Sejarah

Tujuan Rengasdengklok: Kronologi dan Tokoh Penting

tujuan rengasdengklok
Written by Fandy

Tujuan Rengasdengklok  – Peristiwa kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 memang menjadi peristiwa penting bagi bangsa kita. Hal tersebut karena dari adanya peristiwa kemerdekaan tersebut, bangsa Indonesia ini dapat menyatakan kemerdekaan dirinya sehingga dapat sejajar dengan bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Namun, apakah Grameds tahu sebelum peristiwa kemerdekaan tersebut terjadi, telah ada peristiwa Rengasdengklok yang justru menjadi tonggak awal dari kemerdekaan Indonesia?

Lalu apakah tujuan dari peristiwa Rengasdengklok tersebut? Yuk simak uraian berikut!

Apa itu Peristiwa Rengasdengklok?

Peristiwa Rengasdengklok adalah sebuah peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta yang dilakukan oleh sejumlah golongan muda supaya kedua tokoh bangsa Indonesia tersebut segera mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Golongan muda tersebut antara lain adalah Soekarni, Wikana, Sayuti Melik, dan Chaerul Saleh.

Mengapa disebut sebagai peristiwa Rengasdengklok? Karena tempat tujuan penculikan tersebut adalah ke Rengasdengklok, sebuah kota di Kabupaten Karawang. Sehingga bisa disebut bahwa Rengasdengklok merupakan kota pertama yang menyambut adanya kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Beli Buku di Gramedia

Tujuan Peristiwa Rengasdengklok

  1. Untuk mendesak Soekarno dan Hatta supaya segera menyampaikan Proklamasi Kemerdekaan kepada seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut harus segera dilakukan karena saat itu selagi terjadi kekosongan kekuasaan akibat menyerahnya pihak Jepang kepada Sekutu.
  2. Untuk menjauhkan dua tokoh besar bangsa Indonesia yakni Soekarno dan Hatta dari pengaruh pihak Jepang.
  3. Menjadikan Proklamasi sebagai bukti perjuangan bangsa Indonesia setelah dijajah dalam waktu lama, sehingga harus segera dirumuskan lalu diproklamasikan kepada seluruh bangsa Indonesia.
  4. Supaya Indonesia tidak jatuh ke pihak Sekutu karena adanya kekosongan kekuasaan tersebut.

Beli Buku di Gramedia

Bagaimana Kronologi dari Peristiwa Rengasdengklok?

1. Jepang Menyerah Tanpa Syarat Kepada Pihak Sekutu

Pada akhir tahun 1943, kedudukan Jepang dalam perang Asia Pasifik mulai terdesak. Beberapa kali tentara Jepang harus kalah dari tentara Sekutu. Hingga akhirnya, tentara Amerika Serikat berhasil melakukan pengeboman dua kota di Jepang yakni di Hiroshima (pada 6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945) yang terletak di Jepang.

Akibat dari peristiwa pengeboman tersebut, kondisi politik dan ekonomi di Jepang tentu saja melumpuh seketika. Hal tersebut akhirnya memaksa pihak Jepang menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu pada 14 Agustus 1945.

Dengan adanya Jepang menyerah tanpa syarat tersebut juga berpengaruh pada bangsa Indonesia berupa kekosongan kekuasaan (Indonesia sebelumnya dikuasai oleh pihak Jepang).

Beli Buku di Gramedia

2. Pendapat Golongan Tua VS Pendapat Golongan Muda

Berita mengenai kekalahan Jepang terhadap pihak Sekutu tersebut akhirnya sampai ke telinga kalangan pemuda bangsa Indonesia di kota Bandung. Mereka mendengar berita kekalahan tersebut melalui siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation).

Para pemuda bangsa Indonesia atau biasa kerap disebut sebagai golongan muda terdiri atas Wikana, Sukarni, Sayuti Melik, Yusuf Kunto, Iwa Kusuma, Chaerul Saleh, dan Singgih.

Setelah mendengar berita tersebut, mereka langsung menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No.56. Di sana, para golongan muda menunjuk Sutan Syahrir sebagai perwakilan golongan muda dengan meminta supaya Bung Karno dan Bung Hatta segera melakukan proklamasi kemerdekaan.

Namun, Bung Karno tidak menyetujui ide tersebut. Beliau berpikir bahwa proklamasi Indonesia perlu dibicarakan terlebih dahulu dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Para golongan muda yang tengah terbakar gelora kepahlawanan akhirnya berdiskusi dengan beberapa anggotanya. Diskusi tersebut menghasilkan keputusan berupa perlu dilakukannya pengasingan terhadap Bung Karno dan Bung Hatta ke luar kota supaya mereka terhindar dari segala pengaruh pihak Jepang.

Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.30 dini hari, para golongan muda bersama salah satu anggota PETA berhasil menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke wilayah Rengasdengklok. Tidak hanya dua tokoh besar tersebut, tetapi golongan muda juga membawa istri Bung Karno, Fatmawati dan putranya, Guntur, sekalian.

Rumah pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta di Rengasdengklok

https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/

Di Rengasdengklok, Bung Karno dan Bung Hatta dijaga oleh Komandan Kompi PETA yakni Cudanco Subeno. Di sana, para golongan muda berusaha meyakinkan Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan karena mumpung sedang ada kekosongan kekuasaan tersebut. Para golongan muda juga telah bersiap atas apapun risikonya termasuk untuk melawan pihak Jepang.

Sementara itu, di Jakarta terjadi pula diskusi antara golongan muda dan golong tua. Dalam golongan tua terdapat beberapa tokoh besar antara lain Ahmad Subardjo dengan beberapa anggota BPUPKI dan PPKI.

Dalam perundingan antara golongan muda dan golongan tua tersebut diperolehlah kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan akan dan harus dilaksanakan di Jakarta.

Akhirnya setelah proses perundingan antara tokoh-tokoh besar dan hebat tersebut, Bung Karno dan Bung Hatta bersedia untuk menyatakan kemerdekaan begitu kembali ke Jakarta.

Maka setelah perundingan memperoleh hasil yang diinginkan, Yusuf Kunto dari golongan muda mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Kemudian, mereka bersama-sama menjemput Bung Karno dan Bung Hatta untuk kembali ke Jakarta.

Ahmad Soebardjo bahkan telah memberikan jaminan bahwa proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia akan diumumkan pada keesokan harinya yakni pada 17 Agustus 1945.

Beli Buku di Gramedia

3. Penyusunan Teks Proklamasi

Setelah peristiwa Rengasdengklok tersebut terjadi dan Bung Karno bersedia untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, maka pada saat rombongan di Jakarta, dilakukanlah penyusunan naskah proklamasi.

Pada malam hari di tanggal 16 Agustus 1945, penyusunan naskah proklamasi dilakukan. Musyawarah tersebut dilakukan di rumah Laksamana Maeda, seorang kepala perwakilan Angkatan Laut Jepang, yang terletak di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta.

Grameds, kamu pasti bingung kenapa Laksamana Maeda, seorang kepala Angkatan Laut Jepang mengizinkan rumahnya untuk dijadikan markas dalam penyusunan teks proklamasi tersebut?

Karena Laksamana Maeda kebetulan dekat dengan para Pemuda Indonesia dan bersahabat dengan Ahmad Soebardjo. Selain itu, Laksamana Maeda sangat bersimpati dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya.

Pemilihan rumah Laksamana Maeda merupakan ide yang cukup cemerlang karena rumah tersebut dijamin akan keamanannya karena Laksamana Maeda memiliki jabatan tinggi sehingga sangat dihormati oleh para Angkatan Darat Jepang di sekitarnya. Kini, rumah tersebut telah dijadikan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Malam itu juga, segera dilaksanakanlah musyawarah antara golongan muda dan golongan tua dalam rangka menyusun naskah proklamasi. Penyusunan naskah proklamasi tersebut berjalan lancar dengan kalimat pertama dalam naskah tersebut adalah hasil dari gagasan Bung Karno dan Ahmad Soebardjo dan kalimat terakhir adalah gagasan dari Bung Hatta.

Beli Buku di Gramedia

Setelah konsep naskah proklamasi tersebut selesai dengan ditulis oleh Bung Karno, segera dibacakan di hadapan hadirin yang ada. Bung Karno dan Bung Hatta mengusulkan bahwa naskah tersebut harus ditandatangani oleh segenap hadirin. Namun, Sukarni memberikan usulan berupa yang menandatangani naskah tersebut sebaiknya adalah Bung Karno dan Bung Hatta saja, atas nama bangsa Indonesia.

Usul dari Sukarni tersebut disetujui oleh para hadirin kemudian naskah proklamasi tersebut diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik miliknya.

Maka, diputuskanlah bahwa proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia akan dibacakan di tempat kediamanan Bung Karno yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta, tepat pukul 10.00 WIB.

4. Pembacaan Teks Proklamasi

https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/

Sebelum naskah proklamasi dibacakan, Bung Karno terlebih dahulu melakukan pidato mengenai bagaimana perjuangan bangsa Indonesia ini mencapai kemerdekaannya. Setelah itu, dilakukanlah pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Suhud dan Latief. Kemudian, acara yang terakhir adalah sambutan Walikota Jakarta yakni Suwirjo dan Dr. Muwardi.

Tokoh Penting Dibalik Peristiwa Rengasdengklok

Setelah mengetahui bahwa peristiwa Rengasdengklok menjadi tonggak awal kemerdekaan Indonesia, maka kita tidak boleh melupakan mereka yang telah berperan penting tersebut. Dapat dilihat bahwa para pemuda alias golongan muda telah memberikan jasa yang besar bagi peristiwa tersebut.

Mari kita bahas siapa saja tokoh yang berperan besar dan penting tersebut. Yuk simak uraian berikut!

1. Sukarni

Tokoh Sukarni lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 14 Juli 1916, dengan nama Sukarni Kartodiwirjo. Dalam peristiwa Rengasdengklok, Beliau memiliki peran penting dengan mendesak Bung Karno untuk segera melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Beliau juga memberikan gagasan untuk menulis “atas nama Bangsa Indonesia” di bagian akhir teks proklamasi.

2. Chaerul Saleh

Chaerul Saleh merupakan salah satu tokoh politik Indonesia yang pernah menjabat sebagai menteri, wakil perdana menteri, dan ketua MPRS pada tahun 1957 hingga 1966. Sebagai tokoh besar, Chaerul Saleh turut berjuang untuk bangsa Indonesia termasuk pada peristiwa Rengasdengklok.

Beliau bersama tokoh Wikana dan beberapa pemuda lainnya turut berjasa dalam peristiwa Rengasdengklok. Beliau juga adalah sosok dibalik penyiaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kepada seluruh bangsa Indonesia setelah adanya kekalahan Jepang oleh pihak Sekutu.

3. Wikana

Tokoh Wikana lahir di Sumedang, Jawa Barat pada 18 Oktober 1914. Setelah peristiwa kemerdekaan Indonesia, Wikana ditunjuk menjadi Ketua Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang mempunyai tujuan untuk memperkuat negara kesatuan Republik Indonesia dengan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

4. Sayuti Melik

Tokoh Sayuti Melik ini mempunyai nama asli Mohammad Ibnu Sayuti. Beliau berperan penting dalam peristiwa Proklamasi Indonesia dengan mengetik naskah Proklamasi tersebut yang sebelumnya ditulis tangan Bung Karno.

5. Sutan Sjahrir

Sutan Sjahrir lahir pada 5 Maret 1909. Beliau merupakan tokoh politikus dan perdana menteri pertama di Indonesia pada tahun 1945 hingga 1947. Sutan Sjahrir adalah tokoh pertama yang mengetahui kabar mengenai kekalahan Jepang terhadap sekutu. Setelah itu, Beliau memberitahukan kepada para golongan muda dan melakukan penculikan Bung Karno serta Bung Hatta ke Rengasdengklok.

Sutan Sjahrir meninggal dunia dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di Jakarta. Melalui Keppres nomor 76 Tahun 1966, Sutan Sjahrir ditetapkan sebagai salah seorang dari Pahlawan Nasional Indonesia atas jasa-jasanya dalam kemerdekaan Indonesia.

6. Latif Hendraningrat

Abdul Latief Hendraningrat atau kerap dipanggil sebagai Latif Hendraningrat ini adalah salah satu tokoh penting dibalik peristiwa Rengasdengklok. Beliau lahir di Jakarta pada 15 Februari 1911. Sebelumnya, Latief adalah seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco. Latief Hendraningrat berperan sebagai pengerek bendera Sang Saka Merah Putih pada saat peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini juga tidak akan terjadi apabila golongan tua turut ikut dalam prosesnya. Beberapa golongan tua juga berperan penting baik dalam peristiwa Rengasdengklok maupun peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

7. Achmad Soebardjo

Achmad Soebardjo lahir dengan nama asli Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Beliau merupakan menteri luar negeri Indonesia yang pertama. Beliau berperan dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan menyusun konsep naskah proklamasi bersama Bung Karno dan Bung Hatta.

Selain itu, Achmad Soebardjo juga berhasil menyelesaikan konflik antara golongan muda dan golongan tua saat peristiwa Rengasdengklok tersebut.

8. Adam Malik Batubara

Tokoh Adam Malik Batubara ini lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 22 Juli 1917. Beliau adalah Menteri Luar Negeri dan pernah menjadi wakil presiden Indonesia yang ketiga.

Menjelang 17 Agustus 1945, Beliau bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, membawa kembali Bung Karno dan Bung Hatta kembali dari Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Peran Beliau ini sangat penting karena menggerakkan rakyat untuk berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta saat peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Beli Buku di Gramedia

9. Laksamana Maeda

Laksamana Maeda merupakan seorang kepala Angkatan Laut Jepang yang bertugas di Indonesia. Beliau mempunyai simpati yang besar kepada perjuangan bangsa Indonesia dalam usaha memperoleh kemerdakaan. Laksamana Maeda telah bersahabat dekat dengan Ahmad Soebardjo.

Walaupun Beliau bukan bangsa Indonesia, tetapi jasa Beliau dengan mengizinkan rumahnya dijadikan oleh segenap tokoh golongan muda dan golongan tua untuk melakukan diskusi perihal naskah proklamasi Indonesia.

Namun sayangnnya, pihak Jepang menangkap Beliau dengan tuduhan sebagai pengkhianat. Meskipun telah disiksa beberapa kali, Laksamana Maeda tidak mau mengaku. Akhirnya, setelah dipulangkan ke negaranya, Maeda mengundurkan diri dari jabatannya dan menjadi rakyat biasa serta tidak mendapatkan tunjangan pensiun (dilansir dari bbc.com).

Baca Juga Artikel & Buku Terkait

Buku Ekonomi
Buku Soekarno
Buku Sosiologi
Buku Geografi
Buku Ideologi Pancasila
Buku Sejarah Indonesia

Pengertian Sejarah
Daftar Pahlawan Revolusi
Daftar Pahlawan Nasional Indonesia
Organisasi Pergerakan Nasional
Sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI
Sejarah Teks Proklamasi
Sejarah Pertempuran Surabaya
Sejarah Sumpah Pemuda
Tujuan PPKI dibentuk
Hasil Sidang PPKI Pertama
Proses Penyusunan Teks Proklamasi

Beli Buku di Gramedia

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.