Sastra

Apa Itu Koda? Pengertian dan Penerapannya di Dalam Sebuah Cerita

Koda
Written by Rahma Fiska

Koda – Kamu suka membaca buku atau novel fiksi dengan cerita yang indah, pesan moral yang dalam, dan ending yang tak terduga? Ternyata memang ada banyak novel dan cerita fiksi yang memiliki semua kriteria itu. Misalnya saja cerita-cerita yang ditulis oleh penulis-penulis papan atas seperti Tere Liye, Dee Lestari, Andrea Hirata yang memiliki begitu banyak pesan moral yang terkandung di dalam setiap karyanya.

Atau karya lain dari penulis luar negeri seperti Matt Haig, Stephanie Meyer, Cho Nam Joo, juga Keigo Higashino yang banyak menulis cerita dramatis hingga distopia yang selalu membuat pembaca merasakan roller coaster. Dari semua jenis dan genre karya tulis, semuanya memiliki pesan moral dan kisah yang diakhiri dengan indah.

Sehingga membuat kita menyadari bahwa ada begitu banyak unsur yang menarik terkandung di dalamnya. Padahal sebenarnya, jika kita perhatikan penulis-penulis berbakat tersebut memang membutuhkan sejumlah unsur intrinsik yang seharusnya ada dalam sebuah cerita. Sehingga mampu melahirkan kisah yang indah dan membekas di hati para pembacanya.

Mengenal Koda dan Fungsinya

Koda

Unsplash.com

Saat sedang membaca sebuah cerita baik cerita pendek, atau novel sekalipun kita sadar bahwa ada sejumlah unsur intrinsik yang terkandung di dalamnya. Dari banyaknya unsur yang ada dalam sebuah cerita, seperti alur, karakter, latar belakang dan setting, ada pula unsur yang kerap kali kita lupakan.

Koda menjadi salah satu bagian penting dalam unsur intrinsik sebuah cerita, yang mana tidak banyak orang yang menyadari kehadirannya. Peranan koda itu sendiri hampir selalu ada dan bisa membantu kita dalam menyimpulkan sebuah cerita.

Kamu mungkin pernah mendengar istilah koda ini, namun masih belum memahami seperti apa definisi koda dan penerapannya dalam sebuah cerita. Simak ulasan berikut ini yuk!

Pengertian Koda

Koda ialah sebuah unsur yang terdapat pada cerita, yang mengandung amanat atau pesan yang ingin disampaikan cerita tersebut. Koda pada umumnya diletakkan di bagian akhir sebuah cerita atau novel.

Adanya koda ini juga mampu membantu pembaca memiliki kesimpulan yang jelas dari keseluruhan cerita. Namun, tidak semua cerita secara otomatis memiliki koda dengan penutup yang jelas. Beberapa cerita seringkali sengaja diakhiri dengan alur yang menggantung atau masih meninggalkan pertanyaan baru. Di mana pembaca harus menyimpulkan sendiri bagaimana kesimpulan dan akhirnya.

Tapi bukan berarti jenis cerita seperti ini tidak memiliki koda di bagian akhir, biasanya koda tetap ada untuk menjadi kesimpulan cerita secara keseluruhan, terlepas dari bagaimanapun endingnya. Oleh karena itu peranan koda ini menjadi penting untuk memberikan sebuah nilai lebih pada cerita, sehingga bisa semakin menarik hati para pembacanya.

Penulis juga biasanya akan memberikan amanat atau pesan tentang sebuah isu yang mereka angkat ke dalam cerita yang disebarkan keseluruhan cerita. Akan tetapi inti dan kesimpulan akhir dari pesan itu terdapat pada koda.

Koda juga biasanya menjadi jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan pembaca yang timbul di sepanjang cerita. Terutama pada cerita dengan genre horor atau detektif yang memiliki banyak suspense sepanjang ceritanya, akan diberikan jawabannya di akhir cerita sekaligus pesan moral yang ingin penulis sampaikan.

Fungsi Koda

Sama halnya dengan definisi koda itu sendiri, fungsi koda adalah untuk menyampaikan pesan moral atau amanat dari keseluruhan cerita. Sehingga ketika membaca cerita tersebut, pembaca mampu mengerti apa yang ingin disampaikan penulis melalui karyanya tersebut.

Amanat yang ada pada koda ini juga seperti harapan dari penulis yang diharapkan bisa membuat pembaca paham, supaya bisa mengambil sisi postifnya. Maka, tidak heran apabila banyak penulis yang tidak segan-segan mengangkat isu sosial, permasalahan yang baru-baru ini terjadi, hingga menyindir sistem politik, sekadar untuk menyuarakan gagasan mereka lewat tulisan.

Gagasan yang diangkat penulis inilah nantinya yang diharapkan sampai pada setiap pembaca supaya orang lain lebih memahaminya.

Contoh sederhana dari fungsi koda ini bisa kita ambil dari kisah fabel yang dulu sering kita baca ketika kecil. Seperti pada cerita Si Kancil yang diceritakan gemar mencuri timun miliki pak tani, namun akhirnya terkena ganjaran atas tindakannya itu.

Kita bisa memahami satu hal dari penulis kisah si kancil ini, yakni tentang makna bahwa mencuri bukanlah pebuatan terpuji. Sehingga apa yang kita lakukan selalu memiliki konsekuensinya sendiri, termasuk ketika kita mencuri.

Dari kisah sederhana ini, pesan moral tentang tidak boleh mencuri sesuatu yang bukan milik kita ini berhasil masuk ke dalam benak kita hingga kita dewasa. Maka artinya fungsi koda sebagai penyampaian moral dan akhlak melalui kisah si kancil ini sangat berhasil.

Sehingga koda ini juga banyak ditemukan dalam kisah cerita pendek untuk anak-anak sebagai bentuk pengajaran moral dan pendidikan anak sejak usia dini. Hal ini terbukti efektif untuk membentuk pola pikir dan karakter kita di masa depan.

Alih-alih harus mendikte seorang anak untuk berlaku positif, menceritakan kisah dengan koda yang penuh pesan moral seperti justru bisa menjadi media yang lebih efektif untuk membentuk karakter mereka.

Koda

Posisi Koda dalam Struktur Cerita

Peranan koda sebenarnya cukup besar mengingat koda yang mampu mengikat perasaan pembaca pada cerita atau novel setelah selesai baca. Sebab, koda mampu meninggalkan kesan terakhir yang menggandeng hati pembacanya. Membuat para pembaca ini akan selalu teringat-ingat kisah dalam cerita itu karena begitu dalam dan indahnya sebuah karya.

Namun, dalam sebuah cerita, koda tidak berdiri sendiri. Ada banyak struktur yang harus ada dalam cerita supaya koda bisa bekerja dengan baik saat diterapkan pada cerita. Berikut sejumlah struktur penting dalam cerita yang perlu kita ketahui untuk memahami posisi koda dalam cerita.

1. Abstraksi

Abstraksi atau abstrak secara umum merupakan gambaran singkat tentang suatu tema, peristiwa hingga ide yang ada dalam sebuah cerita. Hal ini menjadi struktur utama yang mempengaruhi jalannya alur pada sebuah cerita.

Abstrak juga bisa dikatakan sebagai sebuah premis yang diambil untuk menjadi ide pokok cerita. Misalnya pada novel komedi romantis, penulis ingin mengangkat premis si gadis miskin yang mandiri bertemu dengan lelaki kaya yang arogan.

Ini merupakan sebuah abstrak singkat, yang kemudian bisa dikembangkan secara lebih luas, misalnya dengan situasi yang mempertemukan keduanya, latar belakang karakter dan lain-lain.

2. Orientasi

Struktur yang sangat penting selanjutnya adalah orientasi, yang mana merupakan pengenalan situasi, karakter pada cerita. Umumnya, setiap kisah yang tertulis dalam cerita fiksi akan memiliki berbagai jenis orientasi.

Pengenalan ini meliputi pengenalan tokoh, karakter, latar tempat dan waktu, situasi, permasalahan yang diangkat hingga hubungan antara para tokoh yang ada dalam cerita. Cara pengenalannya juga beragam menyesuaikan dengan tema cerita yang diambil.

Biasanya pengenalan tokoh dan karakterisasinya akan digambarkan perlahan dan sedikit demi sedikit. Seiring berjalanya cerita akan muncul beberapa tokoh baru yang belum disebutkan, atau sudah disebutkan tapi belum muncul.

Berbeda dengan pengenalan latar belakang yang paling sering dikenalkan sejak awal, sebab untuk setting latar waktu dan tempat selalu ada kemungkinan untuk berubah-ubah mengikuti alur. Umumnya untuk genre tertentu seperti detektif, criminal, thriller akan ada pengenalan penokohan yang tersebar sepanjang cerita.

Sehingga besar kemungkinan ada sisi lain dari tokoh dalam cerita yang baru diketahui setelah menuju bagian akhir cerita. Hal ini kerap dilakukan supaya mendukung alur cerita dan mengolah emosi para pembaca.

3. Komplikasi

Struktur selanjutnya adalah komplikasi, di mana bagian munculnya konflik saat memasuki tengah cerita hingga klimaks. Konflik ini penting untuk ada dan dibuat secara matang sehingga mampu menghidupkan sebuah cerita.

Sebuah cerita yang tidak memiliki komplikasi akan terasa sangat datar dan membosankan. Oleh karena itu adanya berbagai konflik mampu menghadirkan warna yang variatif dan kompleks, sehingga cerita akan selalu menarik untuk diikuti.

Jenis konflik yang dibubuhkan dalam sebuah cerita juga sangat beragam dan itu semua tergantung dari ide atau gagasan utama yang ingin diangkat penulis. Konflik bisa berupa pertentangan baik antara sesama tokoh atau dengan diri sendiri, sejumlah masalah yang tampak mulai menyulitkan si tokoh utama dalam cerita.

Misalnya dalam novel terkenal Little Women, keempat tokoh utamanya mulai mengalami berbagai konflik baik internal dan eksternal. Dimana mereka harus berjuang menjadi perempuan yang mengikuti keinginan masyarakat atau melawan stereotip yang diberikan pada mereka sebagai perempuan.

Koda

Sehingga melihat kemungkinan munculnya komplikasi inilah yang memicu pengembangan karakter, yang pada akhirnya akan ada perubahan sikap. Misalnya dari jahat menjadi orang yang baik.

4. Rising action

Pada rising action atau pencapaian konflik merupakan semua tumpukan permasalahan, peristiwa, dan gejolak emosi yang menimbun jadi satu. Pada satu titik inilah pencapaian konflik akan terasa begitu berat dan melelahkan bagi si tokoh utama.

Hal ini pada akhirnya memicu tokoh utama membawa alur cerita ke tingkat yang paling tinggi. Biasanya sebuah cerita yang telah mencapai pencapaian konflik akan terasa seolah tidak ada jalan lagi.

Mengambil contoh pada film Avengers: Endgame, maka titik pencapaian konflik terdapat pada adegan dimana semua avenger dan superhero lain telah bertubi-tubi mengalami perlawanan oleh anak buah Thanos. Adegan yang berkali-kali ditampilkan juga menunjukan bahwa mereka semua sudah terlalu lelah, dan hampir ingin menyerah.

Hal inilah yang kemudian mendorong Captain America mengambil palu Thor dan tidak lama kemudian alur cerita menuju pada puncak konflik atau klimaks.

5. Klimaks

Pada bagian ini menjadi puncak konflik atau sering juga disebut sebagai klimaks yang menjadi titik puncak sebuah cerita. Setelah cerita berkembang dari yang awal mulanya hanya pengenalan karakter dan mulai muncul konflik, kemudian sebuah cerita akan memiliki puncak permasalahannya.

Klimaks pada cerita ini merupakan puncak dari berbagai masalah yang terus menerus muncul, konflik batin para tokoh utamanya hingga segala situasi dan alur yang mendukung. Sebuah cerita yang memiliki klimaks seperti ini membuat pembaca semakin tidak bisa lepas dari cerita yang mereka baca.

Penataan konflik yang baik dan pemilihan klimaks di situasi yang tepat akan mampu membuat kisah dalam cerita itu begitu memorable. Seperti ketika kamu menonton film Avengers: Endgame, maka klimaks dalam cerita itu adalah ketika adegan Avengers ensemble.

Pada titik itu penonton mampu merasakan kekuatan sebuah kalimat yang menjadi begitu kuat dan bermakna, ditambah dengan serangan bertubi-tubi yang begitu memuaskan rasa haus penonton. Hal ini terasa begitu tepat sebab pemilihan klimaks yang benar, dan penataan konflik yang sudah terploting dengan baik dan bertubi-tubi.

Sehingga ketika puncak konflik datang, semua orang yang mengikuti kisahnya akan merasa semua rasa dan emosi sebelumnya terbayar dengan baik. Klimaks ini juga disebut sebagai turning point, yang pada beberapa cerita mengubah mampu mengubah secara keseluruhan alur.

6. Evaluasi

Pada bagian evaluasi ini, cerita sudah menuju pada bagian akhir yang merupakan titik cerah dari setiap konflik dan permasalahan yang dialami para tokoh dalam cerita. Sehingga bisa dikatakan pada bagian evaluasi ini, tokoh utama dalam cerita sudah menemukan solusi atau cara menyelesaikan permasalahan mereka.

Misalnya bagian Thanos yang akhirnya mampu dikalahkan, dengan Iron Man yang kembali menjentikkan jari untuk mengembalikan orang-orang yang terkena blip.

7. Resolusi

Bagian resolusi ini bisa dikatakan menjadi titik akhir dari sebuah alur cerita. Pada bagian terakhir ini merupakan sejumlah penjelasan tentang masalah yang telah usai. Apabila menceritakan tentang kisah detektif atau criminal, bagian ini menunjukan siapa pelakunya dan alasan mengapa dia melakukan kejahatan.

Maka dari itu, resolusi ini menjadi penjelasan dan pemaparan yang menjernihkan dan meluruskan setiap pertanyaan yang pernah terbesit di kepala para pembaca sebelumnya. Di bagian ini juga menjelaskan apa yang terjadi pada para tokoh dan situasi apa yang berubah setelah sejumlah peristiwa tadi terjadi.

8. Koda

Seperti yang telah dijelaskan, koda terdapat pada bagian paling akhir yang mengandung kesimpulan dan pesan moral dari sepanjang perjalanan para tokoh utama setelah mengalami sejumlah peristiwa.

Bagaimana sang penulis ingin menyampaikan pesan supaya kita bisa mengambil hikmah terbaik dari pengalaman para tokohnya.

Penerapan Koda dalam Cerita

Koda

Unsplash.com

Sebenarnya penerapan koda dalam setiap jenis cerita terbilang sederhana, namun tidak semua koda yang dituliskan dalam cerita tertulis nyata. Melainkan ada beberapa koda yang secara tersirat dimasukan pada akhir cerita.

Misalnya dalam sebuah novel seperti Harry Potter, kamu mungkin tidak menemukan pesan amanat moral secara tertulis tegas di bagian akhir novel. Tapi dengan mengikuti keseluruhan alur ceritanya, dan membacanya hingga akhir, kamu yakin bahwa cerita tersebut mengandung koda yang sangat jelas tentang ketulusan cinta orang tua pada anaknya.

Di mana pada kisah tersebut, digambarkan cinta sejati mampu mengalahkan kekuatan sihir sejahat apapun sebab cinta itu sendiri merupakan sihir yang paling alami, magis, dan kuat.

Tapi apabila melihat beberapa cerita pendek seperti dalam legenda, fabel, dan lainnya, kita bisa menemukan koda dari cerita yang bersangkutan secara mudah di bagian akhir cerita. Kebanyakan koda ditemukan secara jelas di kisah fabel karena tujuannya untuk pembelajaran anak-anak.

Misalnya, dalam kisah si kancil mencuri timun, akan tertulis pada bagian akhir cerita bahwa mencuri bukanlah perbuatan yang terpuji, sehingga jangan sampai kita seperti si kancil yang gemar mencuri sesuatu yang bukan miliknya.

Koda

Kesimpulan tentang Koda

Jika membaca cerita dengan alur yang penuh ketegangan mampu membuat kita terharu biru dan terbahak-bahak ditambah pesan moral yang begitu dalam memang menjadi pengalaman yang menarik.

Sebab, koda menjadi wadah bagi para penulis untuk memaparkan pesan yang ingin mereka sampaikan pada pembaca. Sehingga membaca cerita tersebut bukanlah suatu hal yang sia-sia.

Melalui media yang menarik seperti cerita, harapannya ide dan pesan yang ingin disampaikan penulis mampu lebih mudah dipahami oleh semua pembaca dari berbagai latar belakang yang berbeda.

Jadi, apakah kamu punya cerita favorit dengan koda terbaik? Jika belum, maka temukan cerita fiksi yang epic dan pesan moral terbaik di Gramedia, ya!

Grameds bisa menemukan koda terbaik dari kisah di buku-buku yang tersedia di gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Inka

BACA JUGA:

  1. Mengenal Cerita Fiksi dan Non Fiksi Beserta Koda di Dalamnya
  2. Mengenal Pengertian dan Ciri-Ciri Teks Anekdot
  3. Pengertian Teks Anekdot: Ciri-Ciri, Tujuan, Struktur, dan Contohnya 
  4. Pengertian Teks Inspirasi: Jenis, Ciri, Struktur, dan Contoh Lengkapnya
  5. Pengertian Struktur Fabel: Ciri-Ciri, Jenis, Unsur Intrinsik, dan Contohnya

About the author

Rahma Fiska

Saya fiska sangat senang dengan dunia menulis. Saya juga sudah menghasilkan beberapa tulisan, salah satunya pada website gramedia.com. Saya senang menulis tentang sastra