IPA

Hewan Ruminansia: Ciri-Ciri, Sistem Pencernaan dan Anatominya

hewan ruminansia
Written by Rahma R

Hewan Ruminansia – Pasti Grameds tidak asing dengan keberadaan hewan sapi? Yap, hewan berkaki empat yang hobi makan rumput sekaligus memproduksi susu ini pasti kerap ditemui di sekitar tempat tinggalmu, atau bahkan Grameds juga memelihara hewan herbivora ini di rumah?

Ketika bertemu hewan sapi secara langsung, apakah Grameds pernah memperhatikan bahwa hewan tersebut selalu mengunyah, meskipun kala itu mulutnya tidak sedang dipenuhi makanan. Nah, hewan sapi ini termasuk dalam kelompok hewan ruminansia lho… Yang mana kelompok hewan tersebut memiliki sistem pencernaan yang unik dan tentu saja berbeda dengan kelompok mamalia. Kebanyakan hewan ruminansia ini mengkonsunsi tumbuhan sebagai makanan utamanya, maka dari itu jelas saja sapi termasuk dalam kelompok hewan tersebut.

Lalu apa sih hewan ruminansia itu? Mengapa sistem pencernaan dari hewan ruminansia disebut unik? Bagaimana pula fakta unik dari hewan ruminansia ini? Nah, supaya Grameds tidak penasaran akan hal-hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

hewan ruminansia

https://www.pexels.com/id-id/

Pengertian Hewan Ruminansia

Secara etimologi, kata “ruminansia” berasal dari bahasa Latin, yakni “Ruminae” yang berarti mengunyah kembali. Dalam ilmu peternakan dan ilmu hewan, hewan ruminansia adalah hewan pemamah biak, yang mana merupakan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) dengan sistem pencernaan dalam dua langkah. Meskipun demikian, semua hewan herbivora itu tidak termasuk pada kelompok ruminansia ini. Hal tersebut karena ciri utama dari hewan ruminansia adalah memiliki dua fase mengunyah sebelum makanannya dapat dicerna di perut.

Contoh dari hewan ruminansia ini sebagian besar adalah hewan ternak yakni sapi, domba, kambing, kerbau, kijang, bison, banteng, anoa rusa, dan jerapah. Untuk enam hewan terakhir tersebut bukanlah hewan ternak tetapi masih termasuk dalam hewan pemamah biak.

Berhubung sistem pencernaan dalam hewan ruminansia ini memiliki dua fase mengunyah, pasti tampak “lebih lama” dalam proses pencernaannya. Namun, justru kelompok hewan ini memiliki keuntungan akan hal tersebut, sebab pencernaannya menjadi lebih efisien terutama ketika menyerap nutrisi yang terkandung di dalam makanan, dengan bantuan mikroorganisme yang ada di perutnya. Hewan herbivora yang bukan termasuk dalam kelompok ruminansia ini adalah unta dan llama.

Ciri-Ciri Hewan Ruminansia

Perlu diperhatikan bahwa semua hewan herbivora itu belum tentu juga termasuk dalam hewan ruminansia ini, begitu pula dengan hewan mamalia yang belum tentu termasuk dalam kelompok hewan ini. Nah, berikut adalah ciri-ciri hewan ruminansia:

  • Di dalam perutnya terdapat empat bilik dan kaki dengan jumlah hanya dua jari saja.
  • Memiliki gigi seri atas berkurang atau bahkan tidak ada.
  • Biasanya makan atau memamah rumput secara cepat, kemudian memuntahkannya kembali dan memakannya kembali.
  • Di dalam perutnya memiliki empat kompartemen, yakni rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.

Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia

Pencernaan adalah proses penguraian atau pemecahan bahan makanan yang telah dikunyah sebelumnya ke dalam bentuk bentuk zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Pada hewan ruminansia, sistem pencernaannya disebut unik sebab di dalam perut mereka memiliki lambung ganda, sehingga prosesnya lebih panjang dan kompleks.

Perbedaan yang mendasar antara sistem pencernaan hewan ruminansia dengan hewan lain adalah kelompok hewan ini memiliki struktur gigi yakni pada geraham belakang (molar) berukuran besar dan berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Lambung ganda yang dimaksud adalah bukan berjumlah dua, tetapi empat bagian yakni rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).

Tidak hanya itu saja, di dalam perut hewan ruminansia terdapat bakteri selulotik yang menghasilkan vitamin B, asam amino, dan gas metan (CH4) yang mana dapat digunakan dalam proses pembuatan biogas sebagai sumber energi alternatif.

Pada dasarnya, proses pencernaan pada hewan ruminansia ini dimulai dari rumput yang dimakan, dikunyah, dan ditelan menuju ke kerongkongan. Setelah itu, makanan akan masuk ke bagian perut pertama yakni rumen sebagai “gudang sementara” dari makanan yang telah tertekan. Di rumen tersebut nantinya akan terjadi pencernaan protein, lalu diteruskan ke bagian perut kedua yakni reticulum. Di reticulum, makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan kasar yang disebut dengan Bolus.

Biasanya, ketika hewan ruminansia ini tengah bersantai, bolus yang ada reticulum tadi akan dimuntahkan kembali ke mulut, yang kemudian dimamah kedua kalinya. Setelah proses pemamahan kedua kalinya itu, makanan akan ditelan kembali dan diteruskan ke bagian perut ketiga yakni omasum. Di omasum, akan terdapat produksi enzim yang bercampur dengan bolus. Setelah makanan hancur maka selulosa juga akan ikut hancur, yang kemudian diteruskan ke usus halus, lalu ke usus besar, hingga berakhirlah ke anus.

Wah ternyata proses pencernaan hewan ruminansia ini benar-benar kompleks ya! Nah, berikut adalah anatomi dari sistem pencernaan yang ada di tubuh hewan ruminansia, dengan mengambil contoh hewan sapi beserta fungsinya.

Anatomi Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia Sapi dan Fungsinya

1. Rongga Mulut

Sama halnya dengan proses pencernaan hewan lain yang bukan termasuk hewan ruminansia, pencernaan pertama kali dilakukan pada mulut. Yap, di dalam mulut pada hewan ruminansia terdiri atas gigi, lidah, kelenjar ludah (saliva). Bagian kelenjar ludah (saliva) ini merupakan cairan kompleks yang memiliki komponen organik dan komponen anorganik. Saliva ini memiliki banyak fungsi, sebut saja untuk membantu penelanan dan suplai nutrien mikroba.

Makanan yang masuk ke dalam mulut, secara mekanik akan dihancurkan dengan gigi dan campuran saliva. Pada hewan sapi, saliva yang dimilikinya ada 3 pasang glandula saliva, yakni:

  • Glandula Parotis, yang terletak di depan telinga.
  • Glandula Sumandibularis, yang terletak di rahang bawah.
  • Glandula Sublingualis, yang terletak di bawah lidah.

Saliva hewan sapi tidak memiliki kandungan enzim amilase sehingga proses pencernaannya hanya berlangsung secara mekanik saja.

2. Esofagus

Dapat disebut bahwa esofagus ini adalah kerongkongan, yang mana merupakan saluran untuk menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esofagus ini, terdapat daerah yang disebut faring. Di dalam faring tersebut terdapat klep, yakni epiglotis yang mengatus supaya makanan tidak masuk ke bagian trakea (tenggorokan).

Fungsi utama dari esofagus ini adalah untuk menyalurkan makanan menuju ke lambung dengan gerakan peristaltik.

3. Lambung

Sama halnya dengan lambung pada umumnya, lambung pada hewan sapi juga berperan sebagai perut besar dan tempat makanan yang telah dikunyah. Perbedaannya adalah lambung pada hewan sapi ini memiliki 4 ruangan yang berbeda, yakni rumen, reticulum, omasum, dan abomasum.

a) Rumen

Rumen ini dapat disebut sebagai kantong besar yang memiliki kapasitas sekitar 80%. Beberapa bagian rumen mempunyai pupil layaknya handuk dan tidak berkelenjar. Di dalam rumen banyak terdapat bakteri yang turut berguna untuk proses pencernaan makanan, yang berupa Bakteri Pencerna Selulosa, Bakteri Pencerna Hemiselulosa, Bakteri Pencerna Pati, Bakteri Pencerna Gula, dan Bakteri Pencerna Protein.

Tidak hanya bakteri saja, di dalam rumen juga terdapat protozoa, yakni Holotricha dan Oligotricha. Protozoa Holotricha, yakni mempunyai silia hampir di seluruh tubuh sapi yang berguna untuk mencerna karbohidrat fermentabel, sementara Protoza Oligotricha, yakni mempunyai silia di sekitar mulut dan berguna untuk merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna. Di dalam rumen juga terdapat fungsi yang tentu saja bermanfaat bagi pencernaan pakan yang berserat.

b) Reticulum

Reticulum juga sering disebut sebagai perut jala dan berfungsi sebagai penahan partikel pakan, terutama ketika tengah terjadi regurgitasi rumen. Regurgitasi adalah suatu keadaan dimana cairan naik ke atas lambung, apabila terjadi pada manusia biasanya menjadi gejala sakit magh.

Bentuk reticulum seperti rumah lebah. Hal tersebut supaya mencegah benda-benda asing yang ada di makanan tidak bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut, misalnya kawat. Reticulum sering tertusuk oleh hewan-hewan tajam yang sebenarnya adalah hal fatal bagi hewan ruminansia, sebab posisinya dekat dengan jantung.

Apabila Grameds sering mengkonsumsi jeroan sapi, bagian reticulum ini biasanya disebut dengan babat tebal.

c) Omasum

Bagian lambung ketiga pada hewan ruminansia adalah omasum yang permukaan dindingnya memiliki wujud lipatan dan kasar, dengan 5 lamina (daun) yang menyerupai duri. Lamina adalah penyaring partikel digesti yang nantinya akan masuk ke abomasum. Di dalam omasum ini, akan terjadi pencampuran pakan dan air, yang mana sebagian besar air tersebut akan diserap oleh lapisan-lapisan omasum.

Apabila Grameds sering mengkonsumsi jeroan sapi, bagian omasum ini biasanya disebut dengan babat tipis.

d) Abomasum

Abomasum sering disebut sebagai perut sejati, sebab sebagian besar proses pencernaan hewan ruminansi terjadi pada bagian ini. Pada dinding abomasum, terdapat kelenjar pencernaan yang menghasilkan cairan lambung dengan kandungan pepsinogen, garam, onorganik, mukosa, asam hidroklorat, untuk penyerapan vitamin B12 secara efisien.

Di dalam abomasum juga terdapat unsur-unsur penyusun berbagai nutrien yang dihasilkan melalui adanya proses kerja cairan lambung terhadap bakteri dan protozoa. Kemudian, cairan lambung tersebut akan diserap melalui dinding usus halus.

4. Usus Halus

Usus halus pada hewan ruminansia ini memiliki tiga bagian, yakni duodenum, jedunum, dan ileum. Biasanya, panjang usus halus ini sekitar 22-30 kali dari panjang tubuh hewan ruminansia itu sendiri.

Pada duodenum, menghasilkan cairan alkali yang berfungsi sebagai pelumas dan melindungi dinding duodenum dari asam hidroklorat yang masuk dari lambung abomasum. Pada bagian usus ini terdapat juga kelenjar empedu dan pankreas.

Proses pencernaan yang terjadi di dalam usus halus adalah berupa gerakan mendorong dan mencampur kimus (makanan yang sudah cair). Hewan sapi umumnya menggunakan gerakan peristaltik untuk mendorong kimus di usus halus ini.

5. Usus Besar

Usus besar pada hewan sapi memiliki 2 bagian dasar yakni Cecum (kantong buntu) dan Colon. Pada bagian Cecum, berbentuk seperti kantong yang mencabangkan diri dari usus besar dan terletak mengarah ke arah belakang. Sementara bagian Colon, memiliki bentuk gulungan layaknya obat nyamuk dan terletak ke arah naik, datar, dan turun.

Pada usus besar, biasanya akan terjadi proses pencernaan terakhir yakni berupa penyerapan air dan sedikit sisa nutrisi dari makanan yang telah dimamah sebelumnya. Di usus besar juga akan terjadi proses pembentukan feses, yang nantinya akan dikeluarkan melalui anus.

6. Rektum dan Anus

Rektum adalah bagian lubang tempat pembuangan feses dari tubuh hewan sapi. Sebelum dibuang melalui anus, feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian rektrum. Nah, apabila feses sudah siap dibuang, maka otot spinkter rektum akan mengatur pembukaan dan penutupan pada anus. Otot spinkter pada bagian rektrum ini adalah 2 yakni otot polos dan otot lurik.

Sementara pada bagian anus yang sebagai lubang pembuangan kotoran, dikendalikan oleh otot sphincter yang juga membantu melindungi pembukaan anus.

Fakta Unik Dari Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia

Hewan ruminansia yang paling terkenal adalah sapi dengan sistem pencernaannya yang unik serta kompleks. Keunikan tersebut mulai dari anatomi organ hingga cara kerja pencernaannya. Nah, berikut adalah beberapa fakta unik dari sistem pencernaan hewan ruminansia sapi.

1. Pencernaan Sapi Bergantung Pada Mikroorganisme

Mikroorganisme yang terdapat di dalam rumen ternyata berperan untuk fermentasi dan memecah serat dari rerumputan supaya menjadi nutrisi. Keberadaan mikroorganisme ini juga menjadikan keempat bagian lambung pada hewan sapi lebih efisien. Meskipun begitu, ternyata kompleksitas dari sistem pencernaan hewan sapi juga rentan mengalami masalah. Beberapa penyakit dapat muncul karena adanya mikroorganisme ini, tetapi hal tersebut jarang terjadi.

2. Sapi Perlu Bersendawa dan Sendawanya Mengandung Nutrisi

Apakah Grameds pernah mendengar dan melihat seekor sapi bersendawa? Yap, hal itu dilakukannya untuk mengeluarkan gas hasil fermentasi pakan, terutama ketika harus mengunyah makanannya kembali. Gas yang dihasilkan dari proses fermentasi ini mengandung amoniak dan asam lemak yang mudah menguap.

Nah, ketika sapi hendak memuntahkan makanannya kembali, gas yang dihasilkan akan ikut naik ke esophagus (kerongkongan) dan sebagai besar gas itu akan turun ke paru-paru. Selanjutnya, nutrisi yang terkandung di dalam gas sendawa tersebut akan diserap oleh paru-paru, sehingga sama saja bahwa sapi akan mendapatkan tambahan nutrisi dari hirupan sendawanya sendiri.

3. Sapi Banyak Mengeluarkan Saliva

Saliva yang dimiliki dan dikeluarkan oleh sapi jumlahnya sangat banyak. Hal tersebut karena sapi menelan makanan tanpa terlalu banyak mengunyahnya, sehingga sapi akan memproduksi banyak air liur guna membasahi pakannya dan dapat mudah masuk ke dalam kerongkongan. Sebagai hewan pemamah biak, maka sapi akan membutuhkan air liur untuk mengatur pH di dalam rumen.

Kemampuan sapi untuk memproduksi saliva dalam jumlah banyak juga digunakan untuk mendinginkan badan, terutama ketika cuaca sedang panas. Maka dari itu, sering kita temui sapi tengah menjilati bagian punggungnya guna mendinginkan badannya.

4. Sapi Tidak Dapat Memotong Makanannya Dengan Cara Menggigit

Meskipun memiliki gigi berukuran besar, tetapi sapi tidak dapat memotong makanannya dengan cara menggigit. Hal tersebut karena sapi tidak memiliki gigi atas di bagian tengah rahangnya, apalagi struktur yang ada di bagian tengah rahang hanyalah berupa bantalan gigi saja. Namun, sapi tetap dapat mengayunkan atau menarik tanaman (biasanya rerumputan) hingga patah.

Untuk memotong rumput dan tanaman lain, sapi akan mengapitkannya di antara bantalan gigi atas dengan gigi bawah, kemudian menariknya. Cara lain untuk memotong makanan bagi sapi adalah dengan mengaitkan lidahnya di sekitar tanaman dan mengayunkannya dengan gerakan kepala. Perlu diketahui ya Grameds, jika sapi itu struktur lidah yang kuat sehingga mampu menarik makanan supaya masuk ke dalam mulurnya.

5. Sapi Membutuhkan Banyak Waktu Untuk Memamah Biak

Grameds pasti sering bukan melihat sapi tengah mengunyah dalam waktu yang lama? Yap, sapi membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam hanya untuk makan, ditambah dengan proses memamah biaknya sekitar 8-10 jam per hari. Untuk melakukannya, sapi membutuhkan gigi geraham yang kuat dan gerakannya juga banyak, hingga mencapai 400.000 gerakan dalam sehari.

6. Sapi Menghasilkan Banyak Kotoran Dalam Seharinya

Makanan utama dari sapi adalah rerumputan yang memang tinggi akan serat tetapi rendah nutrisi. Untuk sekali buang kotoran, sapi dapat mengeluarkannya sekitar 10-12 kali dalam kurun waktu 24 jam, sehingga total kotoran yang dikeluarkannya dapat mencapai 22,7 kg per hari!

Nah, itulah ulasan mengenai apa itu hewan ruminansia dan bagian-bagian anatomi pencernaannya yang dapat disebut sangat kompleks. Apakah Grameds berminat untuk memelihara sapi supaya dapat mempelajari bagaimana proses pencernaannya secara langsung?

Sumber:

https://bbibsingosari.ditjenpkh.pertanian.go.id/

Baca Juga!

About the author

Rahma R

Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sudah dipelajari oleh banyak orang. Saya juga senang dengan bahasa Inggris, sehingga ketika menulis dengan tema materi bahasa Inggris sangat senang.