in

Review Buku Hi Berlin 1998: Romansa Cinta Usia Beda Umur

hi berlin 1998 – Halo, Grameds! Pernah nggak sih kamu ngerasa bingung antara mengikuti prinsip atau mengikuti perasaan saat memilih pasangan? Hi Berlin 1998 karya Wahyuni Albiy mengangkat tema tersebut dengan cara yang sangat unik dan menarik.

Dalam novel ini, Sakeza Labiru, seorang perempuan muda yang selalu memiliki kriteria ketat dalam memilih pasangan, harus menghadapi kenyataan bahwa perasaannya tumbuh untuk Jan Adam, seorang pemuda yang memiliki usia lebih muda darinya.

Penasaran bagaimana Sakeza menghadapi konflik perbedaan usia dengan Jan Adam? Akan kah hubungan yang mereka bangun memiliki akhir yang bahagia?

Yuk, Grameds, simak ulasan lengkap buku Hi Berlin 1998 di bawah ini dan temukan apakah buku ini bisa menjadi referensi bacaanmu selanjutnya!

Sinopsis Buku Hi Berlin 1998

Hi Berlin 1998 bercerita tentang Sakeza Labiru, si anak bungsu yang selalu yakin bahwa cinta sejatinya hanya datang dari pria seumuran atau lebih tua. Namun semua keyakinannya goyah saat Jan Adam muncul—seorang adik kelas blasteran Jerman bermata biru yang terlalu dewasa untuk usianya.

Meski awalnya ragu dan dihantui omongan teman-teman, Sakeza tak bisa mengabaikan pesona dan ketulusan Jan. Di tengah benturan prinsip dan perasaan, Sakeza pun dihadapkan pada satu pertanyaan besar: apakah usia benar-benar penting dalam urusan hati?

Diterbitkan pertama kali oleh Cloudbooks Publishing pada Agustus 2024, Hi Berlin 1998 adalah kisah manis tentang cinta lintas usia yang membuktikan bahwa hati tak pernah tunduk pada aturan.

Tentang Penulis Buku Hi Berlin 1998

Wahyuni Albiy Gemuruh Pangestu, dikenal luas lewat akun Instagram-nya @matchawritten, adalah penulis muda berbakat kelahiran 9 April 2006. Memulai perjalanan menulis sejak SD, ia kini telah meraih berbagai penghargaan bergengsi seperti Penulis Antologi Terbaik 2022–2023, Penulis Narasi Fantasi Terbaik 2021, hingga Duta Penulis Muda Indonesia 2023–2024.

Tak hanya piawai merangkai kata, Wahyuni juga menyukai musik—mulai dari Taylor Swift hingga Banda Neira—dan hobi bermain gitar. Gaya santainya yang khas: kaos oversize, baggy jeans, sneakers, serta kecintaannya pada matcha, kucing, dan laut biru menjadikannya sosok yang mudah dikenali.

Karya-karyanya, seperti Lintang Hukum (rating 4/5) dan Hi Berlin 1998, membuktikan kemampuannya menyentuh hati pembaca, terutama lewat cerita-cerita roman remaja yang relate dan emosional. Novel terbarunya, Hi, Jan Adam!, melanjutkan kisah dari Hi Berlin 1998 dan sudah menarik banyak perhatian.

Karakter Utama Dalam Buku Hi Berlin 1998

Sakeza Labiru punya prinsip tegas: pasangannya harus lebih tua atau setidaknya seumuran. Namun semua berubah saat ia bertemu Jan Adam, adik kelas yang jauh dari ekspektasinya—lebih muda, tapi matang, dewasa, dan menyimpan luka emosional yang dalam.

Di tengah proses menyembuhkan diri dari hubungan toxic dengan mantan kekasihnya, Raka, Sakeza justru menemukan ketenangan dalam sosok Jan. Hubungan mereka tumbuh perlahan lewat momen-momen tak terduga—hangat, tapi penuh tantangan.

Ketegangan memuncak saat Raka kembali, belum siap menerima kenyataan dan mulai mengusik kedekatan baru Sakeza. Di sinilah cinta diuji: antara prinsip lama, luka masa lalu, dan perasaan baru yang tumbuh di waktu yang tak disangka.

Gaya Penulisan yang Segar dan Emosional

Salah satu kekuatan utama Hi Berlin 1998 adalah gaya penulisannya yang segar dan mudah dipahami, dengan sedikit nuansa novel terjemahan yang memberikan sentuhan berbeda pada cerita.

Meskipun ada beberapa diksi yang terasa sedikit membingungkan, secara keseluruhan narasi dalam buku ini berhasil menyampaikan suasana tempat, waktu, dan perasaan dengan sangat baik.

Gaya bahasa yang digunakan sangat cocok untuk pembaca remaja dan mampu menyampaikan berbagai emosi yang mampu menggugah hati pembaca.

Plot dan Konflik

Plot dalam novel ini cukup ringan, dengan fokus utama pada hubungan romansa antara Sakeza dan Jan Adam. Meskipun cerita dengan tema age gap atau perbedaan usia sering kali terasa klise, hubungan antara Sakeza dan Adam terasa alami dan mudah diterima. Meskipun ada beberapa bagian yang terkesan cheesy, kisah ini tetap menghibur dan menyenangkan untuk diikuti. Penulis juga dengan cerdas menyelipkan tema tentang toxic relationship melalui kehadiran Raka dan masalah keluarga yang dihadapi Sakeza, menambah kedalaman konflik pada cerita.

Konflik-konflik ini memang tidak dibahas secara mendalam, namun cukup memberikan dinamika yang memperkaya plot, tanpa mengganggu fokus utama pada hubungan antara kedua karakter utama.

Fokus Utama pada Hubungan Sakeza dan Jan Adam

Fokus utama cerita ini adalah pada perkembangan hubungan antara Sakeza dan Jan Adam. Meskipun perbedaan usia menjadi tema utama, hubungan mereka tidak terasa terhalang oleh usia. Adam, dengan kedewasaannya yang tak terduga, berhasil menghapus keraguan Sakeza, dan cinta mereka pun berkembang meskipun ada banyak halangan. Selain romansa, tema keluarga dan persahabatan juga sangat ditekankan dalam cerita ini, memberikan dimensi yang lebih mendalam terhadap perjalanan karakter-karakter utama.

Memasuki Cetakan Ke-5

Hi Berlin 1998, karya Wahyuni Albiy, yang pertama kali diterbitkan pada Agustus 2024 oleh CloudBooks Publishing, kini telah memasuki cetakan ke-5. Novel ini sukses menarik perhatian pembaca sejak pertama kali terbit, dengan kisah romansa antara Sakeza Labiru dan Jan Adam yang penuh tantangan, baik dalam hal perbedaan usia maupun konflik keluarga. Terinspirasi dari AU Jungwon Enhypen, karakter Jan Adam memberikan warna tersendiri pada cerita ini.

Kisah yang mengangkat tema romansa remaja, dinamika keluarga, dan hubungan emosional yang mendalam ini telah berhasil mempertahankan daya tariknya, sehingga memicu permintaan tinggi untuk cetakan-cetakan berikutnya. Dengan memasuki cetakan ke-5, Hi Berlin 1998 semakin membuktikan kesuksesannya sebagai salah satu novel favorit di kalangan pembaca muda yang menyukai cerita romansa dengan latar belakang keluarga yang kuat dan konflik yang realistis.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Hi Berlin 1998

Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan buku Hi Berlin 1998 yang perlu Grameds ketahui sebelum membaca buku karya Wahyuni Albiy ini.

Pros & Cons

Pros
  • Tiap karakter memiliki kedalaman emosional yang kuat.
  • Mengangkat tema age gap atau perbedaan usia dengan cara yang unik.
  • Gaya bahasa yang segar dan narasi yang mengalir dengan baik.
  • Mengangkat tema toxic relationship dan masalah keluarga.
  • Konflik antar karakter membuat dinamika cerita menarik untuk diikuti.
Cons
  • Beberapa diksi yang digunakan terasa membingungkan dan kurang tepat.
  • Latar belakang karakter-karakter pendukung terasa seperti tempelan yang tidak memiliki pengaruh dalam cerita.

Kelebihan Buku Hi Berlin 1998

  • Menghadirkan romansa remaja yang emosional dan relatable
    Novel ini menyajikan kisah cinta yang manis namun penuh dinamika, sangat cocok untuk pembaca yang menyukai cerita romansa dengan konflik yang menyentuh hati.

  • Karakter utama yang kuat dan berkembang secara emosional
    Sakeza dan Jan Adam digambarkan sebagai dua karakter yang memiliki kedalaman psikologis. Keduanya mengalami perkembangan yang terasa alami dan realistis, sehingga pembaca mudah terhubung dengan perjalanan emosi mereka.

  • Hubungan yang terasa alami meski penuh perbedaan
    Meskipun mengangkat romansa antara dua karakter dengan perbedaan usia, hubungan Sakeza dan Jan Adam dibangun secara perlahan dan meyakinkan, tanpa terasa dipaksakan.

  • Gaya penulisan yang segar dan mudah dipahami
    Narasi dalam novel ini mengalir dengan baik, menggunakan bahasa yang ringan namun tetap menyampaikan emosi dengan kuat. Sangat cocok untuk pembaca muda maupun dewasa muda.

  • Mengangkat tema-tema yang relevan dan bermakna
    Tidak hanya soal cinta, novel ini juga membahas isu-isu penting seperti hubungan toxic dan dinamika keluarga yang rumit, menambah dimensi cerita dan memperkuat pesan yang disampaikan.

  • Konflik yang kuat dan menambah ketegangan cerita
    Kehadiran Raka sebagai mantan yang belum move on menciptakan ketegangan emosional yang membangun konflik utama dalam cerita, membuat alurnya semakin menarik untuk diikuti hingga akhir.

Kekurangan Buku Hi Berlin 1998

  • Penggunaan diksi yang kurang tepat
    Beberapa pilihan kata dalam cerita terasa membingungkan atau kurang pas, yang dapat mengganggu kelancaran membaca dan mengurangi kekuatan narasi.

  • Penyelesaian konflik yang terasa terburu-buru
    Masalah penting seperti konflik keluarga dan hubungan toxic kurang dieksplorasi secara mendalam dan diselesaikan terlalu cepat, sehingga kehilangan potensi emosionalnya.

  • Beberapa momen romansa terasa berlebihan
    Terdapat bagian dalam hubungan Sakeza dan Jan Adam yang cenderung cheesy atau terlalu manis, yang bisa terasa kurang realistis bagi sebagian pembaca.

  • Fokus cerita terlalu terpusat pada hubungan utama
    Cerita terlalu berfokus pada dinamika antara Sakeza dan Jan Adam, sehingga konflik lainnya seperti hubungan dengan Raka dan masalah keluarga tidak mendapatkan pengembangan yang seimbang.

  • Karakter pendukung kurang digali
    Latar belakang dan peran karakter sampingan tidak dijelaskan secara mendalam, membuat mereka terasa seperti tempelan yang tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap alur cerita.

Kesimpulan

Hi Berlin 1998 adalah novel romansa remaja yang menyuguhkan cerita emosional dan penuh makna. Kisah antara Sakeza dan Jan Adam tak hanya menyentuh soal cinta, tapi juga membahas luka masa lalu, hubungan toxic, dan dinamika keluarga yang rumit, membuatnya lebih dari sekadar kisah cinta biasa.

Karakter-karakternya kuat dan mudah terhubung dengan pembaca, terutama karena kedalaman emosional yang ditampilkan. Meski ada sedikit kekurangan, seperti diksi yang kadang membingungkan dan penyelesaian konflik yang terasa terburu-buru, keseluruhan cerita tetap berhasil meninggalkan kesan mendalam.

Dengan gaya penulisan yang segar dan ringan, Hi Berlin 1998 sangat cocok untuk pembaca muda yang mencari kisah cinta yang relatable, hangat, dan menyentuh. Sebuah pilihan bacaan yang menyenangkan sekaligus penuh pesan kehidupan.

Rekomendasi Buku-Buku Karya Wahyuni Albiy

Berikut rekomendasi buku-buku karya Wahyuni Albiy yang bisa menjadi referensi Grameds setelah membaca Hi Berlin 1998.

1. Lintang Hukum

Lintang Hukum

Ketika semua orang panik, satu anak justru menerobos api.

Di tengah kebakaran hebat yang menggemparkan warga, seorang anak laki-laki berdiri diam, menatap rumah yang dilahap api. Saat orang-orang sibuk merekam, berteriak, dan mencari bantuan, ia melihat sosok di jendela—seseorang yang belum selamat.

Tanpa ragu, ia menerobos kobaran api, menantang panas dan bahaya yang bisa saja merenggut nyawanya. Setiap langkahnya penuh luka, tapi tekadnya hanya satu: menyelamatkan seseorang yang bahkan belum ia kenal.

Di antara asap pekat dan jeritan warga, inilah kisah keberanian yang tak biasa—kisah kecil dengan nyali besar.

2. I’m In Law With You

I'm In Law With You

September, 2016.

Aksi unjuk rasa mahasiswa kala itu di bawah pimpinan sosok Rajendral dengan pengeras suara andalannya. Takkan satupun yang sadar, gadis marga Selatan terbuai oleh keelokan gagahnya Rajendral kala itu, hingga pada akhirnya gadis itu memulai lebih dulu untuk memulai interaksi dengan sang pujaan hati.

Facta sunt potentiora verbis: Perbuatan atau fakta jauh lebih kuat dari kata-kata. Tetapi, Rajendral kuat akan dua hal itu. Biarkan takdir berbicara, kisah Rajendral dan Skala baru saja dimulai.

3. Tea Jouney

Tea Journey

Van Kazama dan Van Khalid adalah sepasang pangeran kembar yang lahir di Versailles, Prancis. Ketika berusia delapan tahun, mereka pindah ke Indonesia. Dua saudara ini memiliki rupa yang sama, tapi sifat mereka bertolak belakang. Khalid diatur oleh kedua orang tuanya untuk hidup lebih teladan. Sementara itu, Kazama bebas memilih tujuan hidupnya, walau kurang dukungan dari orang tua.

Khalid sedikit sekali berbicara, bahkan kepada saudara kembarnya sendiri, sehingga Kazama selalu mencari cara agar Khalid mau berbicara dengannya. Ketika mengunjungi Nakamura Tea Garden—tempat teh-teh untuk kastil dipesan. Kazama bertemu Sawako dan ia menyimpulkan bahwa gadis itu dapat membantunya untuk mengubah Khalid.

Written by Vania Andini