Agama Islam

Perbedaan Musyrik dan Syirik dalam Agama Islam

pengertian musyrik
Written by Yufi Cantika

Perbedaan Musyrik dan Syirik dalam Agama Islam – Bagi Grameds yang menganut agama Islam mungkin tidak asing lagi dengan kata musyrik dan syirik. Grameds kerap mendengar istilah tersebut dari beberapa orang, baik di acara televisi hingga pengajian umum. Namun, tahukah kamu perbedaan antara musyrik dan syirik?

Apakah kedua kata tersebut ada bedanya? Perbedaan di antara keduanya menjadi hal penting yang wajib untuk diketahui umat muslim. Secara singkat, kata musyrik berkaitan dengan orang yang mempersekutukan Allah. Orang musyrik mengakui adanya Tuhan selain Allah.

Sedangkan syirik dapat diartikan sebagai perbuatan menyembah atau menyekutukan sesuatu selain Allah. Pengertian syirik dapat dipahami sebagai fenomena kemasyarakatan yang terjadi akibat jauhnya ajaran tauhid dari masyarakat. Keduanya memiliki ciri dan hukumnya masing-masing.

Agama Islam hadir sebagai agama pencerah bagi setiap manusia. Allah SWT menurunkan agama Islam sebagai pedoman dan petunjuk yang diharapkan dapat membimbing manusia ke jalan yang benar untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

Allah SWT telah menciptakan, memelihara, mengembangkan, mendidik, dan mengatur alam dengan segala isinya. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dengan kelebihan paling urgen, yakni akal.

Gramedia.com telah merangkum artikel untuk memahami perbedaan antara musyrik dan syirik. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

Beli Buku di Gramedia

Perbedaan Musyrik dan Syirik dalam Agama Islam

Meski Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, fenomena musyrik masih banyak ditemukan. Fenomena musyrik masih bermunculan karena masyarakat kurang paham mengenai ajaran tauhid.

Agama Islam merupakan agama pencerah yang membebaskan manusia dari aktivitas menyembah berhala dan kembali kepada Allah Sang Maha Pencipta. Simak artikel ini sampai tuntas untuk mengetahui lebih dalam perbedaan musyrik dan syirik.

Pengertian Musyrik dalam Islam

Musyrik merupakan kebalikan atau lawan dari tauhid. Musyrik dapat diartikan sebagai perbuatan menyekutukan Allah SWT dengan segala hal. Orang yang menyamakan Allah SWT dengan selain Allah dalam hal-hal yang berkaitan dengan kekhususan Allah disebut musyrik.

Orang atau pelaku yang memalingkan sesuatu kepada selain Allah dapat diartikan perbuatan musyrik. Mereka (orang musyrik) akan mempersekutukan Allah SWT dalam bentuk itikad atau kepercayaan, amalan perbuatan, maupun ucapan.

Syekh Ibnu Hasan Bisry At-Turjani berpendapat bahwa terdapat tiga golongan orang musyrik, yakni musyrik murni, musyrik perbuatan, dan musyrik pemujaan. Pertama, musyrik murni dapat diartikan sebagai orang dengan perbuatan dan cara ibadah yang dilakukan tidak sesuai akidah Islam.

Orang musyrik murni lebih menyukai perbuatan yang dilakukan nenek moyang atau pemimpin spiritual mereka. Kedua, musyrik perbuatan merupakan orang yang mengaku Islam dengan amal ibadah tidak mencerminkan seorang mukmin.

Mereka bersyahadat, menjalankan salat, puasa, zakat, dan haji. Namun, masih mempercayai benda bertuah yang dianggap memiliki kekuatan gaib, seperti tombak, keris, todan aji, dan benda lainnya. Kemudian orang musyrik perbuatan kerap mengunjungi dukun atau orang pintar.

Ketiga, musyrik pemujaan merupakan orang Islam awam yang kerap mendatangi tempat-tempat keramat. Tempat yang dimaksud ialah kuburan para wali, pohon-pohon, dan gua-gua yang dianggap keramat. Mereka pergi ke kuburan para wali bukan untuk berziarah, melainkan untuk meminta berkah.

Orang musyrik pemujaan kurang memahami akidah Islam sehingga mereka melakukan pemujaan ke tempat keramat. Mereka juga kerap pergi ke gunung untuk membuat perjanjian dengan penunggu tempat keramat demi mendapatkan imbalan kekayaan.

Berikut beberapa poin yang menjadi ciri-ciri orang musyrik:

  1. Memalingkan segala bentuk ibadah kepada selain Allah SWT;
  2. Memiliki tujuan beribadah kepada selain Allah SWT;
  3. Dalam hal kemaksiatan, mereka menaati selain Allah SWT; dan
  4. Dalam hal kecintaan, mereka menyamakan dengan selain Allah SWT.

Beli Buku di Gramedia

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surah Al-Luqman ayat 13 mengenai perbuatan musyrik yang sangat berdosa, berbunyi:

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 48 mengenai orang syirik yang tidak diampuni, berbunyi:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.

Saat meninggal dunia, surga akan diharamkan atas orang yang berbuat musyrik semasa hidupnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surah Al-Maidah ayat 72 yang berbunyi:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۗوَقَالَ الْمَسِيْحُ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۗاِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ

Artinya: Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.

Kemudian Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Kahfi ayat 102 yang berbunyi:

اَفَحَسِبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ يَّتَّخِذُوْا عِبَادِيْ مِنْ دُوْنِيْٓ اَوْلِيَاۤءَ ۗاِنَّآ اَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ نُزُلًا

Artinya: Maka apakah orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sungguh, Kami telah menyediakan (Neraka) Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.

Pengertian Syirik dalam Islam

Kata syirik terdapat dalam Alquran sebagai kitab suci umat Islam. Syirik kerap diartikan memiliki Tuhan yang lebih dari satu. Kata syirik berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang memiliki arti mencampurkan dua atau lebih benda yang berbeda seolah-olah sama.

Mempersekutukan Tuhan dengan menjadikan suatu objek pemujaan atau tempat untuk menggantungkan harapan maupun dambaan dalam hal kufur disebut syirik. Mengingkari kemahakuasaan dan kesempurnaan Allah SWT merupakan perbuatan syirik.

Pengertian syirik menurut Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tuwaijiri ialah menyekutukan Allah SWT dalam rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, asma (nama-nama), dan sifat-Nya. Rusaknya pikiran atau tingkah laku yang menyebabkan kejahatan dan penyelewengan disebabkan oleh perbuatan syirik.

Quraish Shihab sebagai seorang ulama dan ahli tafsir menunjukkan bahwa perbuatan syirik merupakan dosa terbesar karena bukti-bukti keesaan Allah SWT jelas terbentang di alam raya. Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam menciptakan manusia dengan potensi untuk mengenal-Nya dan memenuhi tuntutan-Nya.

Perbuatan syirik dapat dilihat saat seorang hamba meyakini bahwa ada Sang Penolong atau Sang Pencipta selain Allah SWT. Kondisi seorang hamba berkeyakinan bahwa ada Tuhan selain Allah SWT yang berhak disembah disebut syirik.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa keberhalaan muncul akibat penghormatan berlebihan yang diiringi keinginan untuk mengabadikan kenangan tokoh-tokoh besar. Sebuah patung akan dipahat saat seorang tokoh besar meninggal dunia untuk menghidupkan kenangan dalam diri.

Kemudian seiring berjalannya waktu, patung yang dipahat akhirnya berubah menjadi sesembahan. Menurut Yusuf Qardhawi, syirik kaum Nabi Nuh AS menjadi perbuatan syirik yang pertama kali terjadi di bumi.

Penyebab perbuatan syirik kaum Nabi Nuh AS ialah sikap ghuluw (berlebihan) terhadapt orang-orang saleh. Perbuatan syirik tebagi menjadi enam macam, yakni syirik al-Istiqlal, syirik at-Tab’id, syirik at-Taqrib, syirik at-Taqlid, syirik al-Asbab, dan syirik al-Aghrad.

Syirik al-Istiqlal dapat diartikan sebagai kondisi yang menetapkan pendirian bahwa Tuhan itu ada dua. Kemudian keduanya bebas bertindak sendiri-sendiri. Perbuatan syirik yang satu ini terlihat pada orang majusi atau penyembah api. Orang majusi berpendapat bahwa Tuhan ada dua, pertama Ahuramazda (Tuhan segala kebaikan) dan Ahriman (Tuhan segala kejahatan).

Selanjutnya, syirik at-Tab’id merupakan perbuatan syirik yang menyusun Tuhan terdiri dari beberapa Tuhan. Syirik at-Taqrib dapat diartikan sebagai perbuatan syirik yang memuja atau beribadat kepada selain Allah SWT.

Perbuatan syirik yang satu ini terlihat pada orang jahiliah zaman dahulu. Syirik at-Taqlid merupakan perbuatan syirik yang memuja atau beribadat kepada selain Allah SWT karena taqlid atau turut-turutan kepada orang lain. Berikutnya, syirik al-Asbab merupakan perbuatan syirik yang menyandarkan pengaruh kepada sebab-sebab biasa.

Perbuatan syirik jenis ini terlihat pada orang-orang ahli filsafat dan penganut paham naturalis. Mereka berpendapat bahwa Tuhan itu ada, tetapi segala kejadian alam tidak berhubungan dengan Tuhan. Terakhir, syirik al-Aghrad dapat diartikan sebagai perbuatan syirik yang beramal bukan karena Allah SWT.

Beli Buku di Gramedia

Berikut beberapa poin yang menjadi ciri-ciri kesyirikan paling mencolok sesuai dengan Alquran:

  1. Berjalan bukan dijalan Allah SWT;
  2. Kehinaan dan keagungan diri digantungkan kepada selain Allah SWT;
  3. Menjalankan hukum yang diproduksi selain Allah SWT;
  4. Berusaha demi selain Allah SWT;
  5. Menjalankan serikat dengan selain-Nya;
  6. Menyokong kegiatan yang tidak diridai Allah SWT; dan
  7. Gentar terhadap selain Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surah At-Taubah ayat 113 mengenai perbuatan musyrik yang tidak bisa diampuni, kecuali dengan taubat dan meninggalkan perbuatan syirik sejauh-jauhnya.

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوْٓا اُولِيْ قُرْبٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa-dosa selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surah Al-Isra ayat 39 mengenai dampak kesyirikan yang akan dipetik di akhirat kelak.

ذٰلِكَ مِمَّآ اَوْحٰٓى اِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ الْحِكْمَةِۗ وَلَا تَجْعَلْ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ فَتُلْقٰى فِيْ جَهَنَّمَ مَلُوْمًا مَّدْحُوْرًا

Artinya: Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu (Muhammad). Dan janganlah engkau mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela dan dijauhkan (dari rahmat Allah).

Grameds, itulah ulasan mengenai perbedaan musyrik dan syirik dalam ajaran agama Islam yang perlu diketahui oleh umat Muslim. Pada intinya musyrik merupakan orang atau pelaku yang berbuat syirik. Sedangkan syirik ialah perbuatan menyekutukan Allah SWT.

Penting untuk mengajarkan ilmu tauhid sejak dini untuk membentengi diri dari perbuatan musyrik dan syirik. Semoga penjelasan mengenai perbedaan musyrik dan syirik di atas dapat membuat Grameds lebih memahami ajaran agama Islam.

Baca Juga:

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika