunia ini tidak ada yang bisa dirahasiakan. Mereka kemudian terpaksa menghadapi konsekuensi yang lebih mengerikan daripada yang pernah mereka bayangkan.

 

Middlemarch

Middlemarch

 

Karena aku tak bisa berbuat baik karena seorang perempuan,

Teruslah meraih sesuatu yang dekat dengannya.

Nona Brooke memiliki kecantikan yang seolah-olah terpancar dari pakaiannya yang sederhana. Tangan dan pergelangan tangannya begitu indah sehingga ia bisa mengenakan lengan baju yang tak kalah polosnya dengan lengan baju yang dikenakan Santa Perawan Maria kepada para pelukis Italia; dan profil, perawakan, dan sikapnya tampak semakin berwibawa berkat pakaiannya yang sederhana, yang disandingkan dengan gaya busana daerah membuatnya terkesan seperti kutipan indah dari Alkitab—atau dari salah satu penyair senior kita—dalam sebuah paragraf di surat kabar hari ini. Ia biasanya disebut-sebut sangat cerdas, tetapi dengan tambahan bahwa adiknya, Celia, memiliki akal sehat yang lebih baik.

 

Penulis: Gabriel