in

Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Siapa Bapak Pramuka Indonesia? Praja Muda Karana atau disingkat menjadi Pramuka hampir seluruh masyarakat Indonesia mengenal Pramuka, mulai dari siswa Sekolah Dasar (SD) hingga orang dewasa. Pramuka ini sering sekali diperkenalkan di sekolah-sekolah, sehingga ada yang beranggapan bahwa Pramuka itu sebuah pembelajaran yang wajib diadakan dan ada juga yang beranggapan bahwa Pramuka hanya ekstrakurikuler saja. Apapun anggapan tentang Pramuka tetap saja di dalam Pramuka terdapat nilai-nilai yang bisa diambil terutama nilai kemandirian dan nilai kerja sama.

Hampir semua lembaga pendidikan, baik yang negeri atau swasta menganggap gerakan Pramuka sebagai suatu ekstrakulikuler. Oleh karena itu, bagi mereka yang sangat suka dengan alam, biasanya akan ikut ekstrakulikuler tersebut. Seseorang yang tidak ikut Pramuka bukan berarti tidak bisa mendapatkan nilai kemandirian dan nilai kerja sama.

Dengan kemandirian dan kerja sama akan melatih para pemuda agar tangguh dalam menghadapi berbagai macam rintangan. Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang ada di lembaga pendidikan bisa dikatakan memiliki tujuan untuk menambah hal-hal yang tidak bisa didapatkan dari pendidikan formal. Dengan pendidikan kegiatan Pramuka, maka suatu attitude bisa tumbuh dengan baik.

Pramuka itu sendiri bukan suatu kegiatan yang berasal dari negara Indonesia, tetapi berasal dari negara Inggris. Seiring dengan perkembangan zaman yang terjadi pada saat itu, Pramuka mulai masuk ke Indonesia melalui sebua kepanduan yang dibuat oleh Belanda.

Kegiatan Pramuka memang sangat penting untuk membentuk suatu karakteristik seseorang dan meningkatkan attitude. Namun, tak semua orang mengetahui kapan masuk Pramuka ke Indonesia dan siapa Bapak Pramuka Indonesia. Untuk mendalami nila-nilai, dan kegiatan Pramuka rasanya akan kurang apabila tidak mengetahui sejarah singkat Pramuka dan Bapak Pramuka Indonesia. Dengan mengetahui kedua hal itu, kita akan menjadi lebih semangat dalam menjalani kegiatan Pramuka.

Nah, untuk mengetahui sejarah singkat Pramuka dan biografi singkat dari Bapak Pramuka Indonesia, Grameds bisa simak artikel ini. Tanpa berlama-lama lagi langsung saja kita baca artikel tentang Bapak Pramuka Indonesia sampai habis.

Sejarah Singkat Pramuka Indonesia

Bapak Pramuka Indonesia

Awal mulanya ada gerakan Pramuka Indonesia tak bisa dipisahkan dari suatu Gerakan Kepanduan yang dibuat oleh Lord Robert Baden-Powel. Beliau mendirikan gerakan ini pada tahun 1907 ketika masih menjabat sebagai Letnan Jenderal tentara di Inggris. Gerakan yang dibuatnya muncul ketika sedang menyelenggarakan perkemahan di pulau Brownsea selama 8 hari. Kegiatan yang dilakukan di perkemahan itu ternyata dilihat oleh banyak tokoh-tokoh dunia dan para petinggi negara termasuk tokoh-tokoh dan para petinggi Belanda.

Belanda yang pada saat itu, masih menjajah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) membawa Gerakan Kepanduan yang didirikan Powel ke Indonesia. Pada saat itu, Belanda sangat berkeinginan untuk mengembangkan dan menyebarluaskan Gerakan Kepanduan Powel di Indonesia, sehingga dibuatlah suatu organisasi yang bernama NIPV (Nederlands Indische Padvinders Vereeniging atau dalam bahasa Indonesia berarti Asosiasi Panduan-Panduan Hindia Belanda. Di dalam nama organisasi tersebut, Padvinders adalah sebuah istilah yang berfungsi sebagai sebutan untuk para anggotanya.

Belanda yang mulai mendirikan organisasi Gerakan Kepanduan itu membuat masyarakat Indonesia mulai tertarik untuk mengikuti kegiatan Gerakan Kepanduan. Bahkan, gerakan kepanduan ini dilihat secara langsung oleh para pejuang Indonesia. Para pejuang kemerdekaan itu tertarik untuk membuat sebuah organisasi yang hampir sama dengan NIPV. Hal ini dikarenakan supaya para pemuda tidak malas dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Para pejuang kemerdekaan Indonesia mulai membuat organisasi Gerakan Kepanduan, seperti SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), HW (Hizbul Wathan), JPO (Javaansche Padvinders Organisatie), NATIPIJ (Nationale Islamitsche Padvindery). Banyaknya antusias masyarakat yang membuat organisasi Gerakan Kepanduan memicu semangat dari seorang tokoh yang bernama K.H. Agus Salim untuk mengganti kata atau istilah Padvindery dengan nama yang lebih Indonesia yaitu Pandu atau Pramuka.

Pada masa itu, organisasi Kepanduan di Indonesia berkembang sangat cepat karena untuk membangun rasa semangat menghadapi para penjajah Belanda. Ternyata dengan organisasi tersebut, bangsa dan negara Indonesia bisa memproklamasikan kemerdekaannya. Beberapa bulan setelah kemerdekaan, dibentuklah sebuah organisasi Kepanduan yang bernama Pandu Rakyat Indonesia (PRI). Organisasi PRI dibentuk di Solo pada tanggal 28 Desember 1945.

Setelah Perang Dunia ke-II, di Indonesia mulai banyak bermunculan organisasi Kepanduan. Banyaknya organisasi tersebut merupakan kabar baik bahwa banyak masyarakat Indonesia yang ingin menjadi tangguh. Namun, di sisi lain, organisasi Kepanduan yang cukup banyak bisa memicu terjadinya konflik yang disebabkan karena adanya gesekan-gesekan antar organisasi Kepanduan.

Untuk menghindari terjadinya gesekan antar organisasi Kepanduan, maka negara Indonesia membuat sebuah aturan melalui Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia Nomor. 23441/Kap, tertanggal 6 September 1951 yang berisi tentang adanya pembentukan organisasi Kepanduan selain dari Pandu Rakyat Indonesia (PRI). Bahkan, pada tahun 1961 sudah tercatat bahwa di Indonesia kurang lebih sudah ada 100 organisasi kepramukaan/kepanduan.

Setiap organisasi dibagi ke dalam 3 federasi, yaitu Asosiasi Pandu Putri Indonesia (POPPINDO), Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO), Perkumpulan Kepanduan Putri Indonesia (PKPI). Adanya 3 federasi besar tersebut membuat negara Indonesia membentuk suatu federasi yang dapat menampung ketiga federasi tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi gesekan antar federasi. Maka dari itu, terbentuklah ferasi Indonesian Scout Association (ISA) atau lebih dikenal dengan sebutan Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO).

Dengan berdirinya PERKINDO, pendidikan kepanduan di Indonesia dianggap masih mengikuti pakem-pakem dari kepanduan yang berasal dari Inggris, sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat Indonesia pada saat itu.

Presiden Soekarno yang sangat ingin mempersatukan dan mengefektifkan organisasi kepanduan, maka beliau memberikan amanat pada sebuah Apel Besar Pandu Indonesia yang diselenggarakan di Istana Merdeka pada tanggal 9 Maret 1961. Pada saat Apel Besar Pandu Indonesia itu, Presiden Soekarno menyatakan bahwa organisasi kepanduan di Indonesia akan dibubarkan dan digabung menjadi satu organisasi. Nama organisasi adalah Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Mudah Karana atau sering dikenal dengan sebutan Gerakan Pramuka. Lambang dari Gerakan Pramuka itu adalah tunas kelapa. Hingga saat ini, nama Gerakan Pramuka dikenal oleh masyarakat luas.

Kebijakan Presiden Soekarno menggabungkan seluruh organisasi kepanduan didukung dengan dikeluarkannya Keppres Nomor 238 Tahun 1961. Keppres tentang Gerakan Pramuka itu ditandatangani oleh Pjs. Presiden, Ir. Juanda. Dilakukanya hal ini karena, pada saat itu Presiden Soekarno pergi ke Jepang.

Setelah beberapa bulan Keppres itu dikeluarkan atau lebih tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka mulai diperkenalkan kepada masyarakat luas. Presiden Soekarno memperkenalkan Gerakan Pramuka di Apel Besar Gerakan Pramuka di Istana Merdeka. Selain itu, Presiden Soekarno juga memberikan anugerah panji-panji Pramuka kepada seluruh perwakilan pengurus pandu. Karena peristiwa itulah, hingga saat ini setiap tanggal 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka Indonesia.

Biografi Singkat Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Bapak Pramuka Indonesia
Kompasiana

Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah Bapak Pramuka Indonesia karena beliau sangat berjasa dalam perkembangan organisasi Pramuka Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 12 April 1912 dengan nama Gusti Raden Mas Dorodjatun dan anak kesembilan dari ayah yang bernama Gusti Pangeran Puroboyo dan Ibu yang bernama Raden Ajeng Kustilah. Ayah dari Dorodjatun diangkat menjadi Sri Sultan Hamengkubuwono VIII pada tahun 1914 atau ketika Dorodjatun berusia 2 tahun. Ibu dari Dorodjatun mendapatkan sebuah gelar Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom di tahun 1915 karena ibunya suaminya sudah menjadi Putra Mahkota Yogyakarta.

Gusti Raden Mas Dorodjatun menempuh pendidikan di Belanda bersama dengan kakaknya, Tinggarto. Beliau pergi ke Belanda melalui jalur laut pada bulan Maret 1930 bersama dengan keluarga direktur pabrik gula di Gesika, keluarga itu bernama Hofland. Gusti Raden Mas Dorodjatun menempuh pendidikan di Lyceum Haarlem dan semasa sekolah, ia dipanggil dengan nama Sultan Henk.

Gusti Raden Mas Dorodjatun merupakan siswa yang tidak terlalu pintar, bahkan beberapa mata pelajarannya harus ada yang diulang karena mendapatkan nilai kurang baik, seperti trigonometri dan geometri, begitu juga dengan kakaknya. Meskipun beberapa kali mengulang mata pelajaran, tetapi pada akhirnya mereka lulus dari sekolah itu pada tahun 1934.

Mereka berdua kemudian melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Rijksuniversiteit di Leiden atau saat ini dikenal dengan Universitas Leiden, Belanda. Gusti Raden Mas Dorodjatun dan kakaknya mengambil jurusan yang berbeda, ia mengambil jurusan Indologi atau sebuah studi yang mempelajari tentang administrasi kolonial, etnologi, dan kesusastraan di Hindia Belanda. Sedangkan kakaknya, Tinggarto mengambil studi hukum.

Namun, Gusti Raden Mas Dorodjatun belum sempat menyelesaikan gelar doktorandus, ia dan kakaknya dipanggil untuk kembali ke tanah kelahirannya di Yogyakarta. Sebenarnya beliau hampir menyelesaikan tesisnya yang berjudul Kontrak Politik antara Sunan Solo dan Pemerintah Belanda. Dikarenakan belum menyelesaikan tesisnya dan belum melakukan wisuda, maka hingga akhir hayatnya, Gusti Raden Mas Dorodjatun belum mendapatkan gelar dari Universitas Leiden.

Hingga pada akhirnya, pada tanggal 18 Maret 1940 Gusti Raden Mas Dorodjatun ditetapkan sebagai Sri Sultan Hamengkubuwono Yogyakarta sekaligus menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah Indonesia merdeka.

Peran Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam Pramuka

Sri Sultan Hamengkubuwono IX atau Gusti Raden Mas Dorodjatun mulai mencintai dunia Pramuka sejak kecil, saat berusia 6 tahun. Beliau sudah masuk sebagai anggota dengan pangkat terendah yaitu pangkat siaga.

Kecintaannya pada organisasi Pramuka dibuktikan dengan menjadi Pandu Agung atau dikenal dengan pemimpin kepanduan sekitar tahun 1960-an. Bahkan, sekitar tahun 1961, Presiden Soekarno sebelum menyatukan organisasi-organisasi kepanduan yang ada di Indonesia, ia berkonsultasi dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali. Oleh karenanya, bisa dibilang pada saat itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX sangat berperan penting dalam kemajuan Pramuka Indonesia.

Hingga pada tanggal 9 Maret 1961 Presiden memutuskan untuk membentuk sebuah Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Kepanitiaan itu berisi tokoh-tokoh hebat, seperti Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Dr. A. Azis Saleh, dan Achmadi. Dari kepanitiaan itu, pada tanggal 20 Mei 1961, mereka menerbitkan sebuah Keputusan Presiden Republik Indonesia. Nomor 238 Tahun 1961. Selain itu, Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka juga mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.

Kata “Pramuka” itu sendiri berasal dari kata “Poromuko” yang jika diartikan adalah prajurit terdepan dalam suatu peperangan. Bukan hanya itu, kata “Pramuka” adalah singkatan dari Praja Muda Karana dengan arti jiwa-jiwa muda yang berkarya.

Sri Sultan Hamenkubuwono IX bukan hanya berperan dalam penggabungan organisas-organisasi kepanduan, tetapi beliau juga mencetuskan beberapa kegiatan dalam kepramukaan, seperti Gerakan Tabungan Pramuka yang dibentuk pada tahun 1974. Kemudian di tahun 1968, Sri Sultan Hamengkubuwono IX membentuk sebuah Wirakarya atau perkemahan pertama Pramuka Nasional.

Kemampuan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam memimpin organisasi Pramuka tak perlu diragukan lagi. Hal ini dibuktikan dengan jabatan yang diterima, yaitu Ketua Kwarnas (Kwartir Nasional). Bukan hanya satu periode saja, beliau menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama empat periode, yaitu 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970, 1970-1974. Jabatan Ketua Kwarnas terlama dipegang oleh Letjen Mashudi yang sudah menjabat selama 15 tahun atau 3 periode.

Sri Sultan Hamenkubuwono IX sangat berperan dalam membangun dan mengembangkan Gerakan Pramuka terutama pada masa peralihan dari “kepanduan” menuju “kepramukaan”. Berkat peran itulah, beliau menerima banyak sekali pujian, baik dari dalam negeri atau luar negeri. Selain itu, di tahun 1973, beliau juga menerima sebuah anugerah Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM). Bronze Wolf Award  adalah penghargaan yang diberikan kepada seseorang yang sangat berjasa dalam membangun Gerakan Pramuka.

Berkat jasanya terhadap dunia kepramukaan Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX diangkat menjadi Bapak Pramuka Indonesia. Hal ini sudah tertulis di dalam Surat Keputusan Nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka. Surat keputusan ini dibuat pada saat Musyawarah Nasional atau Munas Gerakan Pramuka di tahun 1988 yang diselenggarakan di Provinsi Timor Timur atau saat ini dikenal sebagai negara Timor Leste.

Makna Kepramukaan 

Setelah mengenal sejarah masuknya Pramuka ke Indonesia dan Bapak Pramuka Indonesia, kini kamu perlu mengenal makna dari kepramukaan. Makna kepramukaan perlu kamu ketahui terutama bagi para anggota Pramuka agar kegiatan Pramuka yang dilakukan penuh dengan makna dan bermanfaat bagi kehidupan.

Kepramukaan itu sendiri bisa diartikan sebagai sebuah permainan di alam terbuka yang sangat menyenangkan. Oleh sebab itu, bagi para anggota bersahabat dengan alam sudah bukan hal yang asing lagi.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Pasal 1, kepramukaan adalah:

1. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh Pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.

2. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.

3. Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan Pramuka.

4. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia Pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.

Kesimpulan

Semakin banyak pemuda-pemuda yang tangguh dalam suatu negara menandakan bahwa bangsa dan negara tersebut sudah siap untuk menghadapi berbagai segala rintangan. Pada dasarnya banyak sekali cara untuk melakukan hal seperti itu, kegiatan Pramuka menjadi salah satu cara untuk mewujudkan ketangguhan itu. Singkatnya, jangan pernah ragu untuk mendalami kegiatan Pramuka.

Oleh sebab itu, sudah semsetinya bagai para pemuda berterima kasih kepada pendahulu kita yang sudah memasukkan Pramuka ke Indonesia. Seseorang yang berpengaruh dalam perkembangan Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Berkat dedikasi beliau, maka setiap tanggal 12 April diperingati sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia.

Baca juga artikel terkait “Biografi Ir Soekarno” :

Sumber: Dari berbagai macam sumber



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Nasik K

Perkenalkan saya Nasik seorang freelance writer dan sudah menghasilkan banyak tulisan. Tema yang saya suka pun cukup beragam, salah satunya adalah zodiak. Selain zodiak, saya juga senang menulis seputar trivia.

Kontak media sosial Linkedin saya Restu