in ,

Review Buku Rinduku Sederas Hujan Sore Itu Karya J. S. Khairen

Rinduku Sederas Hujan Sore Itu adalah sebuah buku yang memadukan kumpulan cerpen, puisi, dan kutipan-kutipan romantis karya J.S. Khairen. Buku ini menggambarkan berbagai kisah tentang cinta, kerinduan, dan kenangan yang erat kaitannya dengan suasana hujan.

Setiap cerita yang disajikan membawa pembaca menyelami emosi yang dalam, mulai dari kebahagiaan hingga kesedihan dalam perjalanan sebuah hubungan. Hujan dalam buku ini sering hadir sebagai simbol atau metafora yang menghidupkan kembali kenangan-kenangan masa lalu.

J.S. Khairen sendiri dikenal sebagai penulis yang produktif dan digemari, terutama di kalangan pembaca remaja hingga dewasa. Ia kerap menyajikan cerita-cerita bernuansa fiksi romantis yang menyentuh dan mudah diterima oleh berbagai kalangan. Melalui karya ini, ia kembali berhasil membangkitkan nuansa puitis dan melankolis yang akrab bagi siapa saja yang pernah merasakan manis pahitnya cinta.

Lewat 272 halaman, Khairen menawarkan kisah yang diliputi dengan berbagai emosi manusia yang menyentuh hati. Jadi, bagaimana Grameds, apakah kalian sudah siap menyelami rasa rindu di tengah derasnya tangisan langit? Gramin akan menemani kerinduanmu akan karya tulis yang menghangatkan hati dengan sinopsis dan ulasan lengkap tentang buku Rinduku Sederas Hujan Sore Itu di bawah ini. Pastikan kamu baca artikel ini sampai selesai ya!

Profil J. S. Khairen – Penulis Buku Rinduku Sederas Hujan Sore Itu

Jombang Santani Khairen, atau yang lebih sering dikenal dengan  adalah J.S. Khairen seorang penulis berbakat berdarah Minang. Namanya pernah menjadi bahan perbincangan banyak orang, terutama karena karya-karyanya yang menyentuh tema-tema besar seperti perpindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan. Banyak orang melabelinya sebagai “dukun” atau “cenayang” karena prediksi ini.

Minat J.S. Khairen terhadap dunia penulisan sudah muncul sejak kecil, terinspirasi dari ayahnya yang berprofesi sebagai wartawan. Sebelum menekuni dunia novel, ia sudah mengasah kemampuan menulisnya melalui cerpen yang kemudian dikumpulkan menjadi buku. Karya-karyanya sering kali dianggap provokatif, tetapi justru inilah yang membuatnya menonjol dalam dunia penulisan. Ia memiliki keberanian untuk membahas isu-isu sosial dan politik yang ada.

Selain aktif menulis buku-buku best seller, J. S. Khairen adalah seorang bapak dua anak yang asyik dan kerap membagikan kesehariannya di Instagram @JS_Khairen. Karya-Karya J.S. Khairen, yaitu:

  • Kami (Bukan) Fakir Asmara
  • Kami (Bukan) Sarjana Kertas
  • Kami (Bukan) Generasi Bac*t
  • Kami (Bukan) Jongos Berdasi
  • Melangkah
  • Dompet Ayah Sepatu Ibu
  • Kado Terbaik
  • Bungkam Suara
  • Igauan Kita
  • Rinduku Sederas Hujan Sore Itu
  • Teroka
  • Hal Yang Tak Kau Bawa Pergi Saat Meninggalkanku

Sinopsis Novel Rinduku Sederas Hujan Sore Itu

Hujan adalah wujud janji setia langit kepada bumi. Ia tidak perlu ditunggu karena pasti akan datang pada waktunya. Kita berada di bawah hujan yang sama, tetapi tak mampu saling berbicara. Diam yang menggantung membuatku terus menanti kamu menoleh dan melemparkan senyum.

Dari langit, segala rasa tumpah begitu saja. Kecemasan dan kerinduan hadir tanpa bisa dicegah. Perasaan itu begitu kuat hingga menenggelamkan segalanya. Meski jarak kita tidak jauh, namun kita tidak bisa saling menatap, bahkan untuk sekadar menyapa. Rindu ini turun sederas hujan di sore itu.

Menemukanmu

Bukan di tempat yang paling terang

Bukan pula di kegelapan yang paling pekat

Bukan di tengah keramaian

Bukan juga di sudut paling sepi

Menemukanmu tidak harus dengan kisah yang dramatis, karena sejak awal kamu memang sudah disiapkan oleh Sang Mahapasti

Ketika akhirnya aku menemukanmu, aku justru bingung

Ternyata aku tak pernah benar-benar mencarimu

Kamu sudah berdiri di sana, tepat di sampingku

Untuk menyinari siang yang cerah

Menemani malam yang gelap

Menjadi sosok yang melambaikan tangan di tengah keramaian

Dan memeluk erat di tengah kesunyian

Kelebihan dan Kekurangan Novel Rinduku Sederas Hujan Sore Itu

Pros & Cons

Pros
  • Karya penyegar dari J.S Khairen.
  • Desain dan judul yang menarik.
  • Tema yang bervariasi.
  • Cerita yang unik dan menghibur.
  • Sudut pandang yang beragam.
  • Lokasi penulisan yang beragam.
  • Bahasa yang puitis dan reflektif.
  • Penuh dengan pembelajaran. 
Cons
  • Beberapa bagian terasa terlalu gelap.
  • Penggunaan font yang kurang nyaman.

Kelebihan Novel Rinduku Sederas Hujan Sore Itu

Dalam buku ini, Khairen mengalihkan fokusnya ke ranah emosi yang lebih personal, menyelami tema cinta, rindu, dan refleksi perasaan dalam balutan suasana hujan yang puitis sehingga menjadikan buku ini karya yang menyegarkan. Pilihan judul yang penuh makna dan visual sampul yang artistik menjadi daya tarik tersendiri, seolah mengundang pembaca untuk menelusuri halaman demi halaman guna mencari tahu apa yang tersembunyi di balik hujan dan rindu yang disebutkan sejak awal.

Kelebihan utama buku ini terletak pada variasi tema yang disajikan. Tidak hanya berputar pada cinta romantis antara laki-laki dan perempuan, cerita-ceritanya mengeksplorasi sisi lain kehidupan yang tak kalah menarik. Salah satu kisah yang menonjol adalah tentang seekor kucing yang merasa cemburu terhadap saudaranya, dituturkan dengan cara yang menghibur namun tetap menyentuh.

Bahkan cerita yang hanya disusun dari percakapan lewat chat pun mampu membangkitkan rasa penasaran dan tawa. Hal ini menunjukkan kemampuan Khairen dalam mengolah cerita dari premis sederhana menjadi kisah yang bermakna.

Selain itu, penulis juga berhasil menyatukan beragam sudut pandang, termasuk sudut pandang perempuan, yang ditulis dengan penuh empati dan kepekaan. Ia juga memperkuat kehadiran budaya lokal melalui beberapa cerpen yang secara eksplisit menampilkan kekayaan khas daerah. Buku ini berisi 28 cerita pendek yang ditulis di berbagai tempat di Indonesia, terbukti dari catatan waktu dan lokasi yang dicantumkan di setiap akhir cerita.

Tak hanya itu, setiap sub bab dihiasi dengan sajak-sajak yang jujur dan menyentuh, memberikan dimensi emosional yang lebih dalam bagi pembaca. Sajak-sajak tersebut mengajak pembaca merenung, bersyukur, bahkan berdialog dengan alam dan dirinya sendiri.

Melalui rangkaian cerita yang ringan namun menyimpan kedalaman, Khairen juga secara tidak langsung menyisipkan pelajaran tentang dunia kepenulisan. Mulai dari gaya bertutur, pemilihan diksi, hingga cara membangun emosi dalam cerita, semua ditampilkan secara alami tanpa terkesan menggurui. Buku ini menjadi bukti bahwa J.S. Khairen semakin matang dalam berkarya. Bahasa yang digunakan pun terasa lebih dewasa dan terarah, seolah memperlihatkan perkembangan penulis dalam menyampaikan ide dan perasaan.

Kekurangan Novel Rinduku Sederas Hujan Sore Itu

Meskipun Rinduku Sederas Hujan Sore Itu memiliki banyak kelebihan yang membuatnya menarik, beberapa kekurangan tetap terasa ketika membaca novel ini. Beberapa cerita di dalam buku ini memiliki nuansa yang cukup gelap dan mungkin tidak sesuai untuk semua pembaca.

Salah satu contohnya adalah cerita berjudul “Abregedew” yang menggambarkan obsesi cinta seekor kucing kepada majikannya sendiri. Cerita ini dituturkan dari sudut pandang non-manusia dan mengandung elemen psikologis yang intens, sehingga diperlukan kebijaksanaan pembaca dalam menyerap pesan moralnya.

Selain itu, faktor teknis seperti pemilihan font juga menjadi keluhan sebagian pembaca. Huruf yang digunakan dianggap terlalu kecil, kurus, dan tinggi sehingga menyulitkan fokus saat membaca. Tata letak ini bisa mengganggu kenyamanan visual terutama bagi mereka yang terbiasa membaca dalam waktu lama. Meskipun hal ini tidak mempengaruhi kualitas isi cerita secara langsung, pengalaman membaca yang tidak nyaman tentu bisa mengurangi kenikmatan dalam menyelami isi buku secara utuh.

Penutup

Rinduku Sederas Hujan Sore Itu bukan sekadar kumpulan cerita, melainkan untaian napas yang perlahan menuntun pembacanya memahami betapa rumit, indah, dan kadang perihnya hidup ini. Di dalamnya tersimpan banyak kutipan yang bisa menjadi teman setia di saat hati lelah, serta pelajaran kecil yang mampu membungkus luka dengan harapan.

Setiap cerita seolah berbicara langsung kepada jiwa yang pernah tersesat, terluka, atau ingin menyerah. Ia mengajak kita untuk tetap bertahan, meski hidup kadang terasa ingin ditinggalkan. Karena selama masih ada satu embusan napas, selalu ada alasan untuk melangkah. Dalam rintik yang turun perlahan, dalam kata yang tak sempat terucap, buku ini adalah pelukan hangat bagi siapa pun yang ingin merasa didengar, meski hanya oleh selembar halaman.

Rinduku Sederas Hujan Sore Itu adalah pencerita yang baik. Definisi dari teman mengobrol menyesup secangkir teh hangat di sore hari. Jadi, tunggu apalagi? Yuk langsung segera dapatkan buku Rinduku Sederas Hujan Sore Itu dan buku-buku karya J. S. Khairen yang lain hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap menyediakan informasi terbaik dan terlengkap untuk kamu. Selamat membaca!

Penulis: Gabriel

Rekomendasi Buku

1. Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Di Kampus UDEL, terjebaklah tujuh mahasiswa yang hidup segan kuliah tak mau. Mereka terpaksa kuliah di kampus yang Google saja tak dapat mendeteksi. Cobalah sekarang Anda googling “Kampus UDEL”, takkan bertemu! Alasan mereka masuk UDEL macam-macam. Ada yang otaknya tak mampu masuk negeri, ada yang orang tuanya tak cukup biaya masuk swasta unggul, ada pula yang karena … biar kuliah aja.

Hari pertama kuliah, Ibu Lira Estrini dosen konseling yang masih muda menggemparkan kelas dengan sebuah kejadian gila, lucu dan tak masuk akal. Ia membawa sekotak piza dan koper berisi tikus. Seisi kelas panik, tapi anehnya, semangat para mahasiswa buangan ini justru terbakar untuk berani bermimpi! Akankah mereka bertahan di kampus amburadul ini? Sekalipun iya, bisakah mereka jadi sarjana yang tidak sekadar di atas kertas?

2. Kami (Bukan) Jongos Berdasi

Kami (Bukan) Jongos Berdasi

Alumni kampus UDEL kini telah lulus. Masuk ke dunia nyata yang penuh tikus. Ada yang bertahan, ada yang sebentar lagi mampus. Kerja di Bank EEK? Ada. Kerjanya pindah terus? Ada. Bimbang ikut keinginan orang tua atau ikut kata hati? Ada. Apa lagi pengangguran banyak acara, pasti ada. Namun, diam-diam ada juga yang kariernya lancar, gajinya mekar, dan jodohnya gempar menggelegar.

Mendapat intimidasi dari rekan kerja, lingkungan, dan keluarga itu sudah biasa. Mendapat cemoohan bagi yang ingin berkarya, jelas jauh lebih biasa. Menerima perlakuan semena-mena, hingga tertawaan dan hinaan adalah sarapan pagi. Akankah mereka bertahan di dunia yang penuh intrik ini? Atau mereka harus jadi jongos berdasi, pura-pura mampu beradaptasi, dengan tantangan dunia yang terus gonta-ganti.

3. Kami (Bukan) Generasi Bac*t

Kami (Bukan) Generasi Bac*t

Gaji? Cukup, cukup besar. Karier? Mulus melesat. Bisnis? Sebentar lagi soft launching. Karya? Sudah banyak yang suka. Jodoh? Aih! Sedikit lagi. Mantap betul nasib Arko, Gala, Juwisa, Sania, Ogi, dan Randi. Para alumnus kampus UDEL yang amburadul ini ternyata berhasil melawan tikus-tikus kehidupan.

Namun, tikus-tikus itu nyatanya tidak sepenuhnya hilang. Mereka malah membesar, menyelinap dalam pekerjaan yang menyita waktu, mimpi-mimpi yang makin terasa jauh, dan dilema antara kembali ke kampung atau terus bertarung di kota tanpa tujuan. Akankah mereka menemukan jawaban dari semua itu? Ataukah terus melakukan pembenaran lewat bac*t tanpa mendengarkan apa yang sebenarnya diinginkan hati?

Written by Vania Andini