in

Review Novel I Saw The Same Dream Again Karya Sumino Yoru

Review Novel I Saw The Same Dream Again – Novel I Saw The Same Dream Again atau yang dikenal juga dengan judul I Had That Same Dream Again merupakan karya penulis Jepang yang bernama Sumino Yoru. Setelah dibuat ke dalam versi novel, kisah I Saw The Same Dream Again diadaptasi juga ke dalam bentuk manga yang memiliki 3 volume. Novel I Saw The Same Dream Again diilustrasikan oleh Loundraw dan diterbitkan pertama kali pada tanggal 19 Februari 2016 oleh Futabasha.

Novel I Saw The Same Dream Again kemudian dilisensikan untuk diterbitkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Seven Seas Entertainment pada tanggal 23 Oktober 2019. Kemudian, mereka mulai menerbitkan novel ini secara digital pada 12 Maret 2020, dan dalam bentuk novel fisik pada 7 Juli 2020. Novel I Saw The Same Dream Again juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Haru pada bulan November 2018.

Novel dengan total 312 halaman mengisahkan tentang seorang gadis bernama Koyanagi Nanoka. Koyanagi Nanoka masih menyandang status sebagai seorang pelajar SD. Ia menganggap dirinya sendiri pandai. Suatu hari, ia mendapatkan tugas sekolah untuk memikirkan tentang apa itu arti kebahagian.

Selama memikirkan tugas itu bersama dengan teman sekelasnya, Nanoka bertemu dengan seorang wanita terjebak dalam hidupnya sendiri, pelajar SMA yang suka menyayat nadinya, dan seorang nenek yang hidup tampak sangat damai. Semua teman barunya itu memiliki penyesalannya masing-masing.

Ini adalah kisah sederhana yang dituliskan dalam sudut pandang yang sangat sederhana pula. Ini adalah kisah yang dapat mengajarkan tentang arti kebahagiaan. Apakah kalian sudah siap mengetahui arti dari kebahagiaan bersama Koyanagi Nanoka dan teman-teman barunya?

Profil Sumino Yoru – Penulis Novel I Saw The Same Dream Again

Sumber gambar: mubi.com

Sumino Yoru adalah seorang novelis asal Jepang yang saat ini tinggal di Prefektur Osaka Sumino. Ia sudah tinggal di sana sejak mulai menulis di sekolah menengah. Karir kepenulisan Sumino Yoru diawali dari mengirimkan cerita untuk Dengeki Novel Prize, tetapi saat itu ia tidak lolos seleksi putaran pertama. Sumino Yoru tidak menyerah, ia malah merevisi gaya penulisannya sebelum akhirnya menulis karya paling populernya yang berjudul I Want to Eat Your Pancreas.

Sumino Yoru kemudian mengirimkan novel itu ke sebuah situs fiksi buatan pengguna Sh?setsuka ni Nar pada Februari 2014, dengan nama pena Yasumi Yano. Ia kemudian secara resmi memulai debutnya dengan karya I Want to Eat Your Pancreas di bawah Futabasha pada tahun 2015. Hingga saat ini, nama Sumino Yoru sebagai seorang penulis sudah dikenal di kancah internasional.

Beberapa karya Sumino Yoru, yaitu I Want to Eat Your Pancreas (diilustrasikan oleh loundraw dan diterbitkan oleh Futabasha pada bulan Juni 2015), I Had That Same Dream Again atau I Saw The Same Dream Again (diilustrasikan oleh loundraw dan diterbitkan oleh Futabasha pada bulan Februari 2016), At Night, I Become a Monster (diilustrasikan oleh loundraw dan diterbitkan oleh Futabasha pada bulan Desember 2016). I Saw a Secret (diterbitkan oleh Shinchosha pada bulan Maret 2017), I Am Blue, in Pain, and Fragile (diterbitkan oleh Kadokawa pada bulan Maret 2018), Mugimotosan Sanpo no Sukina Mono (dipublikasikan oleh Gentosha pada bulan Maret 2019).

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Mugimotosan Sanpo no Sukina Mono Dainish? (diterbitkan oleh Gentosha pada bulan Februari 2021), dan I Will Forget This Feeling Someday (diterbitkan oleh Shinchosha pada bulan September 2020). Dari sejumlah karyanya tersebut, Sumino Yoru telah mendapatkan sejumlah penghargaan, seperti berada di peringkat kedua dalam The Touch “2015 Book of the Year” Award, berada di peringkat kedua dalam “2016 Japan Booksellers’ Award”, dan menjadi peringkat pertama di “2018 Honto Hatachi ga Ichiban Yonda Sh?setsu Ranking”.

Sinopsis Novel I Saw The Same Dream Again

Novel I Saw The Same Dream Again ini menceritakan mengenai perjalanan seorang gadis bernama Koyanagi Nanoka. Nanoka adalah seorang anak kelas 4 Sekolah Dasar yang suka berteman akrab dengan orang yang umurnya lebih tua dibanding dirinya sendiri. Nanoka adalah seorang gadis yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ia juga baik hati, dan jujur. Nanoka menganggap dirinya sendiri pandai. Ini adalah kisah perjalanan Koyanagi Nanoka dalam mencari arti dari kebahagiaan.

Nanoka tak memiliki teman akrab di kelas. Namun, ia memiliki teman kecil, yaitu seekor kucing yang dia selamatkan ketika sedang berjalan-jalan tidak jauh dari rumahnya. Ketika menemukan kucing tersebut, Nanoka tak tahu harus membawanya ke mana. Kemudian, ia menuju ke sebuah bangunan rumah susun. Nanoka memencet bel setiap pintu yang ditemukannya.

Namun, semua penghuni rumah susun itu tak menggubrisnya. Sampai tibalah Nanoka di sebuah pintu terakhir. Dari luar pintu itu, terdengar suara dari dalam. Tak perlu lama menunggu, sosok wanita cantik segera membuka pintu dan mempersilakan Nanoka untuk masuk. Wanita itu langsung mengobati Nanoka dan mencucikan baju Nanoka yang basah akibat kehujanan. Mulai saat itu, Nanoka menjadi akrab dengan wanita cantik itu.

Wanita cantik yang menyelamatkan kucing tidak memberitahukan namanya. Namun, di depan pintu rumah wanita itu, Nanoka melihat tulisan “Abazure”. Padahal, dalam bahasa Jepang, kata itu berkonotasi negatif. Namun, Nanoka yang masih kecil tak mengerti artinya dan malah menganggap kata tersebut seperti kata dalam bahasa asing. Wanita itu juga mengiyakan saja saat Koyanagi menanyakan namanya.

Nanoka menyimpulkan wanita cantik itu bernama Abasure-san. Wanita cantik itu senang bermain othello bersama Nanoka. Karakter Abazure-san seperti sosok kakak bagi Nanoka. Nanoka kerap memanggil sia dengan sebutan nona atau Ojou-chan.

Selain wanita cantik itu, Nanoka juga kenal dengan seorang nenek baik hati yang ahli membuat kue. Nanoka tak sengaja menemukan rumah nenek tersebut ketika ia sedang jalan-jalan. Nanoka menganggap rumah nenek itu unik sekali, hingga ia masuk ke dalam. Obaa-chan atau nenek adalah seorang bijak juga. Sejak pertemuan mereka itu, Nanoka dan nenek menjadi akrab. Nenek kerap memanggil Nanoka dengan panggilan “Nacchan”.

Masih dalam perjalanan memenuhi tugas dari gurunya untuk mencari arti kebahagiaan, Nanoka bertemu dengan orang lain yang juga menjadi akrab dengannya. Ia bertemu dengan Minami ketika ia masuk ke sebuah gedung kosong yang berlokasi di puncak bukit. Di sana, Nanoka melihat seorang anak SMA yang sedang menyayat pergelangan tangannya. Dari pertemuan pertama mereka, Nanoka menjadi akrab dengan anak SMA tersebut.

Sebetulnya, nama aslinya anak SMA itu tidak diketahui. Nanoka memanggilnya dengan sebutan Minami-san, karena ia melihat tulisan “Minami” di seragamnya. Walaupun dia menggunakan nada bicara yang sedikit kasar ketika berbicara dengan Nanoka, tetapi di dalam hatinya, Minami adalah seorang gadis yang baik.

Rangkaian kejadian aneh mulai dialami Nanoka ketika ia mencari apa arti dari kebahagiaan. Dimulai dari masalah dengan teman-teman sekelasnya, kemudian kejadian aneh yang bersangkutan dengan Minami, dan lain sebagainya. Dari pengalaman kejadian aneh tersebut, Nanoka semakin bisa menyadari apa arti dari kebahagiaan.

Kelebihan Novel I Saw The Same Dream Again

Novel I Saw The Same Dream Again yang menjadi salah satu novel best seller ini memiliki sejumlah kelebihan. Kelebihan pertama, yaitu dari penggunaan sudut pandang tokoh utama yang masih anak-anak. Sumino Yoru benar-benar bisa menuliskan narasi yang menempatkan pembaca seperti sedang melihat dari kacamata seorang anak yang lugu, sok pintar, ingin tahu segala hal, naif, dan juga ceplas ceplos. Penggunaan dan penggambaran sudut pandang ini dinilai unik dan telah dieksekusi dengan baik.

Kelebihan selanjutnya, yaitu dari premis kisah ini sendiri yang menyajikan tentang keberanian, perubahan, dan kerendahan hati. Ini adalah kisah sederhana yang kental akan unsur persahabatan dan kekeluargaan. Buku ini dianggap memiliki kisah yang manis, tetapi di satu sisi terhubung dengan kisah yang gelap dan suram.

Kelebihan selanjutnya dilihat dari gaya penulisan Sumino Yoru menuliskan kisah ini dengan kalimat-kalimat yang dinilai pendek, tetapi sangat berkesan di hati pembaca. Kemudian, Sumino Yoru juga dinilai dapat menciptakan karakter yang mampu membuat pembaca terpesona. Seperti karakter Nanoka yang merupakan anak yang pandai, tetapi tetap memiliki karakteristik layaknya anak-anak biasa. Lalu, dialog antartokoh juga dinilai sangat menarik dan penuh makna.

Kelebihan selanjutnya, dinilai dari novel ini yang sejatinya ditulis dalam Bahasa Jepang, dinilai telah diterjemahkan dengan sangat baik oleh Penerbit Haru. Pemilihan katanya dinilai sesuai dan membuat pembaca menjadi nyaman dan mudah memahami jalan cerita ketika membaca novel ini. Lalu, novel ini tentunya memiliki sejumlah pesan moral terkait dengan kesederhanaan dan kebahagiaan.

Secara keseluruhan, novel I Saw The Same Dream Again ini adalah novel yang sangat menarik. Ini bagaikan novel bertema filsafat yang dikemas dalam humor. Novel ini menyajikan kisah yang sederhana, tetapi segar dan bermakna. Novel I Saw The Same Dream Again sangat cocok bagi anda yang sedang mencari novel yang edukatif, sederhana, dan lucu.

Kekurangan Novel I Saw The Same Dream Again

Selain kelebihan, novel ini memiliki kekurangan juga. Kekurangan novel I Saw The Same Dream Again terletak pada konfliknya yang dinilai sangat sedikit dan datar. Pembaca tidak menemukan konflik yang kompleks dalam novel ini. Kisah novel ini hanya berputar pada perjalanan Nanoka mengunjungi ketiga temannya secara bergantian. Hal ini dinilai sebagai sebuah kekurangan, karena membuat kesan yang monoton dan tidak memuaskan ekspektasi para pembaca.

Pesan Moral Novel I Saw The Same Dream Again

Melalui kisah I Saw The Same Dream Again, kita dapat mengetahui bahwa kebahagiaan tidak akan menghampiri manusia begitu saja. Maka dari itu, manusia lah yang harus menghampiri kebahagiaan. Kebahagiaan didefinisikan sebagai sebuah pilihan, sesuatu yang bisa dipilih atas dasar keinginan anda sendiri. Setiap orang bisa bahagia oleh karena kata-kata atau tindakan yang anda lakukan sendiri.

Anda bisa bahagia jika membiarkan diri anda merasakan kegembiraan, seperti dengan menghargai orang-orang yang penting bagi anda, dan menghargai diri anda sendiri. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia dari semesta. Kebahagiaan datang dari dalam diri manusia sendiri. Anda bisa memilih dan menciptakan kebahagiaan dengan tanganmu sendiri.”

Melalui kisah ini, kita juga dapat mengetahui pentingnya untuk belajar. Sangat penting bagi seseorang untuk mempelajari hal-hal yang tidak diketahuinya. Jangan sampai sebaliknya, jangan pernah menganggap dirimu sendiri mengerti suatu hal yang sebenarnya anda tidak ketahui. Sebab, jika begitu anda berarti menipu diri sendiri.

Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk lebih mudah mengenang hal buruk dibandingkan mengingat hal yang baik. Hal itu cenderung bersifat negatif, karena melupakan berbagai hal positif dan lebih fokus kepada hal negatif saja. Maka dari itu, hendaknya kita dapat berpikir secara adil dan mengontrol emosi, supaya dapat hidup secara lebih positif.

Nah, itu dia Grameds ulasan novel I Saw The Same Dream Again karya Sumino Yoru. Apakah kalian sudah siap berpetualang bersama Koyanagi Nanoka untuk mencari arti kebahagiaan? Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy