IPA

Pengertian Erosi: Faktor Penyebab, Dampak, dan Cara Pencegahannya

Erosi
Written by Rahma R

Pengertian Erosi – Erosi berasal dari bahasa Latin erosionem (berarti menggerogoti) atau disebut juga pengikisan adalah suatu peristiwa yang terjadi secara alami oleh pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi oleh angin, tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi atau oleh makhluk hidup, semisal hewan yang membuat liang atau pertumbuhan akar tanaman yang mengakibatkan retakan tanah dalam hal ini disebut bio-erosi.

Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik atau gabungan keduanya. Secara umum, erosi melibatkan tiga proses, yaitu pelepasan (detachment), transformasi (transformation), dan pengendapan (sedimentation).

Erosi yang terjadi dapat membentuk banyak penampakan alam menarik seperti puncak gunung, lembah dan garis pantai. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, tetapi di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi atau pembangunan yang tidak tertata dengan baik, dan pembangunan jalan.

Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.

Pengertian Erosi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), erosi adalah sebuah kondisi pengikisian permukaan bumi oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan benda-beda seperti air mengalir, es, angin, dan gelombang atau arus. Selanjutnya, berdasarkan penjelasan di dpupkp.bantulkab.go.id, erosi atau pengikisan merupakan sebuah proses perpindahan massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di atas bumi.

Mengutip dari Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010–2014 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), disebutkan bahwa Indonesia berpotensi mengalami pengikisan karena adanya perubahan bentuk tanah atau batuan. Hal ini terjadi akibat kekuatan air, angin, es, hingga pengaruh baya berat atau organisme hidup.

Secara umum, erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup.

Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara di tempat lainnya akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun kemudian.

Erosi juga merupakan proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hal ini berdampak kepada mendangkalnya sungai, sehingga mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Erosi merupakan salah satu proses dalam daerah aliran sungai (DAS) yang terjadi akibat dari pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan. Erosi juga merupakan salah satu indikasi untuk menentukan kekritisan suatu DAS. Besarnya erosi dan sedimentasi dari tahun ke tahun akan semakin bertambah apabila tidak dilakukan pengendalian atau pun pencegahan.

Faktor Penyebab Erosi

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor yang memengaruhinya meliputi iklim, vegetasi, karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan topografi. Faktor iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan atau presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringan lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan, makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia.

Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering terkena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. Sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak di area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah.

Porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak kepada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan.

Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. Pada hutan yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. Kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan.

Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. Jika pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. Kebakaran yang parah juga dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti dengan hujan lebat. Dalam hal ini, kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah atau humus dihilangkan/dipadatkan, derajat kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.

Jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible (dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.

Faktor Penentu Terjadinya Erosi

Selain beberapa faktor utama yang disebutkan di atas, dalam Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 3 No. 1, juga dijelaskan empat faktor penentu terjadinya pengikisan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Topografi

Topografi atau tinggi rendahnya permukaan bumi juga bisa menjadi pemicu terjadinya pengikisan. Topografi akan menyebabkan terjadinya perbedaan lereng. Kemiringan dan panjang lereng yang sangat berpengaruh terhadap aliran pemukaan dan pengikisan.

2. Tanah

Tanah menjadi faktor penentu berikutnya. Beberapa hal dari kondisi tanah yang bisa menyebabkan pengikisan antara lain ketahanan tanah terhadap penyebab kerusakan baik air hujan atau aktivitas di permukaan dan kemampuan tanah untuk menyerap air.

3. Vegetasi

Faktor penentu terjadinya pengikisan yang terakhir adalah vegetasi. Kehadiran vegetasi di atas permukaan bumi akan mempengaruhi aliran pemukaan dan pengikisan. Pengaruh tersebut antara lain:

  • Intersepsi hujan yang dilakukan olah tajuk tanaman.
  • Vegetasi yang memengaruhi kecepatan aliran di permukaan dan kekuatan perusak yang berasal dari air.
  • Akar tanaman akan memengaruhi kegiatan biologi yang behubungan dengan pertumbuhan tanaman tersebut dan akan mempengaruhi prositas tanah.
  • Transpirasi yang terjadi akan membuat tanah menjadi lebih kering.

4. Manusia

Kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan penutupan tanah akibat penggundulan atau pembabatan hutan untuk pemukiman, lahan pertanian, atau
gembalaan. Perubahan topografi secara mikro akibat penerapan terasering, penggemburan tanah dengan pengolahan, serta pemakaian stabiliter dan pupuk yang berpengaruh kepada struktur tanah.

Proses pembukaan lahan yang tidak terkendali akan berimplikasi kepada meningkatnya risiko terjadinya erosi. Penyebab utama terjadinya erosi adalah penggunaan lahan yang kurang sesuai dengan fungsinya serta tingkat kepekaan tanahnya yang sangat peka terhadap erosi. Kerusakan lahan yang terjadi karena tingkat kepekaan tanah yang cukup tinggi terhadap erosi akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi.

Kebiasaan masyarakat untuk menetapkan awal bercocok tanam pada bulan deengan curah hujan tinggi, baik untuk persawahan, perladangan maupun perkebunan. Hal ini dapat dicermati bahwa pada awal musim tanam area vegetasi penutup lahan (vegetal cover) menjadi berkurang, sehingga lahan yang tidak memiliki vegetasi rentan terhadap bahaya erosi. Semakin luas lahan petani, erosi yang ditimbulkan juga semakin besar.

Kegiatan perladangan dengan kebiasaan membakar areal penanaman yang berulang-ulang akan dapat merusak permukaan tanah baik terhadap kehilangan organik maupun erosi tanah. Kegiatan pengelolaan hutan seperti penebangan, pembuatan jalan, parit dan base camp harus mendapat perhatian khusus dalam melestarikan sumber daya hutan. Demikian pula sektor pembangunan lainnya seperti bangunan jaringan jalan, pertambangan, pertanian, transmigrasi, serta pemukiman yang menggundulkan permukaan tanah.

Contoh-Contoh Erosi

Pengikisan yang terjadi di permukaan bumi ternyata banyak sekali jenisnya. Ada beberapa contoh erosi yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Erosi Air atau Ablasi

Contoh yang pertama yaitu erosi air. Pengikisan ini terjadi karena adanya pengaruh dari air sungai dan hujan. Intensitas dan curah hujan yang tinggi akan semakin meningkatkan peluang terjadinya ablasi. Setidaknya, ada empat jenis ablasi yang bisa terjadi.

  • Erosi percik: disebabkan oleh air hujan yang jatuh ke dalam tanah dan menghanyutkan tanah tersebut.
  • Erosi lembar: terjadi di tanah pada daerah lereng gunung. Lapisan bagian atas tanah akan hanyut bersama air hujan.
  • Erosi alur: pengikisan pada tanah yang sudah berlangsung dan menyebabkan terbentuknya alur yang nantinya menjadi tempat air mengalir.
  • Erosi parit: pengikisan yang terjadi ketika alur yang terbentuk sudah memiliki kedalaman lebih dari 0,3 meter.

2. Erosi Korasi atau Deflasi

Deflasi merupakan pengikisan yang disebabkan oleh angin. Biasanya terjadi di daerah gurun. Angin di tempat tersebut akan menyebabkan pasir berpindah ke tempat lain secara konstan.

3. Abrasi

Abrasi adalah pengikisan yang terjadi di daerah pantai. Pengikisan tersebut terjadi karena adanya gelombang laut dan arus laut yang merusak. Menurut BNPB dalam Risiko Bencana Indonesia, juga menjelasakan proses abrasi terjadi ketika ada angin yang bergerak di laut yang menyebabkan arus serta gelombang ke arah pantai. Jika kejadian tersebut berlangsung lebih lama, akan menyebabkan banyak pengikisan di pinggir pantai.

4. Eksarasi

Pengikisan ini disebabkan oleh adanya gerakan es yang mencair. Pencairan ini membuat bebatuan ikut bergerak ke bawah kemudian mengendap. Hasil dari pengikisan tersebut dikenal dengan nama fjord. Kejadian ini biasanya ada di pegunungan bersalju.

Dampak Erosi

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai.

Selain itu, butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. Namun, erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan terbawa masuk ke sumber air (sedimen) dan akan diendapkan di tempat yang aliran airnya melambat di dalam sungai, waduk, danau, reservoir, saluran irigasi, diatas pertanian dan sebagainya.

Dengan demikian, kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi di dua tempat, yaitu di tanah tempat erosi terjadi, dan di tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan.

Cara Mencegah Erosi

Fenoma terjadinya pengikisan di lapisan atas permukaan bumi sebenarnya bisa dicegah dengan berbagai cara. Mengutip dari pusatkritis.kemkes.go.id, ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya erosi. Berikut penjelasannya.

1. Konservasi Tanah

Cara pertama yang bisa dilakukan yakni dengan melakukan konservasi tanah. Upaya ini dilakukan untuk mencegah dan menghambat terjadinya pengikisan tanah. Pemilihan vegetasi yang tepat menjadi kunci suksesnya upaya konservasi. Pastikan menggunakan vegetasi yang memiliki kemampuan untuk bertahan dalam berbagai kondisi cekaman.

2. Terasering

Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan sistem terasering yang biasanya dijumpai pada lahan pertanian di dataran tinggi. Terasering ini sebenarnya memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga agar air hujan tidak langsung mengalir ke bawah dan menyebabkan pengikisan. Dengan lahan berbentuk teras, tanah akan lebih stabil dan tanaman juga tumbuh lebih baik.

3. Countor Farming

Upaya selanjutnya untuk mencegah terjadinya pengikisan tanah yaitu dengan countor farming atau penanaman berdasarkan garis kontur. Cara becocok tanamn seperti ini akan membuat akar tanaman lebih kuat, sehingga bisa menahan tanah agar tidak mudah terkikis saat hujan deras.

4. Reboisasi

Tindakan preventif berikutnya yang bisa dilakukan yaitu dengan reboisasi atau penanaman kembali hutan yang telah gundul. Cara ini sangat penting untuk dilakukan sebab pohon di hutan merupakan penghasil oksigen sekaligus penahan air. Dengan ekosistem hutan yang terjaga maka bercana alam lain seperti banjir juga bisa dicegah.

Berikut ini rekomendasi buku dari Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang erosi agar bisa memahaminya secara penuh. Selamat membaca.

Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

BACA JUGA:

About the author

Rahma R

Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sudah dipelajari oleh banyak orang. Saya juga senang dengan bahasa Inggris, sehingga ketika menulis dengan tema materi bahasa Inggris sangat senang.