in

Penyebab Hancurnya Daulah Abbasiyah Dinasti Penguasa Islam

Daulah Abbasiyah, sebuah dinasti penguasa Islam yang pernah mencapai puncak kejayaannya, namun kisahnya juga diwarnai oleh kemerosotan yang tragis. Sebagai penerus Kekhalifahan Umayyah, Daulah Abbasiyah awalnya dianggap sebagai simbol kemajuan dan kejayaan dunia Islam. Namun, seperti halnya kebesaran yang melambung tinggi, kemunduran dan hancurnya kekuasaan Abbasiyah juga menjadi bagian tak terelakkan dari sejarah panjang peradaban Islam.

Grameds sebentar lagi kamu akan menjelajahi berbagai faktor yang menyebabkan keruntuhan Daulah Abbasiyah, mengupas akar-akar permasalahan yang mengguncang fondasi kekhalifahan ini hingga akhirnya meruntuhkan pilar-pilar kekuasaannya. Dari peperangan internal hingga konflik eksternal, penyebaran ketidakstabilan politik, dan dinamika sosial yang kompleks, mari kita telaah bersama penyebab-penyebab yang mengakibatkan hancurnya Daulah Abbasiyah dan dampaknya terhadap perjalanan sejarah Islam.

Sejarah Daulah Abbasiyah

Sumber : https://www.gramedia.com/literasi/

Daulah Abbasiyah adalah dinasti penguasa Islam yang berkuasa dari tahun 750 hingga 1258 Masehi. Pada abad ke-8 M, Daulah Abbasiyah bermula dari gerakan oposisi terhadap Dinasti Umayyah yang sedang berkuasa. Gerakan ini dipimpin oleh keluarga Hashim, dengan Abu Muslim sebagai salah satu tokoh utama.

Pada tahun 747, gerakan ini memenangkan dukungan banyak pihak, dan pada tahun 749, pasukan Abbasiyah menaklukkan Kufah, markas besar gerakan ini. Kudeta Abbasiyah mencapai puncaknya pada tahun 750 dengan pengepungan Damaskus, di mana Khalifah Umayyah Marwan II tewas, dan Dinasti Abbasiyah mendirikan pemerintahannya. Berikut ini adalah sejumlah runutan sejarah Daulah Abbasiyah!

1. Era Keemasan (Abad ke-8 hingga ke-10 M)

Khalifah pertama Abbasiyah adalah As-Saffah (750-754), diikuti oleh Al-Mansur (754-775) yang mendirikan ibu kota baru, Baghdad, sebagai pusat administratif. Puncak keemasan Abbasiyah terjadi pada masa khalifah-khalifah seperti Harun Al-Rasyid (786-809) dan Al-Ma’mun (813-833). Pada masa ini, ilmu pengetahuan dan kebudayaan berkembang pesat di bawah program Baitul Hikmah (Rumah Kebijaksanaan).

2. Krisis dan Pelemahan (Abad ke-9 – ke-10 M)

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Setelah kematian Harun Al-Rasyid, terjadi konflik suksesi dan perpecahan internal di dalam dinasti. Perang saudara dan pemberontakan oleh pasukan seperti Barmakid dan pengikut Ahlul Bait terjadi. Faktor eksternal juga memainkan peran, termasuk invasi Bangsa Turk dan terjadinya pertempuran besar seperti Pertempuran Samarra pada tahun 836.

3. Pengaruh Bangsa Turk (Abad ke-10 – ke-11 M)

Bangsa Turk memainkan peran penting dalam kekhalifahan Abbasiyah, terutama setelah pemberontakan tentara budak (Mamluk) Bangsa Turk dan pendirian dinasti-dinasti Turk seperti Buyid dan Seljuk yang mengendalikan kekhalifahan.

4. Era Seljuk (Abad ke-11 – ke-12 M)

Seljuk mengambil alih kendali Baghdad pada tahun 1055 dan mendirikan pemerintahan mereka sendiri. Khalifah Abbasiyah menjadi semakin tergantung pada kekuatan Seljuk, dan otoritas khalifah menjadi lebih seremonial.

5. Pengaruh Persia (Abad ke-11 – ke-13 M)

Dinasti Buyid yang berasal dari Persia juga memainkan peran signifikan dalam pemerintahan Abbasiyah, bahkan meskipun mereka secara resmi mengakui kekhalifahan Abbasiyah, namun memiliki kendali efektif di banyak wilayah.

6. Invasi Mongol dan Kehancuran (Abad ke-13 M)

Pada tahun 1258, pasukan Mongol di bawah Hulagu Khan mengepung dan menaklukkan Baghdad. Khalifah Al-Musta’sim dieksekusi, dan kota itu dijarah dan dihancurkan. Invasi Mongol ini menjadi pukulan telak dan menandai berakhirnya Daulah Abbasiyah.

Sejarah Daulah Abbasiyah mencerminkan berbagai peristiwa, tantangan, dan perubahan yang terjadi selama periode panjang pemerintahannya. Meskipun mengalami masa keemasan awal, tetapi konflik internal, konflik suksesi, dan invasi dari kekuatan eksternal akhirnya mengakibatkan pelemahan dan hancurnya kekhalifahan ini.

Bangkit dan runtuhnya Daulah abbasiyah

Penyebab Hancurnya Daulah Abbasiyah

Sumber : https://www.kompas.com/stori

Daulah Abbasiyah, yang merupakan penerus dari Daulah Umayyah, mengalami berbagai tantangan dan akhirnya mengalami kehancuran pada abad ke-13. Beberapa faktor yang menyebabkan hancurnya Daulah Abbasiyah antara lain:

Invasi Mongol

Invasi Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 adalah salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah Daulah Abbasiyah yang menyebabkan kehancuran dan runtuhnya kekhalifahan tersebut. Pada tahun 1258, pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan mengepung dan menaklukkan Baghdad, ibu kota Daulah Abbasiyah. Pengepungan tersebut menyebabkan penderitaan besar bagi penduduk kota.

Setelah penaklukan Baghdad, Khalifah Al-Musta’sim, khalifah terakhir dari Daulah Abbasiyah, ditangkap dan dieksekusi oleh pasukan Mongol. Eksekusi ini simbolis dan menandai berakhirnya dinasti Abbasiyah.Pasukan Mongol melancarkan pembantaian besar-besaran di dalam kota. Ribuan warga sipil, termasuk ulama dan penduduk, tewas dalam kekejaman tersebut. Selain itu, kota Baghdad sendiri mengalami penghancuran yang luas, termasuk perpustakaan terkenal, Baitul Hikmah (Rumah Kebijaksanaan).

Pembakaran dan penghancuran perpustakaan dan pusat-pusat keilmuan di Baghdad merupakan kerugian besar bagi warisan budaya dan ilmiah dunia Islam. Banyak karya sastra, ilmiah, dan filosofis hilang selamanya. Invasi Mongol ini secara efektif mengakhiri masa kejayaan dan kekuasaan Daulah Abbasiyah. Khalifah Abbasiyah yang selamat berada di bawah kendali Mongol dan menjadi semakin seremonial, dengan otoritas yang sangat berkurang.

Setelah invasi, wilayah kekhalifahan Abbasiyah menjadi bagian dari Kekaisaran Mongol. Penguasa Mongol menempatkan penguasa boneka sebagai kepala kekhalifahan, tetapi sebenarnya kekhalifahan tersebut kehilangan banyak kekuasaan yang sebelumnya dimilikinya.

Pertikaian Internal

Pertikaian internal memainkan peran krusial dalam hancurnya Daulah Abbasiyah. Beberapa faktor internal tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap ketidakstabilan politik dan keruntuhan otoritas di dalam kekhalifahan.

Salah satu sumber pertikaian internal terbesar dalam Daulah Abbasiyah adalah konflik suksesi dan perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga khalifah. Persaingan antar pihak keluarga Abbasiyah menyebabkan perebutan takhta dan konflik yang berkepanjangan.

Faksi-faksi politik di dalam kekhalifahan sering kali berselisih, mengakibatkan ketidakstabilan politik. Pertentangan antara kelompok-kelompok seperti Barmakid dan para pejabat pemerintah, seringkali menjadi sumber konflik yang merugikan stabilitas dalam pemerintahan.

Intrik-intrik di dalam istana khalifah juga menjadi penyebab pertikaian. Serangkaian pemberontakan, pembunuhan, dan penggulingan tahta terjadi di antara keluarga kerajaan dan pejabat istana, melemahkan otoritas pemerintahan.

Pemberontakan tentara dan kelompok-kelompok militer, terutama oleh Bangsa Turk, menjadi faktor penting yang memperburuk keadaan. Pemberontakan ini sering kali terjadi akibat ketidakpuasan terhadap kondisi sosial dan ekonomi, serta persaingan kekuasaan.

Pertikaian antar kelompok keagamaan dan perdebatan teologis juga memainkan peran dalam pertikaian internal. Perselisihan antar sekte dan kelompok keagamaan, terutama yang terkait dengan doktrin keagamaan, menciptakan ketegangan di dalam masyarakat.

Kondisi ekonomi yang buruk dan ketidakpuasan sosial juga memicu pertikaian internal. Pajak yang berat dan ketidaksetaraan sosial memicu ketidakpuasan di kalangan rakyat, yang dapat memperkuat kelompok-kelompok pemberontak.

Daulah Abbasiyah menghadapi perpecahan wilayah dengan munculnya dinasti-dinasti lokal yang semakin menguat, seperti dinasti Buyid di Persia. Perpecahan ini mengurangi kekuatan sentral dan memperlemah otoritas khalifah.

Terkadang, pertikaian internal membuat Daulah Abbasiyah tidak dapat merespons efektif terhadap ancaman asing. Hal ini tercermin dalam ketidakmampuan mereka dalam menghadapi invasi dari luar, seperti invasi Bangsa Turk dan, yang paling fatal, invasi Mongol.

Two queens of baghdad

Pembagian Wilayah

Pembagian wilayah di dalam Daulah Abbasiyah adalah salah satu faktor yang mempercepat proses pelemahan dan hancurnya kekhalifahan tersebut. Pemecahan dan perebutan kekuasaan di antara dinasti-dinasti lokal mengurangi kekuatan sentral dan menyebabkan ketidakstabilan yang memudahkan kekuatan eksternal untuk memanfaatkannya.

Munculnya dinasti-dinasti lokal seperti dinasti Buyid di Persia dan dinasti Hamdanid di wilayah Timur Tengah mengakibatkan pemisahan wilayah dan pengambilalihan kekuasaan oleh penguasa-penguasa regional. Meskipun secara nominal masih mengakui otoritas khalifah Abbasiyah, dinasti-dinasti ini memiliki kendali efektif atas wilayah-wilayah mereka.

Pembagian wilayah memicu ketidakstabilan politik karena adanya konflik antara penguasa lokal dan khalifah Abbasiyah. Persaingan kekuasaan ini merusak kohesi dan stabilitas politik dalam kekhalifahan, membuatnya lebih rentan terhadap ancaman internal dan eksternal.

Dinasti-dinasti lokal kadang-kadang bersaing satu sama lain atau terlibat dalam perang saudara. Pertempuran antara mereka sering kali mengakibatkan kerusakan pada struktur politik dan ekonomi di dalam Daulah Abbasiyah, melemahkan kekuasaan sentral.

Pembagian wilayah mengurangi kemampuan militer Daulah Abbasiyah untuk merespons ancaman eksternal. Dengan terpecahnya kekuatan militer di berbagai wilayah, pertahanan keseluruhan kekhalifahan menjadi rapuh, terutama ketika dihadapkan pada invasi dan serangan dari luar.

Kekuatan lokal yang semakin terpecah membuat Daulah Abbasiyah lebih tergantung pada bantuan dan dukungan dari kekuatan eksternal. Faktor ini menjadikan kekhalifahan semakin rentan terhadap intervensi asing dan manipulasi dari dinasti-dinasti yang lebih kuat.

Khalifah Abbasiyah yang semula memiliki kekuasaan pusat yang signifikan, pada akhirnya, kehilangan kendali atas wilayah-wilayah yang semakin mandiri. Otoritas khalifah menjadi lebih seremonial, sementara kekuatan riil berpindah ke tangan penguasa lokal.

Pembagian wilayah juga memicu perpecahan ekonomi, dengan wilayah-wilayah yang memiliki kontrol atas sumber daya ekonomi tertentu. Hal ini memperburuk kondisi ekonomi Daulah Abbasiyah secara keseluruhan, mengakibatkan kemunduran dalam perdagangan dan kemakmuran.

Krisis Ekonomi dan Keuangan

Krisis ekonomi dan keuangan memainkan peran penting dalam hancurnya Daulah Abbasiyah. Beberapa faktor ekonomi dan keuangan tersebut merusak stabilitas kekhalifahan, mengakibatkan pelemahan struktur ekonomi dan keuangan, serta mengurangi daya tahan Daulah Abbasiyah terhadap tekanan internal dan eksternal.

Salah satu penyebab utama krisis ekonomi adalah sistem pajak yang berat. Pajak yang tinggi yang dikenakan oleh pemerintah untuk membiayai kebutuhan militer dan administratif, terutama di bawah pemerintahan beberapa khalifah yang korup, menyebabkan penderitaan ekonomi di kalangan rakyat.

Tingginya tingkat korupsi di dalam pemerintahan menyebabkan pencurian keuangan yang meluas. Pejabat-pejabat yang korup mengalihkan sumber daya keuangan dan pajak yang seharusnya digunakan untuk kepentingan umum ke kantong pribadi mereka sendiri, merugikan keuangan negara secara signifikan.

Pengeluaran yang tidak terkendali dan pencetakan uang yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fiskal menyebabkan inflasi dan devaluasi mata uang. Hal ini mengakibatkan melemahnya daya beli rakyat dan merugikan kegiatan perdagangan serta ekonomi umum.

Krisis di sektor pertanian, sebagai sektor ekonomi utama pada saat itu, juga berdampak besar. Faktor-faktor seperti kekeringan, wabah penyakit tanaman, dan kebijakan pemerintah yang tidak efektif dalam mengelola sumber daya pertanian menyebabkan ketidakstabilan di sektor ini.

Konflik internal dan perang saudara yang sering terjadi merusak infrastruktur ekonomi dan perdagangan. Wilayah yang terkena dampak pertempuran mengalami penurunan produksi dan aktivitas ekonomi, yang pada gilirannya berkontribusi pada krisis ekonomi secara keseluruhan.

Daulah Abbasiyah sangat tergantung pada perdagangan internasional. Terjadinya ketidakstabilan politik dan ekonomi di wilayah tersebut mengakibatkan penurunan perdagangan dengan negara-negara tetangga dan dunia luar, yang berdampak negatif pada pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.

Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang merajalela memperburuk ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan. Kelompok-kelompok yang kurang beruntung merasa ditinggalkan oleh kebijakan ekonomi dan pajak yang tidak adil, yang dapat memicu ketidakstabilan sosial.

Pengaruh Turk dan Mamluk

Peran Bangsa Turk dan Mamluk memiliki dampak signifikan dalam hancurnya dinasti Abbasiyah, terutama pada tahap-tahap akhir kekhalifahan.  Bangsa Turk, terutama dalam bentuk dinasti Saljuk, memainkan peran kunci dalam hancurnya Daulah Abbasiyah. Pada abad ke-11, Seljuk Turk menyerbu kekhalifahan dan mengambil kendali atas Baghdad. Pada tahun 1055, Sultan Tughril Beg menunjukkan penghormatan kepada khalifah dan mendirikan dinasti Seljuk.

Meskipun secara formal mengakui kekhalifahan Abbasiyah, kekuatan sebenarnya beralih ke tangan Sultan Seljuk. Khalifah Abbasiyah menjadi semakin tergantung pada perlindungan militer dari Sultan Seljuk dan kehilangan kendali efektif atas wilayah dan kebijakan negara.

Sultan Seljuk mempengaruhi struktur pemerintahan dan administratif, mengubah sistem kekhalifahan menjadi semi-independen dengan penguasa lokal yang lebih mandiri. Bangsa Turk membentuk kastil-kastil dan wilayah-wilayah kekuasaan mereka sendiri, merusak kesatuan politik Daulah Abbasiyah.

Pada abad ke-13, terjadi pemberontakan oleh Mamluk, yang pada awalnya merupakan budak militer dari bangsa Turk dan Asia Tengah. Pemberontakan ini menyebabkan kekhalifahan Abbasiyah jatuh ke tangan Mamluk pada tahun 1258, yang di bawah pimpinan Al-Musta’sim menggulingkan Sultan terakhir dari dinasti Seljuk.

Meskipun Mamluk berhasil mengusir pasukan Mongol dari Mesir pada tahun 1260 dalam Pertempuran Ain Jalut, mereka tidak sepenuhnya mampu mengembalikan otoritas khalifah. Pada kenyataannya, Mamluk lebih menekankan kontrol mereka di Mesir dan mengabaikan wewenang khalifah di Baghdad.

Mamluk secara simbolis mengakhiri kekhalifahan Abbasiyah dengan melakukan pembunuhan terhadap Khalifah Al-Musta’sim pada tahun 1258. Tindakan ini menunjukkan bahwa kekhalifahan Abbasiyah telah kehilangan kekuasaan dan kendali, dan bahwa khalifah tidak lagi memegang peran sentral dalam pemerintahan.

Peran Bangsa Turk dan Mamluk secara bersama-sama meruntuhkan otoritas dan integritas dinasti Abbasiyah. Otoritas khalifah menjadi semakin seremonial, sementara kekuasaan riil berpindah ke tangan penguasa lokal dan militer.

Bangsa Turk dan Mamluk menciptakan kondisi yang mendukung bagi invasi Mongol, terutama oleh Hulagu Khan pada tahun 1258, yang mengakhiri secara definitif dinasti Abbasiyah dan menyebabkan keruntuhan politik, ekonomi, dan budaya di kawasan itu.

Pembagian wilayah, ketidakstabilan politik, dan invasi asing yang melibatkan Bangsa Turk dan Mamluk bersama-sama menciptakan lingkungan yang memudahkan kehancuran dan akhir dari kekhalifahan Abbasiyah yang pernah kuat.

Dinasti mamluk

Pertumbuhan Kekuatan Regional

Pertumbuhan kekuatan regional memainkan peran penting dalam hancurnya dinasti Abbasiyah. Pada saat kekhalifahan mencapai puncak kejayaannya, kekuatan dan pengaruhnya meluas ke berbagai wilayah. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa faktor, termasuk pertumbuhan kekuatan regional, menyebabkan pelemahan dan keruntuhan dinasti Abbasiyah.

Pertumbuhan kekuatan regional menyebabkan pemecahan dan pembagian kekuasaan di dalam kekhalifahan. Dinasti-dinasti lokal yang semakin mandiri, seperti dinasti Buyid di Persia, dinasti Hamdanid di wilayah Timur Tengah, dan dinasti Umayyah di Al-Andalus (Spanyol Islam), mengurangi kendali pusat di Baghdad.

Penguatan kekuatan regional sering kali berujung pada pemberontakan dan deklarasi kemerdekaan wilayah tertentu dari kekhalifahan pusat. Penguasa lokal yang kuat menjadi semakin otonom dan mengambil keputusan secara mandiri, merugikan kesatuan politik dan kekuatan sentral Abbasiyah.

Dinasti Seljuk, sebagai salah satu contoh pertumbuhan kekuatan regional, memainkan peran kunci dalam hancurnya dinasti Abbasiyah. Meskipun mereka secara resmi mengakui otoritas khalifah, Seljuk Turk mengendalikan wilayah dan kebijakan dengan cara yang lebih mandiri, mengubah struktur politik dan administratif.

Pertumbuhan kekuatan regional sering kali menghasilkan pertikaian antarbangsa dan konflik internal. Perang saudara dan konflik politik di antara dinasti-dinasti lokal menciptakan ketidakstabilan, merugikan otoritas khalifah, dan memudahkan invasi atau intervensi asing.

Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat juga dapat mempengaruhi stabilitas politik dan kekuatan suatu kekhalifahan. Perubahan ini terkadang memicu ketegangan internal dan kerentanan terhadap ancaman dari luar. Dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, Daulah Abbasiyah menghadapi tantangan yang berat dan akhirnya runtuh, terutama dengan invasi Mongol yang membawa akhir dari masa keemasan dan kejayaan khalifah Abbasiyah.

Hancurnya Dinasti Abbasiyah tidak hanya menciptakan perebutan kekuasaan di dunia Islam, tetapi juga membuka jalan bagi perkembangan dinasti-dinasti baru dan periode sejarah baru dalam peradaban Islam. Bagi kamu yang tertarik mempelajari dunia Islam di dunia, segera dapatkan buku sejarah Islam di Gramedia.com



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Shaza Zahra

Halo, saya Shaza Zahra Hanifah, berperan sebagai editor artikel di Gramedia. Selain sebagai pekerjaan, membaca dan menulis adalah hobi utama saya. Keahlian riset saya membantu saya menyusun konten yang bermanfaat dan berkualitas di blog ini.