Psikologi

Trigger: Pengertian, Contoh, serta Hal yang Penyebab Trigger

Trigger adalah
Written by Sevilla Nouval

Trigger adalah – Trigger atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti “pemicu”. Pemicu juga dapat berarti pengingat sensorik yang akan menyebabkan berbagai ingatan menyakitkan ataupun berbagai gejala tertentu muncul kembali. Jika seseorang mengalami peristiwa traumatis, mereka sangat mungkin mengingat suara, bau, ataupun pemandangan tertentu terkait pengalaman tersebut.

Hal Ini yang akan memunculkan berbagai perasaan tak nyaman, mulai dari perasaan cemas hingga panik. Mengenali trigger ataupun pemicu bagi seseorang yang memiliki trauma akan sangat penting untuk dapat menghindarkan seseorang dari perasaan-perasaan mengganggu tertentu.

Meski begitu, tak semua orang mengetahui secara pasti apa trigger dan penyebabnya apa saja. Untuk mengetahui lebih dalam tentang trigger, kamu bisa simak artikel ini, Grameds. Berikut di bawah ini adalah pengertian hingga penyebab trigger yang bisa kamu simak.

Pengertian Trigger

Dalam psikologi, “trigger” merupakan stimulus yang menyebabkan ingatan menyakitkan yang mungkin muncul kembali. Pemicu sendiri dapat berupa pengingat sensorik dari suatu peristiwa traumatis. Adapun pemicu ini bisa berupa suara, penglihatan, penciuman, sensasi fisik, atau bahkan pada waktu dan musim. Perubahan Iklim yang kuat atau misalnya pada suara kembang api dapat menjadi pemicu bagi para veteran perang yang mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Selain itu, ketakutan pada suatu jenis anjing tertentu yang mungkin menjadi pemicu pada seseorang yang digigit saat ia masih kecil. Selain trauma, istilah “pemicu” atau “trigger” juga kerap digunakan dalam konteks kesehatan mental lainnya.

Pemicunya dapat berupa apa saja yang kemudian mengaktifkan atau memperburuk gejala kondisi kesehatan mental, seperti misalnya pada gangguan obsesif kompulsif (OCD) atau gangguan penggunaan zat. Misalnya, pada seseorang dengan OCD tipe kontaminasi mungkin dipicu ketika melihat gagang pintu yang kotor serta bereaksi dengan rasa takut yang ekstrem. Tidak hanya itu, seseorang dengan gangguan penggunaan alkohol mungkin dipicu oleh bau alkohol yang tidak bisa diterima oleh dirinya

Secara umum, ketika seseorang “dipicu” atau “triggered”, mereka diprovokasi oleh stimulus yang memperburuk gejala peristiwa traumatis atau kondisi kesehatan mental. Ketika rasa traumatis muncul maka bisa saja mengejutkan orang lain karena responnya yang terlihat tidak proporsional atau tidak seperti biasanya. Hal ini dapat terjadi karena individu yang dipicu secara mental menghidupkan kembali trauma aslinya.

Misalnya, pada orang dewasa yang mengalami pengabaian sebagai seorang anak mungkin akan merasa terpicu dari teks yang tidak dijawab (sebuah pertanyaan yang menanyakan siapa orang tua). Ketidakpastian mengapa mereka tidak menerima tanggapan dapat menyebabkan mereka menghidupkan kembali berbagai perasaan ditinggalkan oleh orang tua.

Bagaimana Trigger Terbentuk?

Trigger adalah

pixabay.com

Sebuah studi di tahun 2004 yang dilansir dari laman psychcentral, mengungkapkan bahwa indera kita (misalnya pada indra penglihatan, penciuman, atau suara) memainkan berbagai peran penting dalam membentuk ingatan. Satu teori yang menyatakan bahwa pemicu terkait trauma ini mungkin terasa sangat kuat karena indera kita sangat terlibat.

Ketika mengalami trauma, otak akan cenderung menyimpan rangsangan sensorik di sekitarnya ke dalam memori. Kemudian, kita akan menemukan pemicu sensorik ini selang beberapa tahun dan  otak dapat mengaktifkan kembali perasaan yang terkait dengan trauma tersebut. Dalam beberapa kasus, kita bahkan mungkin tidak menyadari mengapa kita merasa takut ataupun kesal terhadap sesuatu hal.

Misalnya, jika kamu mengalami kecelakaan mobil yang parah saat sedang mendengarkan lagu tertentu atau saat mengunyah permen karet anggur, pengalaman sensorik ini dapat menjadi pemicu selama bertahun-tahun yang akan datang. Namun, apakah dua orang yang mengalami peristiwa satu kali atau serangkaian peristiwa traumatis yang sama akan memberikan respon trauma yang sama juga?

Faktanya, peristiwa yang sama dapat menyebabkan dua orang merespons secara berbeda. Satu orang mungkin mencapai titik penerimaan tentang pengalaman yang meresahkan, sedangkan orang lain mungkin mengembangkan PTSD. Perbedaan respons ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Berdasarkan penelitian di tahun 2014, cara peristiwa traumatis berdampak pada individu bergantung kepada beberapa faktor, diantaranya:

  • Ciri-ciri kepribadian individu dan sejarah sosiokultural
  • Karakteristik khusus dari suatu acara
  • Tahap perkembangan emosional dari individu
  • Makna trauma pada seseorang

Contoh Trigger

Trigger adalah

pixabay.com

Pemicu juga datang dalam berbagai bentuk atau hal yang unik yang pernah dialami oleh seseorang. Pada dasarnya, ada berbagai macam contoh trigger. Berikut dibawah ini adalah beberapa contoh trigger:

  1. Liburan atau peringatan trauma ataupun kehilangan
  2. Suara, pemandangan, bau, juga rasa tertentu yang berhubungan dengan trauma
  3. Argumen, teriakan, suara keras
  4. Diejek atau dihakimi
  5. Kesendirian
  6. Penolakan
  7. Pengabaian
  8. Putusnya suatu hubungan
  9. Kekerasan dalam suatu berita
  10. Pelecehan seksual atau sentuhan yang tak diinginkan
  11. Penyakit fisik ataupun cedera yang dimiliki oleh seseorang

Apa yang Dapat Dilakukan Jika ke-Trigger?

Trigger adalah

unsplash.com

Tak bisa dipungkiri bahwa trigger bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Meski begitu, kita masih bisa melakukan beberapa hal ketika sudah ke-trigger. Berikut ini hal yang perlu dilakukan ketika kamu sedang ke-trigger.

1. Latih Belas Kasih dan Penerimaan Diri

Sebisa mungkin, cobalah untuk tidak merasa kesal pada diri sendiri karena memiliki perasaan ini. Sayangi dirimu sendiri selayaknya kamu mencintai orang yang paling kamu kasihi.

Segera setelah merasa terpicu, cobalah untuk dapat melihat situasi secara menyeluruh. Dengan kata lain, cobalah untuk dapat memiliki perspektif yang baru dalam melihat suatu permasalahan. Kenali dari mana saja perasaan intens ini berasal yang kemungkinan bukan dari pemicu itu sendiri, tetapi dari pengalaman traumatis sebelumnya.

2. Cobalah Bermeditasi

Selanjutnya, cobalah untuk menarik napas dalam-dalam serta ingatkan diri bahwa kini kamu sudah dalam kondisi yang aman sekarang. Kamu dapat mengulangi mantra di kepala jika hal ini membantu, Kamu juga dapat mengingatkan diri sendiri, “Saya aman. Ini bukanlah saat itu, sekarang adalah sekarang”

Berlatih meditasi juga dapat menjadi sangat berguna untuk membantu mengurangi kecemasan berlebihan yang kamu miliki. Sebuah tinjauan penelitian tahun 2013 yang melibatkan 207 studi menemukan bahwa meditasi kesadaran adalah cara yang efektif untuk dapat menurunkan kecemasan, depresi, dan stres. Bahkan terdapat praktik mindfulness berdasarkan trauma yang dapat dicoba.

Hal-Hal yang Berpotensi Menjadi Penyebab Trigger

Trauma sendiri berkaitan langsung dengan tekanan psikologis yang dimiliki oleh seseorang. Kondisi emosional ini akan berpengaruh pada bagaimana seorang individu ini dalam merespons berbagai kejadian buruk seperti misalnya dalam suatu kecelakaan, pelecehan seksual, perundungan, dalam suatu bencana, dan lain sebagainya.

Seseorang yang mengalami trauma akan selalu dihantui oleh perasaan tidak aman, bahkan hingga mengganggu kesehariannya. Hal ini dikarenakan trauma seringkali muncul kembali, tentu dengan kembalinya trauma juga dipicu oleh berbagai faktor. Lalu, apa sajakah faktor pemicu yang menyebabkan munculnya trauma yang dialami oleh seseorang? Berikut beberapa hal yang dapat menjadi pemicu atau trigger trauma dari seseorang.

1. Situasi yang Mengundang Kecemasan

Trigger adalah

pixabay.com

Trauma yang dimiliki oleh seseorang dapat menyebabkan sisi emosionalnya menjadi lebih rentan. Bahkan, dalam menghadapi situasi tertentu ia akan merasa overwhelmed. Bukan sembarang situasi, melainkan pada berbagai situasi yang mengundang kecemasan berlebih. Misalnya saja saat seseorang yang mengalami kecelakaan traumatis kemudian cenderung cemas untuk mengendarai kendaraan. Sebab, situasi ini dapat memicu otak memutar ulang memori.

Beberapa situasi yang dapat menjadi trauma trigger dan membuat cemas diantaranya adalah sentuhan fisik yang tak diinginkan, interaksi dengan seorang figur tertentu, mengalami penolakan, dan lain sebagainya. Meski dalam beberapa situasi tersebut dianggap wajar oleh sebagian orang, tetapi individu yang mengalami trauma akan merespon dengan cara yang berbeda sesuai dengan trauma yang pernah ia miliki.

2. Emosi Tertentu yang Berkaitan Erat dengan Peristiwa Traumatis

Peristiwa traumatis berkaitan erat dengan pengalaman emosional yang berlangsung secara subjektif. Itu artinya, setiap orang merasakan perasaan yang berbeda yang menyangkut dengan pengalaman hidupnya. Kondisi emosional akibat trauma ini sendiri biasanya memunculkan perasaan kelelahan serta perasaan terisolasi.

Beberasa emosi yang dapat memicu trauma diantaranya adalah merasa diabaikan, ditinggalkan, dicurangi, hingga perasaan sedih yang berlarut-larut. Jika kamu merasakan emosi negatif yang berkepanjangan, segera meminta pertolongan, ya!

3. Suara Tertentu yang Dapat Merangsang Ingatan Menyakitkan

Trigger adalah

pixabay.com

Sebagian besar perisitiwa dalam hidup diiringi oleh suara-suara. Oleh sebab itu, ketika mendengar suara dapat merangsang ingatan-ingatan yang menyakitkan di dalam diri seseorang. Jika suara tersebut identik dengan pengalaman traumatis, maka tubuh akan memunculkan respon tak aman.

Beberapa contoh suara yang dapat menjadi trauma trigger diantaranya adalah dari sirene, kembang api, tembakan, tangisan, serta teriakan. Kalau kamu mendengar suara tertentu, kemudian kamu merasa tak nyaman, maka hal itu bisa jadi pertanda bahwa kamu pernah mengalami peristiwa buruk di masa lalu yang disebabkan oleh suatu suara.

4. Benda atau Hal Lain yang Kamu Saksikan Kemudian Terasa Sangat Mengganggu

Penglihatan manusia seperti kamera yang memotret setiap peristiwa. Potret-potret ini tersimpan dalam ingatan serta dapat terputar kembali sewaktu-waktu. Dengan kata lain, benda serta  kejadian yang kamu saksikan dapat memicu munculnya berbagai kenangan buruk. Rangsangan visual ini sendiri dapat menjadi trauma trigger.

Adapun benda atau hal yang ketika dilihat memunculkan trigger trauma, seperti pada bangunan, pada pakaian, pada lingkungan, serta pemandangan. Misalnya, jika seseorang sebelumnya mengalami penyiksaan, kemudian akan terus merasa tak aman saat melihat adegan kekerasan.

5. Indera Penciuman adalah Kotak Pandora yang Membuka Luka

Trigger adalah

pixabay.com

Selain indera pendengaran serta indera penglihatan, indera penciuman juga dapat menjadi trauma trigger. Pernahkah kamu mencium aroma tertentu, kemudian seketika dihinggapi suatu perasaan? Hal ini sendiri disebabkan oleh otak manusia mengidentifikasi aroma dengan suatu peristiwa.

Proses identifikasi yang dilakukan oleh otak kepada aroma dapat memunculkan kembali luka lama. Contoh aroma yang dapat memicu trauma diantaranya adalah pada parfum, bau alkohol, bensin, serta masih banyak lagi.

Buku-Buku Terkait

1. Mind-Power : Rahasia Keajaiban Mental

Trigger adalah

Hasrat Anda, atau keinginan, menggerakkan Kekuatan Pikiran yang bertindak atas substansi materi tubuh dan menyebabkannya bertindak. Apa yang mengalir di sepanjang jaringan saraf? Apakah itu listrik, atau magnet? Tidak! Itu adalah hal yang halus dan misterius yang saya sebut Kekuatan Pikiran, dan yang terikat dengan prinsip kehendak pikiran. Kekuatan Pikiran adalah kekuatan hidup aktual. Ia adalah kekuatan yang membuat tanaman tumbuh—dan tubuh hewan tumbuh—dan yang memungkinkan semua makhluk hidup bergerak dan bertindak. Ia adalah kekuatan yang memungkinkan jamur yang tumbuh untuk mengangkat lempengan batu paving—atau menyebabkan akar pohon membelah batu-batu besar, masuk ke celah-celah yang telah mereka retakkan. Kekuatan Pikiran bukanlah sesuatu yang abstrak atau spekulatif—ia adalah kekuatan yang ada, hidup, berdaya mental, memiliki daya tindakan, memanifestasikan sesuatu yang mengandung kekuatan yang meledak-ledak (appalling), dan kadang-kadang lembut (delicate), sentuhan subtil yang nyaris tak dapat dilihat, namun mencapai tujuannya.

2. The Things You Can See Only When You Slow Down

Trigger adalah

Buku terlaris berjuta-juta salinan kebijaksanaan spiritual tentang pentingnya melambat di dunia kita yang serba cepat, oleh penulis Buddhis Love for Imperfect Things, “Nasihat bijak tentang cara merenung dan memperlambat.” –Elle Apakah dunia ini sibuk, atau apakah ini pikiran saya? Dunia bergerak cepat, tetapi itu tidak berarti kita harus melakukannya. Panduan perhatian terlaris ini oleh Haemin Sunim (yang berarti “kebijaksanaan spontan”), seorang guru meditasi Buddhis terkenal yang lahir di Korea dan dididik di Amerika Serikat, menerangi jalan menuju kedamaian batin dan keseimbangan di tengah banyaknya tuntutan kehidupan sehari-hari. Dengan menawarkan petunjuk jalan menuju kesejahteraan dan kebahagiaan di delapan bidang – termasuk hubungan, cinta, dan kerohanian – Haemin Sunim menekankan pentingnya menjalin hubungan yang lebih dalam dengan orang lain dan berbelas kasih serta memaafkan terhadap diri sendiri. Lebih dari dua puluh ilustrasi penuh warna yang menyertai ajarannya berfungsi sebagai selingan visual yang menenangkan, mendorong kami untuk memperhatikan bahwa ketika Anda melambat, dunia melambat bersama Anda.

3. Merawat Luka Batin

Trigger adalah

“You are what you think,” begitu kata banyak orang. Padahal, ketika saya berpikir saya kaya, uang dalam rekening saya tidak otomatis bertambah. Akan lebih tepat jika kutipan ini sedikit diubah menjadi “You are how you think”, karena perasaan dan diri kita bergantung pada bagaimana cara kita berpikir. Buku ini berisi tentang proses berpikir, bukan sekadar berpikir dengan positif. Saat perasaan sedang tidak baik-baik saja, terlebih pada keadaan depresi, proses pikir kita biasanya ikut andil dalam memperburuk keadaan. Namun, sulit bagi kita untuk menyadari proses berpikir yang bermasalah ini karena kita menganggapnya sebagai cara kita melihat realitas. Menyadari pikiran yang keliru saat hal itu muncul bukanlah hal yang mudah. Buku ini memuat beberapa pola untuk membentuk cara berpikir yang tepat. Tak hanya orang-orang yang sedang merawat luka batin, para caregiver dan penyintas depresi juga bisa menarik manfaat dari buku ini. Semoga buku ini juga bisa menghapus stigma tentang depresi dan menunjukkan bahwa gangguan kejiwaan, termasuk depresi, bisa dialami siapa saja.

4. Mental Alchemy

Trigger adalah

Ketika Kesadaran-Ego didapatkan pada tingkatan tertentu, “Aku”, menyadari bahwa ia pada sifat dasarnya yang paling dalam tak lebih dari Kehendak, melihat bahwa Kebalikan dari Emosi dan Perasaan hanyalah hal ihwal yang menjadi miliknya, namun bukanlah dirinya, hal-hal yang objektif untuk Diri subjektifnya. Ia melihat mereka sebagai pakaian yang bisa dikenakan dan dicopot, sebab pakaian itu sesuai dengan khayalan atau minatnya. Ia melihat mereka tak lebih dari sejumlah topeng karakter yang bisa saja dipakai, dan kemudian dilepas dan ditukar dengan topeng lain, yang mungkin saja menjadi topeng yang tampak paling bagus atau paling diinginkan. Dari momen ketika kesadaran ini muncul dalam diri individu, bahkan pada derajat yang paling lemah, sang individu mulai bergerak menuju Kebebasan, dan mulai melangkah untuk Menguasai lawan, menuju Penguasaan terhadap apa-apa yang berkebalikan.

Demikian penjelasan mengenai trigger adalah, mulai dari pengertian hingga penyebabnya. Dari semua pembahasan di atas, semoga bermanfaat ya!

Jika kamu ingin mencari buku tentang kondisi mental, maka bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Sofyan

Sumber: dari berbagai sumber

BACA JUGA:

  1. Apa Itu Anxiety? Perasaan Takut yang Tidak Tahu Penyebabnya
  2. Cara Mengatasi Kecemasan Berlebihan (Anxiety Disorder)
  3. Apa Itu Social Anxiety Disorder/Kecemasan Sosial?
  4. 8 Rekomendasi Buku Teori Kecemasan Best Seller
  5. Rekomendasi Buku Self Healing: Bantu Mengatasi Kecemasanmu

About the author

Sevilla Nouval

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Instagram saya Sevilla