Di dunia ini, ada hukum aksi dan reaksi, dimana setiap tindakan akan menimbulkan akibat. Mungkin kamu pernah mempelajarinya dalam pelajaran Fisika saat sekolah dulu. Tapi siapa sangka, hukum ini juga berlaku dalam aspek lain kehidupan manusia—termasuk dalam hal emosional. Misalnya, ketika seseorang disakiti (aksi), maka ia akan menangis atau merasa sedih (reaksi).
Kehidupan dipenuhi oleh berbagai aksi yang terjadi setiap saat. Maka tak heran, reaksi yang muncul pun seringkali muncul dalam bentuk rasa atau emosi. Dalam novel Rasa karya Tere Liye ini, kita diajak untuk menyelami lebih dalam berbagai bentuk rasa yang sering muncul dalam hidup manusia—terutama rasa-rasa yang bersifat negatif dan kurang menyenangkan hati.
Novel Rasa terdiri dari 421 halaman dan diterbitkan oleh Penerbit Sabak Grip pada 22 April 2022. Apakah Grameds tertarik menyelami perasaan-perasaan yang mungkin juga pernah kamu rasakan? Di artikel ini, Gramin sudah menyiapkan informasi dan ulasan seputar novel Rasa, dirangkum khusus untukmu. Yuk, simak ulasannya sampai selesai!
Table of Contents
Profil Tere Liye – Penulis Novel Rasa

Tere Liye adalah seorang novelis terkenal di Indonesia yang telah menghasilkan banyak karya dengan berbagai genre. Sejak mulai menulis novel pada tahun 2005, jumlah karyanya terus bertambah, begitu pula dengan jumlah penggemarnya.
Tere Liye lahir di Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan, pada 21 Mei 1979. Nama “Tere Liye” Rasa hanyalah nama pena, sementara nama aslinya adalah Darwis. Ia berasal dari keluarga sederhana, di mana kedua orang tuanya bekerja sebagai petani dan memiliki tujuh anak, dengan Tere Liye sebagai anak keenam. Meskipun hidup dalam keterbatasan ekonomi, kedua orang tuanya tetap berusaha mendidik anak-anak mereka dengan baik agar menjadi pribadi yang cerdas dan berilmu. Tere Liye menghabiskan masa kecilnya di desa bersama keluarga dan teman-temannya.
Ketika mencapai usia sekolah, ia mulai mengenyam pendidikan di SD Negeri 2 Kikim Timur, yang terletak di Kecamatan Kikim Timur. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, ia melanjutkan ke SMP Negeri 2 Kikim yang berada di Kabupaten Lahat. Pendidikan tingkat menengah pertama ini dilaluinya dengan baik hingga ia berhasil lulus dan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Untuk pendidikan SMA, ia memilih bersekolah di luar kampung halamannya, tepatnya di SMA Negeri 9 Bandar Lampung, Lampung.
Tinggal di Bandar Lampung membawa perubahan dalam dirinya, terutama dalam kebiasaannya mencari informasi dan memperluas wawasan. Ia mulai rajin membaca berbagai buku untuk menambah pengetahuan. Setelah lulus SMA, ia bertekad melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, dengan Universitas Indonesia (UI) sebagai target utamanya.
Demi mewujudkan cita-cita tersebut, ia terus berusaha meningkatkan ilmu dan wawasan hingga akhirnya diterima sebagai mahasiswa di Universitas Indonesia. Banyak orang mungkin mengira ia mengambil jurusan sastra karena kiprahnya sebagai penulis, namun ternyata ia memilih bidang ekonomi dan menempuh pendidikan di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi UI.
Sinopsis Novel Rasa
Apakah memberi maaf semudah yang sering kita ucapkan? Apakah melupakan bisa dilakukan tanpa beban? Sayangnya, tidak selalu demikian. Kata-kata memang mudah mengalir dari bibir, namun hati—ia menyimpan segalanya lebih lama daripada yang kita sangka.
Bagaimana mungkin kita bisa memeluk erat rasa marah, kecewa, dan luka yang membekas, jika bahkan menyebutkannya saja sudah membuat dada sesak? Bagaimana caranya berdamai dengan sesuatu yang masih terasa nyeri ketika disentuh oleh kenangan?
Inilah kisah tentang rasa—segala macam rasa yang manusia bisa rasakan.
Sebuah novel yang menjadi rumah bagi tawa, air mata, kerinduan, kemarahan, hingga perenungan mendalam. Setiap halaman mengajakmu menyelami emosi yang mungkin pernah kau rasakan, namun tak sempat kau beri ruang untuk dipahami.
Dan jika di tengah perjalanan membaca kamu tertawa, menangis, atau terdiam memikirkan kembali hidupmu—ingatlah: tidak semua hal akan berjalan seperti yang kita harapkan. Tapi kita selalu punya pilihan untuk menerimanya, dan dari sanalah pelan-pelan, rasa itu menemukan maknanya sendiri.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Rasa
Kelebihan Novel Rasa
Novel Rasa ini memiliki banyak kelebihan. Salah satu kelebihan yang paling menonjol dari novel Rasa terletak pada kemampuannya dalam menyajikan emosi secara jujur dan mengena. Setiap halaman seolah menjadi ruang aman untuk merasakan—dari tawa kecil yang hangat, hingga luka lama yang tiba-tiba menganga kembali.
Kisah dalam buku ini juga terasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari: tentang keluarga yang tidak sempurna, tentang sahabat yang tumbuh bersama dalam suka dan duka, tentang cinta pertama yang manis sekaligus membingungkan, dan tentang kehilangan yang perlahan-lahan membentuk ketegaran. Gaya penulisan Tere liye yang khas berhasil membuat novel ini menjadi bacaan yang ringan dan mengalir, meskipun cerita yang diangkat tampak terlihat sederhana.
Rasa bukan sekadar bacaan ringan yang menyenangkan saja, tetapi juga memiliki banyak lapisan makna yang bisa direnungkan. Gaya penulisan Tere Liye yang santai namun tajam berhasil membuat pembaca novel ini tertawa sekaligus merenung. Bahkan, banyak bagian yang secara halus menyentil kita—melalui sindiran-sindiran “slumber” yang jenaka namun memiliki makna yang cukup mendalam.
Novel ini cocok bagi pembaca yang mencari sesuatu yang mudah dicerna namun kaya akan makna, terutama bagi mereka yang ingin menikmati kisah remaja dengan konflik yang realistis dan emosional Novel ini cocok sekali untuk dibaca. Di balik kisah anak sekolah yang tampak sederhana, tersimpan pelajaran tentang tumbuh, berdamai dengan luka, dan menemukan arti untuk menerima. Mungkin disitulah letak istimewanya dari sebuah Rasa, Rasa tidak sempurna meskipun begitu, terasa utuh.
Kekurangan Novel Rasa
Meskipun novel Rasa memiliki banyak kelebihan, masih ada beberapa hal yang terasa kurang “nendang”. Salah satu kekurangan yang sangat terasa adalah, adanya plot holes dalam novel ini. Ada beberapa kejadian atau perubahan emosi tokohnya yang rasanya terlalu cepat, tanpa penjelasan yang cukup, sehingga membuat pembaca bertanya-tanya, “Kok bisa, ya?”.
Selain itu, penyelesaian ceritanya juga terasa sedikit terburu-buru. Padahal konflik yang dibangun cukup emosional dan mendalam, tapi penyelesaiannya seperti dipercepat begitu saja, tanpa ruang yang cukup untuk benar-benar mencerna atau meresapi akhir dari semua perjalanan emosional yang sudah dibangun dari awal.
Pesan Moral Novel Rasa
Novel ini mengajarkan kita bahwa masalah itu seperti biji coklat yang pahit; namun jika kita memberinya gula penerimaan, susu kata maaf, dan krim ketulusan, rasa pahit itu bisa berubah menjadi sesuatu yang manis dan menenangkan. Novel ini secara halus menyampaikan bahwa dalam hidup, rasa sakit tidak akan bisa dihindari, tapi kita punya pilihan bagaimana meresponsnya. Kita bisa tenggelam dalam kepahitan, atau kita bisa belajar menerimanya, memaafkan, dan tetap menjalani hidup dengan hati yang utuh.
Melalui kisah para tokohnya yang mengalami berbagai rasa, marah, sedih, kecewa, hingga harapan. Novel ini mengingatkan kita bahwa berdamai dengan masa lalu dan luka bukan berarti melupakan, tapi justru mengolahnya agar menjadi pelajaran dan kekuatan.
Grameds, itu dia review Novel Rasa karya sang penulis legendaris, Tere Liye. Dari sedikit informasi di atas saja, karya ini sangat memikat, ya. Jadi tunggu apalagi? Daripada penasaran, langsung saja dapatkan buku Rasa karya Tere Liye ini di Gramedia.com! Kamu juga bisa mendapatkan karya-karya Tere Liye yang lain di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.
Rekomendasi Buku
1. Jengki
Apakah kalian punya sepeda di rumah?
Apakah kalian bisa naik sepeda?
Wah, seru bukan naik sepeda, lantas berkeliling di sekitar rumah, atau pergi ke taman, jalan-jalan. Bersama keluarga atau teman.
Dalam buku ini, kita akan mengenal JENGKI, sebuah sepeda tua yang sangat setia. Selama puluhan tahun, JENGKI menemani pemiliknya ke mana saja—melintasi hujan, terik matahari, dan membantu mengantar surat setiap hari. Ia bukan sekadar kendaraan, tapi sahabat sejati.
Namun, waktu terus berjalan. Saat semuanya berubah, JENGKI harus menghadapi perpisahan yang tak terhindarkan. Kemana ia akan pergi? Apa yang akan terjadi setelah ia tak lagi bersama pemiliknya?
Kisah ini penuh kehangatan dan kenangan, cocok untuk kalian yang suka petualangan, persahabatan, dan sepeda. Yuk, ikuti perjalanan mengharukan sepeda bernama JENGKI!
2. Yang Telah Lama Pergi
“KAMU sudah gila!” Itu adalah kalimat terakhir yang diingat Al Mas’ud sebelum ia pingsan. Sekarang, matanya terbuka perlahan dan berkedip-kedip menyesuaikan cahaya. Cahaya matahari menyelinap masuk lewat celah kecil di dinding. Sudah siang? Berapa lama dia tak sadarkan diri? Ia mencoba duduk, meringis pelan. Tubuhnya terasa sakit, ada memar di lengan, lebam di paha dan punggungnya.
Mas’ud menoleh ke kiri dan kanan, tapi gerakannya terhalang sekat. Ia berada di sebuah ruangan kecil seperti kurungan. Udara terasa lembap dan bau amis menusuk hidungnya. Lantai tempatnya duduk bergoyang-goyang. Ia mendengar suara ombak menghantam. Pikirannya langsung menyimpulkan: ini pasti kapal. Ia sedang berada di atas kapal yang sedang berlayar.
Tiba-tiba, seseorang lewat di depan kerangkeng. Orang itu tampak seperti pelaut—pakaiannya berantakan, rambutnya kusut. Wajahnya mengintip ke dalam.
“Yang ini sudah bangun!” teriaknya sambil memukul-mukul jeruji, menimbulkan suara berisik.
Dua pelaut lain mendekat dari dekat pintu. Wajah mereka tampak galak saat melihat ke arah Mas’ud.
“Bawa dia ke depan!” salah satu dari mereka memerintah sambil mengeluarkan kunci besar. Pintu kerangkeng berderit saat dibuka. Salah satu pelaut menarik lengan Mas’ud dengan kasar.
“Keluar, Bodoh!” bentaknya. Saat Mas’ud mencoba bergerak, kepalanya terbentur pintu.
“Cepat!” bentak pelaut yang lain.
3. Suku Penunggang Layang-layang
Tetukong adalah anak penggembala ternak. Pada ulang tahunnya yang ke-12, ia harus menghadapi ujian penting dari sukunya. Ujian itu sangat berbeda dan menegangkan—ia harus bisa menunggang layang-layang raksasa!
Suku Tetukong memang unik. Mereka tidak menggiring ternak dengan berjalan kaki, tapi dengan cara luar biasa: terbang di udara menggunakan layang-layang besar. Semua anak seusia Tetukong ikut ujian ini. Tapi Tetukong menyimpan sebuah rahasia—sesuatu yang membuatnya sulit untuk ikut terbang seperti teman-temannya.
Meski begitu, Tetukong sangat ingin mencoba. Ia ingin mengalahkan rasa takutnya dan terbang tinggi bersama teman-teman, menggiring ternak dari angkasa.
Apakah Tetukong berhasil? Yuk, baca kisah seru ini. Cerita tentang berani mencoba, meskipun takut. Karena tidak apa-apa merasa takut, yang penting kita tidak berhenti melangkah maju.
- Anak Semua Bangsa
- A Place Called Perfect
- Act Of Money
- Akasha: Takopi's Original Sin 01
- Anak Kecil yang Kehilangan Pundaknya
- Barangkali Kita Memang Perlu Hari Patah Hati
- Deep Work
- Dunia Sophie
- Educated
- Eldest
- Fourth Wing
- Gadis Kretek
- Goodbye Eri
- Hidden Potential
- Hidden Potential
- Jejak Langkah
- Kami (Bukan) Sarjana
- Kanker: Biografi Suatu Penyakit
- Kamus Lengkap Nama Bayi: 9999 Nama Bayi Internasional dari Berbagai Bahasa Dilengkapi Artinya
- Kartun Lingkungan
- Kecerdasan Emosional
- Kukira Kau Obat Ternyata Patah Hati Terhebat
- Lima Sekawan: Melacak Jejak Rahasia
- Lima Sekawan: Rahasia Logam Ajaib
- Menjadi Tenang di Dunia yang Berisik
- MetroPop: Dewa Angkara Murka
- Negeri 5 Menara
- Pertanyaan-Pertanyaan untuk Tuhan
- Petualangan di Puri Rajawali
- Petualangan di Puri Rajawali
- Rasa
- Rumah Kaca
- Review The Skulls Starts Moving In The Dark Night
- Satine
- Seni Menjadi Orang Tua Hebat
- Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya
- The Art of Stoicism
- The Kremlin School of Negotiation
- Teruslah Bodoh Jangan Pintar
- You are Powerful