Agama Islam

Pengertian Zuhud Menurut Para Ahli, Ciri, Tingkatan, dan Contohnya

Pengertian Zuhud
Written by Yufi Cantika

Pengertian Zuhud – Dalam sebuah kehidupan di dunia pastinya manusia sebagai makhluk menginginkan kehidupan yang sejahtera dan serba berkecukupan. Manusia berlomba-lomba menjadi siapa yang paling sukses di antara mereka dengan memiliki jabatan yang tinggi, pekerjaan dengan bayaran yang besar, serta mendapat penghormatan dari setiap orang.

Semua hal yang telah disebutkan di atas merupakan hal yang menyangkut urusan duniawi segala harta benda dan penghormatan yang dimiliki manusia selama masih hidup di dunia.

Namun ada baiknya sebagai manusia yang pasti akan merasakan kematian tanpa terkecuali juga harus memikirkan bagaimana kehidupan setelah mati nanti di akhirat apakah akan berakhir bahagia sama seperti ketika masih hidup di dunia. Maka sebagai manusia yang masih mengingat tentang kehidupan setelah mati juga menghabiskan waktu, materi selama di dunia untuk kepentingan kehidupan di akhirat nantinya.

Dalam hal ini kita akan mengetahui sebuah akhlak mulia yang disebut dengan Zuhud. Dalam agama islam zuhud dikenal sebagai sebuah akhlak yang ditunjukkan oleh seseorang yang lebih memikirkan kehidupan akhirat dibanding kehidupan di dunia. Mereka yang melakukan perilaku zuhud menunjukkan sikap mereka yang mengutamakan kehidupan akhirat dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Nah, setelah mendapat penjelasan singkat di atas mengerti pengertian zuhud maka pada pembahasan kali ini kami telah merangkum berbagai informasi mengenai pengertian zuhud, ciri-ciri, tingkatan, dan contohnya yang dapat sobat Grameds sekalian pelajari di rumah.

Selanjutnya mari simak penjelasan mengenai pengertian zuhud berikut ini!

Pengertian Zuhud

Zuhud adalah memalingkan dan meninggalkan sesuatu yang dicintai, yaitu kemewahan material atau duniawi, dengan harapan akan keberadaan atau kebahagiaan yang lebih baik dan spiritual di akhirat.

Zuhud dalam tasawuf merupakan tingkatan yang harus dilalui seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Arti Zuhud dalam bahasa dan terminologi. Zuhud secara harfiah berarti meninggalkan sesuatu. Singkatnya, itu berarti meninggalkan kesenangan hidup duniawi yang sementara dan mematikan karena menginginkan kesenangan ukhrawi yang lebih baik dan abadi, padahal yang tersisa sama sekali tidak disukai, karena tidak ada nilainya.

Zuhud berarti pembebasan dari keterikatan pada dunia atau pelepasan dari perbudakan dunia. Jadi zuhud bukan berarti melepaskan kebutuhan dunia, karena hidup tidak lepas dari kebutuhan. Namun, jangan menganggap bahwa dunia adalah segalanya sehingga melupakan kehidupan setelah kematian. Zuhud menganggap pujian dan celaan itu sama.

Kata zuhud berasal dari bahasa Arab yang berarti tidak menginginkan sesuatu dengan menyerahkannya. Istilah zuhud merupakan salah satu istilah dari ilmu tasawuf.

Tasawuf sendiri mengacu pada ajaran dalam Islam yang mengajarkan bagaimana mensucikan diri, memperbaiki akhlak dan membangun kehidupan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan abadi bersama Allah SWT. Orang yang mempraktikkan tasawuf disebut Sufi.

Pengertian zuhud adalah usaha seseorang untuk mengalihkan perhatiannya dari dunia. Zuhud adalah mereka yang hanya fokus pada kepentingan akhirat atau surga. Meski juga disebutkan oleh beberapa pendapat, zuhud bukan berarti melupakan dunia.

Dilihat secara kasat mata, makna zuhud adalah amalan yang tidak membutuhkan harta di dunia. Jangan hidup seperti kebanyakan orang dalam mengejar kekayaan. Orang yang zuhud hanya mencari apa yang diperlukan, selama itu cukup untuk bertahan hidup di dunia ini.

Bisa dikatakan makna Zuhud adalah memilih melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja. Melupakan keinginan dan hanya melihat dunia dari sudut pandang “tidak membutuhkannya”. Zuhud menganggap dunia ini kecil.

Pengertian Zuhud

Pengertian Zuhud Menurut Para Ahli

1. Menurut Imam Abu Sulaiman Ad-Darani

Arti Zuhud adalah meninggalkan dari Allah SWT segala sesuatu yang memberatkan seseorang.

2. Menurut Imam Sufyan Ats-Tsauri

Zuhud sendiri berarti keinginan yang terbatas. Yaitu memberi batasan antara mana yang lebih utama antara urusan akhirat atau duniawi.

3. Menurut Imam Junaid

Tujuan zuhud adalah agar dunia tetap kecil dan mengambil pengaruhnya dari hati.

4. Ibnu Ajibah

Zuhud berarti membebaskan hati dari ketergantungan kepada selain Allah SWT.

5. Wahid bin Ward

Zuhud tidak berarti bahwa Anda tidak merasa putus asa ketika harta duniawi terlepas dari Anda, atau Anda tidak merasakan kebahagiaan ketika hal-hal duniawi datang.

Ciri-Ciri Perilaku Zuhud

Zahid adalah sebutan untuk orang yang berperilaku asketis. Zahid atau orang yang bertapa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

  • Hidup sederhana.
  • Jangan menumpuk kekayaan.
  • Hindari hidup dan sombong. Selalu utamakan kepentingan akhirat.
  • Sangat berhati-hati tentang penghasilan atau penghasilan.
  • Mengetahui bahwa hidup dan kesenangan dunia ini bersifat sementara.
  • Mengetahui bahwa kehidupan setelah kematian adalah kekal dan lebih baik.
  • Untuk melihat bahwa dunia adalah tempat untuk mempersiapkan kehidupan setelah kematian. Ambillah cinta dunia dari hatimu.
  • Termasuk cinta kepada Allah.
  • Bebaskan diri Anda dari ketergantungan pada makhluk.
  • Dia memiliki gagasan bahwa kebahagiaan tidak diukur dalam hal-hal materi, tetapi dalam spiritualitas.
  • Melihat kekayaan dan status ini adalah tugas untuk kepentingan banyak orang. Menggunakan harta untuk konsumsi dengan ruh Allah SWT.
  • Biarkan kelebihannya, meskipun itu halal.
  • Menunjukkan sikap hemat, hidup sederhana dan menghindari kemewahan.
  • Untuk melindungi tubuh dari segala sesuatu yang dapat menjauhkan Allah SWT (misalnya menghindari kata-kata kotor, selalu menyebut nama Allah SWT, melindungi mata, dll).

Ciri-ciri Zuhud menurut Al-Ghazali

Menurut Imam al-Ghazali, asketisme memiliki tiga kualitas. Fungsinya adalah sebagai berikut.

  • Tidak mudah senang ketika mendapat sesuatu dan sedih saat kehilangannya. Dia berperilaku normal ketika dia mendapatkan sesuatu dan sikap ini terlihat ketika dia kehilangan sesuatu. Misalnya, seseorang mendapat posisi. Dia tidak terlalu senang, sebaliknya dia tidak sedih ketika posisinya hilang.
  • Itu identik dengan pujian dan kritik. Jadi, orang yang Zuhud tidak akan sombong dan sombong ketika dipuji. Mereka juga tidak sedih dan terhina ketika orang lain mengkritik mereka. Ia bersyukur ketika dipuji, tetap rendah hati dan tidak sedih ketika dikritik. Seorang Zuhud menganggap pujian dan celaan sama saja.
  • Hati seorang Zahid penuh cinta kepada Tuhan, namun tidak terlalu mencintai dunia. Cinta Allah dan cinta dunia ibarat air dan udara dalam gelas. Saat Anda memasukkan air ke dalam gelas, udara akan keluar. Di sisi lain, saat udara ditiup, air keluar. Air dan udara tidak dapat digabungkan.
  • Pada orang yang hatinya tertuju kepada Allah, hal-hal selain Dia tidak memiliki tempat. Hatinya penuh cinta kepada Allah swt. sehingga kekayaan dan dunia tidak memiliki tempat. Kekayaan dan dunia bukanlah milik hati. Oleh karena itu, harta dan dunia tidak dapat menghalangi pertapaan Allah swt.

Ciri-ciri Zuhud Menurut Para Ahli Agama

Selain tiga ciri yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, banyak ulama juga mengemukakan ciri-ciri Zuhud lainnya. Berikut adalah beberapa ciri asketisme menurut para ulama:

  • Yahya bin Mu’adz berkata, “Sifat Zuhud adalah memberikan apa yang dimiliki.”
  • Ibnu Khafif berkata: “Sifat Zuhud adalah merasa tenang ketika sesuatu yang menjadi milikmu menghilang. Zuhud berarti menghindari dunia yang tidak perlu.”
  • Ahmad bin Hanbal dan Sufyan as-Sauri berkata: “Sifat Zuhud bukanlah angan-angan.”
  • As-Sirri berkata: “Orang-orang yang Zuhud selalu terlibat dengan Allah.”

Dari ciri-ciri Zuhud di atas kita dapat menyimpulkan bahwa seorang Zahid berperilaku dengan cara yang sama dalam keadaan apapun, baik miskin atau kaya, sedih atau bahagia, dipuji atau dikritik. Dia mengerti bahwa Tuhan tahu semua yang dia lakukan.

Pengertian Zuhud

Tingkatan Dalam Zuhud

Menurut Imam Ahmad, ada tiga tingkatan Zuhud yang bisa kita pahami:

  • Masyarakat umum percaya bahwa Zuhud adalah penolakan terhadap yang haram.
  • Orang-orang istimewa (khawash) menganggap Zuhud sebagai penolakan terhadap hal-hal yang halal, meskipun melebihi kebutuhannya.
  • Orang yang sangat istimewa (al-‘arifin) menganggap zuhud sebagai sesuatu yang mengganggunya mengingat Allah SWT.

Menurut Abdul Mun’im Al-Hasyim dalam kitab “Akhlak Rasul” yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, setidaknya ada lima faktor yang mempengaruhi Zuhud:

  • Menganggap kehidupan setelah kematian menganggap dunia sebagai ladang kehidupan setelah kematian.
  • Menyadari bahwa kenikmatan di dunia dapat mengalihkan perhatian dari hari mengingat Allah SWT.
  • Keyakinan yang berkembang bahwa mengejar kehidupan duniawi saja sudah sangat melelahkan.
  • Menyadari bahwa dunia adalah sebentuk kekejaman kecuali untuk mengingat, belajar, mengajar dan bekerja yang hanya ditujukan kepada Allah SWT.
  • Mengenal dunia dari sudut pandang kehinaan dan godaan, yang dapat membahayakan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Abu Nasr as-Sarraj at-Tusi, salah satu ulama tasawuf, membagi Zuhud menjadi tiga tingkatan sebagai berikut.

  • Tingkat pemula atau tingkat pemula, ini berarti orang yang tidak memiliki apa-apa dan yang hatinya tidak menginginkannya.
  • Tingkat Mutahaqqiq atau tingkat orang yang telah mempelajari hakikat Zuhud , yaitu orang-orang yang tidak ingin mendapatkan keuntungan pribadi dari harta duniawi karena mereka tahu bahwa dunia ini tidak akan memberi mereka keuntungan apapun.
  • Ada nilai di level ‘Alim Muyaqqin atau orang yang tidak lagi memandang dunia ini. Bagi golongan ini, dunia hanyalah sesuatu yang menghalangi manusia untuk mengingat Allah.

Imam al-Ghazali, seorang ulama besar dan terkenal, membagi Zuhud menjadi tiga bagian sebagai berikut.

  • Sesuatu tetap ada karena kita menginginkan sesuatu yang lebih baik.
  • Tinggalkan dunia berharap sesuatu akan datang.
  • Meninggalkan segala sesuatu kecuali Allah karena cintanya hanya kepada Allah.

Dari pembagian yang dikemukakan oleh Imam Ahmad, Abu Nasr as-Sarraj at-Tusi dan Imam al-Ghazali, terlihat bahwa masalah utamanya adalah pandangan bahwa kekayaan harus dihindari. Karena diyakini bahwa harta dapat mengalihkan hati dari mengingat tujuan perjalanan sufi yaitu Allah swt.

Contoh Perilaku Zuhud

Nabi Muhammad SAW menunjukkan perilaku Zuhud. Baik sebelum maupun sesudah pengangkatannya sebagai rasul, ia menghindari kemewahan duniawi. Nabi Muhammad saw menghabiskan waktunya untuk menyembah Allah swt.

Aisyah ra menjelaskan bahwa Rasulullah melakukan shalat malam sampai kakinya bengkak. Padahal kita tahu bahwa Nabi Muhammad SAW dijamin masuk surga.

Jaminan itu tidak membuatnya menolak ibadah. Nabi Muhammad SAW sangat mensyukuri jaminan dan peningkatan ibadah berupa rasa syukur kepada-Nya.

Para sahabat rasul juga bersikap Zuhud. Abu Bakar as-Siddiq adalah sahabat yang menghempaskan dunia untuk bertemu Allah swt seutuhnya. Dalam enam tahun, Abu Bakar tidak menambah satu baju pun. Umar bin Khattab juga berperilaku zuhud dalam hidupnya.

Ketika Umar bin Khattab diproklamirkan sebagai khalifah, dia berpidato di hadapan rakyat. ‘Umar mengenakan celana panjang atau sarung dengan tambalan di dua belas tempat. Pakaian Umar ditambal di empat tempat. Omar tidak punya pakaian, jadi dia memakai pakaian itu.

Tingkah laku Zuhud juga dapat dilihat dalam kehidupan Utsman bin Affan. Utsman adalah sahabat yang mencintai Al Quran. Usman berpuasa di siang hari dan menghabiskan waktunya dengan berdoa di malam hari. Zuhud Utsman juga tercermin dari kebiasaannya memberikan makanan yang enak-enak kepada fakir miskin dan umat Islam. Sedangkan Usman hanya mengkonsumsi cuka dan minyak. Padahal kita tahu bahwa Utsman adalah seorang pengusaha yang sukses. Usman bisa hidup mewah. Namun, dia ingin hidup dalam Zuhud.

Perilaku Zuhud juga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap mengabaikan makna dunia dan mengkhawatirkan akhirat merupakan salah satu bentuk perilaku zuhud. Perilaku zuhud bukanlah alasan untuk malas belajar dan mencari ilmu. Tingkah laku harus mendorong Anda untuk belajar lebih rajin karena ilmu dapat membawa Anda untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tanpa ilmu seseorang, sulit untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Menerapkan perilaku zuhud dalam kehidupan sehari-hari dapat membawa kedamaian. Tingkah laku pertapaan tidak memaksa seseorang untuk menyerahkan harta yang dipercayakan kepadanya. Ini karena sikap seorang pertapa yang tidak membiarkan kekayaan berlama-lama di tangannya. Dia segera membagikan harta itu kepada orang miskin. Jadi tidak ada waktu untuk mempresentasikan properti. Selain itu, kesenjangan antara kaya dan miskin dapat dikurangi atau dihilangkan.

Orang yang zuhud berorientasi hanya kepada Allah dan bukan kepada harta. Misalnya ketika Anda sedang melihat mobil baru. Seseorang yang zuhud tidak mudah terkesan dan ingin membelinya selagi mobil tua masih bisa digunakan. Mobil hanyalah alat transportasi biasa. Seorang pertapa mempertimbangkan sudut pandang fungsional daripada prestise.

Orang yang Zuhud mengacu pada kemampuan mengamalkan Firman Allah dalam Gahfir ayat 43 dibawah ini. “Wahai umatku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat adalah negeri yang kekal.”

Praktek Zuhud dengan mengacu pada Al-Qur’an membuat seseorang menjadi hamba yang setia. Karena selain bacaan, ayat-ayat Alquran juga menjadi acuan aktivitas sehari-hari untuk menjalani arah hidupnya hanya kepada Allah SWT.

Pengertian Zuhud

Kesimpulan

Sekian pembahasan singkat mengenai definisi dari kata zuhud. Pembahasan kali ini tidak hanya membahas definisi dari zuhud saja namun juga membahas lebih jauh bagaimana ciri-ciri yang dapat ditemukan kepada seorang zahid (orang yang melakukan zuhud), lalu mengetahui tingkatan-tingkatan yang terdapat pada zuhud setiap orang, dan mengetahui contoh penerapan sikap zuhud dalam kehidupan sehari-hari.

Memahami pengertian dari zuhud memberikan kita pengetahuan tambahan mengenai berbagai sikap terpuji yang dicontohkan oleh banyak orang sholeh yang tidak mengharapkan kesenangan di dunia saja namun juga memikirkan bagaimana kehidupannya di akhirat kelak.

Demikian ulasan mengenai pengertian zuhud. Buat Grameds yang mau mempelajari semua hal tentang pengertian zuhud Dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan agama lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com untuk mendapatkan buku-buku terkait.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi terbaik dan terbaru untuk kamu. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Pandu Akram

Artikel terkait:

Mengenal Sosok Utsman Bin Affan Sebagai Khalifah dan Sahabat Nabi

Marah dalam Islam dan Larangannya dalam Hadits 

Kisah Abu Bakar As Siddiq Bersama Rasulullah SAW Dalam Menyebarkan Agama Islam

Memahami Apa Itu Musaqah: Aturan Kerja Sama dalam Agama Islam

Manfaat Puasa dari Segi Kesehatan dan Agama Islam

 

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika