white book – The White Book karya Han Kang, penulis Korea yang terkenal, dirilis pada 2016 dan langsung mencuri perhatian dengan masuk nominasi Man Booker International Prize 2018. Buku ini sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, dan diterbitkan pada Januari 2025.
Mengusung narasi unik berupa renungan tentang kehilangan melalui 65 benda berwarna putih, The White Book menyelami duka narator atas meninggalnya adik bayinya yang hanya hidup dua jam. Setiap benda putih menggambarkan kesedihan dan kerentanan manusia dengan sangat puitis.
Di artikel ini, Grameds akan diajak mengenal lebih dalam makna di balik benda-benda putih tersebut, sekaligus ulasan lengkap dan profil Han Kang. Yuk, simak selengkapnya!
Table of Contents
Profil Han Kang – Penulis Buku The White Book
Han Kang, lahir 27 November 1970 di Korea Selatan, adalah penulis terkenal dan pengajar menulis kreatif di Institut Seni Seoul selama 11 tahun. Namanya melejit lewat novel The Vegetarian yang memenangkan Man Booker International Prize 2016, menjadi karya Korea pertama yang meraih penghargaan tersebut.
Pada 2024, Han Kang menjadi penulis perempuan Asia pertama yang menerima Nobel Sastra, sebagai pengakuan atas gaya prosa puitisnya yang mengangkat trauma sejarah dan kerentanan manusia. Ia memulai karir menulis sejak 1994 dengan cerpen pemenang penghargaan, dan sejak itu fokus menciptakan karya sastra yang mendalam dan berpengaruh.
Sinopsis Buku The White Book
Ketika menuliskan autobiografi penulis, narator yang tak menyebutkan namanya fokus kepada benda-benda warna putih yang digambarkan sebagai media representasi rasa sakitnya. Narator menyampaikannya dalam bentuk narasi-narasi yang indah dan saling berkaitan satu sama lain.
Ia menyampaikan duka yang menyelimuti keluarganya ketika mencoba menghadapi kenyataan bahwa anggota keluarganya kini telah tiada. Semuanya itu digambarkan dengan warna putih, mulai dari gambaran ketika ibunya pertama kali memproduksi ASI, melihat bagaimana salju turun ke bumi, dan merenungkan hidup yang fana.
Kelebihan dan Kekurangan Buku The White Book
Kelebihan Buku The White Book
-
Pendekatan unik tentang duka: Buku ini merepresentasikan duka melalui benda-benda berwarna putih, bukan warna gelap seperti biasanya, yang memberikan perspektif baru tentang kesedihan dan kehidupan.
-
Penggambaran kehidupan melalui benda sehari-hari: Narasi mengangkat benda-benda putih seperti ASI, beras, garam, dan tulang sebagai simbol perjalanan hidup manusia yang penuh makna.
-
Format esai pendek yang meditatif: Terdiri dari esai-esai singkat, hampir seperti meditasi, yang membuat pembaca fokus merasakan kesunyian, duka, dan refleksi batin secara mendalam.
-
Eksplorasi emosional berlapis: Kisah ini menggabungkan ketajaman dan kelembutan dalam membahas kegigihan serta kerapuhan jiwa manusia dengan gaya minimalis yang elegan.
-
Karya pribadi dan berbeda: Buku ini menunjukkan sisi Han Kang yang sangat personal, berbeda dari karya-karya sebelumnya, dan berhasil mengubah pandangan tentang makna hidup dan benda di sekitar kita.
-
Penghargaan bergengsi: Menjadi pemenang Man Booker International Prize dan Nobel Sastra, buku ini mendapat pengakuan internasional atas kedalaman dan keindahan narasinya.
Kekurangan Buku The White Book
-
Ukuran tulisan yang sangat kecil membuat buku terasa makin kosong dan memberi kesan hampa bagi pembaca, meski mungkin ini memang disengaja penulis.
-
Narasi yang tidak biasa dan tidak konvensional menyebabkan beberapa kalimat sulit dipahami maknanya.
-
Buku ini sulit dideskripsikan oleh sebagian pembaca karena gaya penulisannya yang unik.
-
Beberapa pembaca merasa buku ini kurang memberikan manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Penutup
The White Book karya Han Kang menghadirkan warna putih yang bukan sekadar cerah, tapi penuh nuansa abu-abu sendu, menggambarkan keindahan sekaligus kerentanan hidup. Buku ini mengajak pembaca merasakan emosi yang dalam dan menemukan kekuatan dalam hal-hal kecil meski dilingkupi penderitaan.
Buku ini bukan sekadar untuk dibaca, tapi untuk dialami—meski sulit dipahami, justru itulah keunikan dan daya tariknya. Yuk, rasakan sendiri pengalaman membaca The White Book, kini mudah didapatkan di Gramedia.com sebagai #SahabatTanpaBatas yang siap memberikan produk dan informasi terbaik untuk kamu!
Rekomendasi Buku
1. The Vegetarian
Novel laris ini mengisahkan jalinan cerita yang kuat, mencekam, sekaligus indah meski menyiratkan kepedihan.
Kim Young Hye, seorang perempuan biasa, berubah perilakunya setelah menjadi vegetarian gara-gara diganggu mimpi buruk berkepanjangan. Obsesi menjadi vegetarian ini membuat hubungannya dengan sang suami bermasalah. Namun, obsesi itu berkembang makin ganjil hingga membuahkan beragam kisah mencekam dalam buku ini dan berujung pada peristiwa-peristiwa tak terduga. Lewat novel ini Han Kang menampilkan dirinya sebagai salah satu pengarang terdepan Asia, bahkan dunia, saat ini.
Buku yang telah terbit ke dalam lebih dari 33 bahasa ini memang amat layak meraih Man Booker International Prize, penghargaan internasional bergengsi.
2. We Do Not Part
Suatu pagi pada musim dingin, Kyeongha menerima pesan mendesak dari temannya—Inseon, untuk mengunjunginya di sebuah rumah sakit di Seoul. Inseon terluka dalam sebuah kecelakaan, dan memohon kepada Kyeongha untuk kembali ke Pulau Jeju, tempat tinggalnya, untuk menyelamatkan hewan kesayangannya—seekor burung putih bernama Ahma.
Badai salju menghantam pulau tersebut saat Kyeongha tiba. Dia harus mencapai rumah Inseon dengan cara apa pun, tetapi angin dingin dan badai salju memperlambatnya begitu malam tiba. Dia bertanya-tanya apakah dia akan tiba tepat waktu untuk menyelamatkan hewan tersebut atau bahkan mampu bertahan dari hawa dingin yang menyelimuti tiap langkahnya. Tersesat dalam badai salju, jalan berliku-liku penuh kegelapan telah menunggunya tanpa terduga.
Mengaburkan batas antara mimpi dan kenyataan, We Do Not Part dengan kuat menerangi babak yang terlupakan dalam sejarah Korea. Terkubur selama beberapa dekade dan membawa suara-suara yang hilang pada masa lalu demi menyelamatkannya agar tak terlupakan. Novel ini merupakan kisah cinta mendalam dalam menghadapi kekerasan yang tak mampu dikatakan dan sebuah perayaan kehidupan, betapa pun rapuhnya.
3. Greek Lessons
Di sebuah kelas di Seoul, seorang perempuan muda memperhatikan guru bahasa Yunaninya di papan tulis. Ia mencoba berbicara tetapi kehilangan suaranya. Gurunya mendapati dirinya tertarik pada perempuan pendiam itu, karena semakin hari ia kehilangan penglihatannya.
Tak lama kemudian, mereka menyadari ada rasa sakit yang lebih dalam yang mengikat mereka. Baginya, hanya dalam beberapa bulan, ia telah kehilangan ibunya dan perebutan hak asuh putranya yang berusia sembilan tahun. Bagi putranya, itu adalah rasa sakit tumbuh besar di antara Korea dan Jerman, terbelah antara dua budaya dan bahasa.
Pelajaran Yunani adalah surat cinta yang lembut untuk hubungan antarmanusia, sebuah novel untuk membangkitkan indra, dengan gamblang membangkitkan esensi dari apa artinya hidup.
- 101 Fabel Nusantara
- Akasha: Record of Ragnarok
- Alaia III
- Ayah, Berjuang Sendiri Itu, Capek!
- Barangkali Kita Memang Perlu Hari Patah Hati
- Brisingr
- Damn I Love Risol
- Eldest
- Ensiklopedia Fakta Seru
- Fourth Wing
- Hi Berlin
- Himam
- Hiu Sang Predator
- Hold Me, Never Let Go
- I Got a Cheat Skill in Another World and Became Unrivaled in the Real World, Too
- Kembali ke Batavia
- Kost Pak Raden
- Kost Pak Raden
- Lima Sekawan: Melacak Jejak Rahasia
- Lima Sekawan: Rahasia di Pulau Kirrin
- Malam Sunyi Hercule Poirot
- Moriarty The Patriot
- Perawan Remaja Dalam Cengkeraman Militer
- Pulih dari Trauma
- Rinduku Sederas Hujan Sore Itu
- Ronggeng Dukuh Paruk
- Tanpa Ayah Tanpa Arah
- The School of Life: An Emotional Education
- The Book Censor's Library
- The Tale of Dororo and Hyakkimaru
- The Otherwhere Post
- This Is How You Heal
- White Book