Geografi

Gempa Tektonik Adalah: Pengertian, Penyebab, dan Jenis-Jenisnya

Written by Mochamad Harris

Gempa tektonik adalah – Belakangan ini, di Indonesia sering terjadi gempa bumi. Gempa bumi adalah suatu bencana alam, yang bisa memberikan kerugian cukup besar. Gempa bumi itu sendiri sering dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu, gempa bumi tektonik dan gempa bumi vulkanik. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas lebih jauh tentang gempa bumi tektonik. Jadi, tetap simak artikel ini sampai selesai, Grameds.

Pengertian Gempa Tektonik

pixabay

Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di dalam bumi yang dapat menyebabkan gerakan tanah dan bangunan di permukaan bumi. Gempa bumi disebabkan oleh gerakan lempeng tektonik di dalam bumi, di mana ketika lempeng tektonik bertabrakan atau bergerak satu sama lain, tekanan dan tarikan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi.

Gempa tektonik merupakan gempa yang disebabkan oleh gerakan lempeng tektonik. Gempa tektonik dapat terjadi di darat atau di laut, dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius jika terjadi di dekat permukaan bumi. Gempa tektonik biasanya terjadi di wilayah yang berada di sepanjang batas lempeng tektonik, seperti di sepanjang garis sesar atau di daerah subduction zone.

Subduction zone merupakan sebuah daerah di mana salah satu lempeng tektonik terangkat atau tertarik ke bawah lempeng lainnya. Ini biasanya terjadi di wilayah yang terletak di sepanjang batas lempeng tektonik, di mana salah satu lempeng tektonik bergerak ke arah lempeng lainnya dan terangkat atau tertarik ke bawahnya.

Subduction zone biasanya terjadi di daerah yang memiliki topografi gunung berapi atau di sepanjang garis sesar yang aktif. Gerakan lempeng tektonik di subduction zone dapat menyebabkan gempa tektonik, dan juga dapat menyebabkan terbentuknya gunung berapi baru.

Lempeng tektonik adalah lapisan kulit bumi yang terdiri dari batuan dan mineral yang bergerak secara perlahan di atas lapisan mantel bumi yang lebih dalam. Lempeng tektonik terbentuk dari material yang dilepaskan dari magma di kulit bumi, yang kemudian mengeras menjadi batuan. Lempeng tektonik dapat bergerak secara horizontal atau vertikal, dan interaksi antar lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa tektonik, sesar, dan aktivitas gunung berapi. Ada beberapa jenis lempeng tektonik, termasuk lempeng pasif, kontinental, dan oseanik.

Ada beberapa jenis lempeng tektonik, yaitu:

  1. Lempeng pasif: Lempeng pasif adalah lempeng tektonik yang tidak bergerak atau bergerak sangat perlahan. Lempeng pasif biasanya terletak di daratan, dan dapat terdiri dari batuan beku atau metamorfik.
  2. Lempeng kontinental: Lempeng kontinental adalah lempeng tektonik yang terdiri dari material beku yang terbentuk di daratan. Lempeng kontinental biasanya terdiri dari batuan beku yang lebih ringan, seperti granit, yang terletak di atas lempeng oseanik.
  3. Lempeng oseanik: Lempeng oseanik adalah lempeng tektonik yang terdiri dari batuan yang terbentuk di bawah laut. Lempeng oseanik biasanya terdiri dari batuan beku yang lebih berat, seperti basal, yang terletak di bawah lempeng kontinental.

Selain itu, ada juga lempeng konvergen, divergen, dan transform, yang merupakan jenis lempeng tektonik yang terbentuk dari interaksi antar lempeng tektonik. Lempeng konvergen terjadi ketika dua lempeng tektonik bertemu dan salah satunya tertarik ke bawah lempeng lainnya, sedangkan lempeng divergen terjadi ketika dua lempeng tektonik bergerak ke arah yang berlawanan dan salah satunya terangkat. Lempeng transform terjadi ketika dua lempeng tektonik bergerak secara horizontal dan saling geser.

Contoh Gempa Tektonik 

pixabay

Contoh gempa tektonik adalah gempa yang terjadi di sepanjang garis sesar San Andreas di California, Amerika Serikat. Gempa ini disebabkan oleh gerakan lempeng tektonik di wilayah tersebut, di mana lempeng Pasifik dan North American bertabrakan dan salah satunya terangkat atau tertarik ke bawah lempeng lainnya. Gempa San Andreas telah menyebabkan kerusakan yang serius di wilayah tersebut, termasuk terjadinya longsor dan kerusakan bangunan.

Gempa tektonik mulai terdeteksi dan dipelajari secara mendalam sejak penemuan teori lempeng tektonik oleh Alfred Wegener pada tahun 1912. Wegener menyimpulkan bahwa lempeng tektonik merupakan lapisan kulit bumi yang bergerak, dan bahwa interaksi antar lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa bumi. Teori ini kemudian dikembangkan oleh para ahli geologi dan tektonik lainnya, sehingga pada tahun 1960-an teori lempeng tektonik telah menjadi teori yang diterima secara luas di kalangan ilmuwan.

Gempa tektonik pertama kali terjadi, karena gempa bumi telah terjadi sejak bumi terbentuk. Namun, sejarah catatan gempa bumi dimulai sejak zaman kuno, ketika manusia mulai mencatat kejadian gempa bumi yang terjadi di wilayah mereka. Catatan pertama tentang gempa bumi ditemukan dalam sebuah tablet kuno di Mesopotamia, yang menceritakan tentang gempa bumi yang terjadi di wilayah tersebut pada tahun 2200 SM. Sejak saat itu, banyak gempa bumi yang tercatat dalam sejarah, dan teori lempeng tektonik telah membantu para ilmuwan memahami penyebab gempa bumi.

Gempa tektonik terbesar yang pernah tercatat adalah gempa bumi di Chile pada tahun 1960, yang memiliki magnitude 9,5. Gempa ini terjadi di sepanjang garis sesar Chile, yang merupakan salah satu garis sesar terpanjang dan paling aktif di dunia.

Gempa ini menyebabkan tsunami yang melanda wilayah pantai Chile dan juga negara-negara tetangga, seperti Peru, Argentina, dan Amerika Serikat. Gempa ini menyebabkan kerusakan yang serius di wilayah tersebut, dan menewaskan lebih dari 5.000 orang

Sementara itu, Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di wilayah Ring of Fire, yaitu sebuah wilayah di sekitar samudera Pasifik yang memiliki aktivitas gempa tektonik dan gunung berapi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh interaksi lempeng tektonik di wilayah tersebut, dimana Indonesia terletak di antara lempeng Eurasia, Australia, dan Pacific.

Akibatnya, Indonesia sering terkena gempa tektonik, termasuk gempa bumi yang terjadi di sepanjang garis sesar Sumatra, Sulawesi, dan Bali. Beberapa gempa tektonik terbesar yang pernah terjadi di Indonesia adalah gempa bumi di Sumatra pada tahun 2004, yang memiliki magnitude 9,1, dan gempa bumi di Bali pada tahun 2018, yang memiliki magnitude 7,0.

Akibat Gempa Tektonik

pixabay

Akibat gempa tektonik dapat bervariasi tergantung pada kekuatan gempa bumi, lokasi gempa, dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Beberapa akibat gempa tektonik yang umum terjadi adalah kerusakan bangunan, terjadinya longsor, dan terbentuknya gunung berapi baru.

Gempa tektonik juga dapat menyebabkan tsunami, yaitu gelombang air laut yang disebabkan oleh gerakan bumi yang terjadi setelah gempa bumi. Gempa tektonik yang kuat dapat menyebabkan kerugian materi yang besar, bahkan dapat mengakibatkan kehilangan nyawa jika terjadi di wilayah padat penduduk.

Contoh kerusakan yang dihasilkan oleh gempa tektonik adalah gempa bumi di Haiti pada tahun 2010, yang menyebabkan kerusakan yang sangat serius di wilayah tersebut. Gempa bumi ini memiliki magnitude 7,0 dan terjadi di ibu kota Haiti, Port-au-Prince. Gempa ini menyebabkan runtuhnya banyak bangunan, termasuk gedung-gedung pemerintahan, rumah sakit, dan sekolah. Gempa ini juga menyebabkan longsor di beberapa wilayah, dan mengakibatkan kehilangan nyawa lebih dari 200.000 orang.

Beberapa kerusakan yang dihasilkan oleh gempa tektonik di Indonesia adalah kerusakan bangunan, terjadinya longsor, dan terbentuknya gunung berapi baru. Misalnya, gempa bumi di Aceh pada tahun 2004 menyebabkan runtuhnya banyak bangunan di wilayah tersebut, termasuk rumah-rumah, sekolah, dan gedung-gedung pemerintahan. Gempa ini juga menyebabkan terjadinya tsunami yang melanda pantai Aceh, yang menambah kerusakan yang terjadi di wilayah tersebut. Gempa bumi di Lombok pada tahun 2018 juga menyebabkan kerusakan yang serius di wilayah tersebut, termasuk runtuhnya banyak bangunan, terjadinya longsor, dan terbentuknya gunung berapi baru.

Gempa tektonik dapat menyebabkan perubahan alam di sekitarnya, tergantung pada kekuatan gempa bumi dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Beberapa perubahan alam yang dapat dihasilkan oleh gempa tektonik adalah terjadinya longsor, terbentuknya gunung berapi baru, dan terjadinya perubahan bentuk permukaan bumi.

Misalnya, gempa bumi di Sumatra pada tahun 2004 menyebabkan terjadinya longsor di beberapa wilayah di sekitarnya, sehingga mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi di wilayah tersebut. Gempa bumi juga dapat menyebabkan terjadinya tsunami, yaitu gelombang air laut yang dapat mengakibatkan perubahan bentuk pantai dan dasar laut.

Penyebab Gempa Tektonik

Penyebab gempa tektonik adalah gerakan lempeng tektonik di dalam bumi. Lempeng tektonik adalah lapisan kulit bumi yang terdiri dari batuan dan mineral yang bergerak secara perlahan di atas lapisan mantel bumi yang lebih dalam. Ketika lempeng tektonik bertabrakan atau bergerak satu sama lain, tekanan dan tarikan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi. Gempa tektonik dapat terjadi di darat atau di laut, dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius jika terjadi di dekat permukaan bumi.

Gempa tektonik terjadi karena gerakan lempeng-lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Lempeng-lempeng tektonik ini terdiri dari lapisan-lapisan batuan yang saling bergerak satu sama lain. Biasanya, gerakan ini terjadi secara perlahan-lahan, namun dari waktu ke waktu terdapat kumulasi tegangan di antara lempeng-lempeng tektonik yang menyebabkan terjadinya gempa.

Gerakan lempeng-lempeng tektonik ini dapat terjadi di sepanjang garis patahan (fault line) yang terdapat di bawah permukaan bumi. Garis patahan ini adalah batas antara dua lempeng tektonik yang saling bergerak. Saat terjadi gempa, lempeng-lempeng tektonik ini akan saling menekan dan menggeser satu sama lain, menyebabkan terjadinya getaran yang dapat dirasakan di permukaan bumi. Gempa tektonik biasanya terjadi di wilayah yang berada di sepanjang garis patahan ini.

Pergerakan lempeng tektonik disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah panas dari dalam Bumi. Panas ini menyebabkan lempeng tektonik menjadi rata dan memunculkan pergerakan. Selain itu, gaya gravitasi dan gaya gesekan antarlempeng juga menjadi penyebab pergerakan lempeng tektonik. Pergerakan ini dapat terjadi secara perlahan-lahan atau dengan cepat, tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis lempeng tektonik dan kekuatan gaya yang bekerja.

Ada tiga jenis lempeng tektonik yaitu lempeng dasar, lempeng tektonik, dan lempeng benua. Lempeng dasar terbentuk di bawah laut dan terdiri dari bahan magma yang masih mentah. Lempeng tektonik terbentuk di atas lempeng dasar dan terdiri dari batuan yang sudah terbentuk. Lempeng benua terbentuk di atas lempeng tektonik dan terdiri dari batuan-batuan beku yang sudah terbentuk. Pergerakan lempeng tektonik dapat terjadi pada semua jenis lempeng, tetapi biasanya terjadi pada lempeng tektonik dan lempeng benua.

Jenis-Jenis Gempa Menurut Kedalaman Gempa

Ada beberapa jenis gempa berdasarkan kedalaman terjadinya, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Gempa dangkal

Gempa ini terjadi pada kedalaman kurang dari 70 km dari permukaan bumi. Biasanya gempa dangkal ini terasa lebih keras dan lebih merusak daripada gempa yang terjadi pada kedalaman yang lebih dalam.

2. Gempa menengah

Gempa ini terjadi pada kedalaman antara 70-300 km dari permukaan bumi. Gempa menengah ini biasanya tidak terlalu keras dan tidak se merusak seperti gempa dangkal, namun masih dapat terasa oleh penduduk di sekitar wilayah yang terkena gempa.

3. Gempa dalam

Gempa ini terjadi pada kedalaman lebih dari 300 km dari permukaan bumi. Gempa dalam ini biasanya tidak terasa oleh penduduk di permukaan bumi, namun dapat memicu gempa menengah atau gempa dangkal di wilayah sekitarnya.

Jenis-Jenis Gempa Berdasarkan Sumber Penyebab Gempa Terjadi

Ada beberapa jenis gempa berdasarkan sumber terjadinya, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Gempa tektonik

Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh gerakan lempeng-lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Gempa tektonik ini biasanya terjadi di wilayah yang berada di sepanjang garis patahan (fault line) di bawah permukaan bumi.

2. Gempa vulkanik

Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik di dalam gunung berapi. Gempa vulkanik ini biasanya terjadi di sekitar gunung berapi yang sedang aktif, dan dapat terjadi saat terjadinya letusan atau erupsi gunung berapi.

3. Gempa tektonik pelik

Gempa tektonik pelik adalah gempa yang disebabkan oleh gerakan tektonik di dalam bumi, namun tidak terjadi di sepanjang garis patahan (fault line) seperti gempa tektonik biasa. Gempa tektonik pelik ini biasanya terjadi di wilayah yang tidak memiliki garis patahan yang jelas, seperti di lepas pantai atau di dasar laut.

4. Gempa letusan

Gempa letusan adalah gempa yang disebabkan oleh letusan atau erupsi gunung berapi. Gempa letusan ini biasanya terjadi segera setelah terjadinya letusan atau erupsi gunung berapi, dan dapat menimbulkan kerusakan yang cukup besar di sekitar wilayah tersebut.

Apa yg perlu dilakukan ketika gempa terjadi

  1. Untuk mengatasi bencana gempa, pertama-tama adalah memastikan keselamatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar Anda.
  2. Jika Anda berada di dalam bangunan, cobalah untuk berlindung di bawah meja atau di balik pintu. Jika Anda berada di luar ruangan, cobalah untuk menjauh dari gedung-gedung tinggi atau struktur yang mungkin runtuh.
  3. Setelah Anda yakin bahwa Anda dan orang-orang di sekitarmu aman, cobalah untuk berkomunikasi dengan orang lain dan cari bantuan darurat jika diperlukan.
  4. Jangan lupa untuk mengikuti petunjuk dan instruksi dari petugas penanggulangan bencana yang bertanggung jawab.

Kesimpulan

Gempa tektonik adalah suatu peristiwa yang terjadi ketika lapisan-lapisan batuan di bawah permukaan bumi bergerak. Gerakan ini dapat menyebabkan terjadinya gempa yang dapat merusak bangunan dan menyebabkan kerusakan lainnya. Kesimpulan dari gempa tektonik adalah bahwa gerakan lapisan batuan di bawah permukaan bumi dapat menyebabkan gempa yang dapat merusak lingkungan sekitar.

Nah, Grameds, artikel kita seputar pengertian dari gempa tektonik telah selesai, setelah mengetahui apa itu gempa tektonik, baik secara umum dan pendapat para ahli, penyebab, akibat, jenis-jenis gempa tektonik apa sobat Grameds merasa mendapatkan pengetahuan yang baru? Atau Sobat Grameds mulai memiliki kesadaran untuk berjaga akan terjadinya bencana yang dihasilkan dari gempa tektonik?

 

Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas, turut serta dalam memberi pengetahuan dan informasi, maka dari itu Gramedia menghadirkan buku-buku yang dapat menambah pengetahuan dan informasi yang para pembaca butuhkan.

 

Jika sobat Grameds tertarik dan ingin mempelajari lebih lanjut dan lebih jauh lagi terkait gempa tektonik dan gejala alam lainnya, maka Gramedia.com siap menemani dan mengisi bacaan kalian dengan buku-buku yang tersedia di Gramedia. Jadikah hidup ini #LebihDenganMembaca.

 

Penulis: Reksa

 

Rujukan:

  • https://news.detik.com/berita/d-5919242/gempa-tektonik-serba-serbi-dan-penyebab-terjadinya?single=1
  • https://bpbd.ntbprov.go.id/pages/gempa-bumi

About the author

Mochamad Harris

Menulis artikel merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk dapat mengetahui berbagai macam hal serta informasi terupdate yang sedang terjadi pada saat ini. Saya suka dengan tema olahraga dan juga travelling.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Harris