Agama Islam

Niat Puasa Ganti dan Tata Cara Qadha Puasa Ramadhan

Niat Puasa Ganti
Written by Yufi Cantika

Niat Puasa Ganti – Bagi umat Islam, menahan lapar dan haus dari terbit matahari hingga terbenam matahari merupakan suatu kegiatan yang lebih dikenal dengan puasa. Puasa itu sendiri ada yang wajib dan ada juga yang sunnah.

Puasa wajib dalam Islam, itu ada pada bulan Ramadhan dan jika ditinggalkan, maka harus dibayar di kemudian hari. Adapun niat puasa untuk mengganti puasa wajib itu belum semua umat muslim mengetahuinya. Di kesempatan kali ini, kita akan membahas niat puasa ganti Ramadhan dan tata cara qadha puasa Ramadhan.

Pengertian Puasa

Sebelum membahas tentang niat mengganti puasa wajib, maka kita akan membahas tentang pengertian puasa terlebih dahulu.

Bagi umat muslim pasti mengenal tentang puasa. Ibadah puasa adalah ibadah yang mengharuskan manusia untuk melaksanakan ibadah menahan lapar, haus, serta segala sesuatu berdasarkan syariat Islam. Ibadah puasa ini kerap dilakukan oleh umat Islam dalam rangka untuk memenuhi ibadah yang diwajibkan maupun Sunnah dalam agama Islam.

Dalam agama Islam, puasa termasuk salah satu ibadah yang diwajibkan karena terbukti dengan adanya ibadah puasa yang termasuk kedalam rukun Islam, yang urutannya dalam hal ini adalah urutan ke tiga.

Puasa yang diwajibkan dalam Islam adalah puasa Ramadhan. Sesuai dengan namanya, maka puasa Ramadhan ini dilaksanakan pada bulan Ramadhan ketika memasuki tanggal 1 bulan Ramadhan menurut tanggalan hijriah.

Secara harfiah, pelaksanaan puasa Ramadhan ini dilakukan selama satu bulan penuh dalam bulan Ramadhan, yang artinya sekitar 29-30 hari. Dalam agama Islam, untuk melaksanakan ibadah puasa, maka umat muslim berkewajiban menahan diri dari rasa lapar, haus serta berbagai hal yang memiliki potensi membatalkan ibadah puasa.

Periode pelaksanaan puasa sendiri dimulai dari saat matahari terbit yang ditandai dengan masuknya adzan Subuh dan diakhiri ketika matahari sudah terbenam ditandai dengan dikumandangkannya adzan Maghrib. Seperti yang tertera di atas bahwa puasa merupakan salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara menahan rasa lapar dan haus dengan mengharap ridho Allah SWT semata.

Selain itu, puasa sendiri memiliki pengertian pengertian lain baik pengertian secara umum dan pengertian puasa dalam agama Islam.

Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari makanan, minuman atau juga bisa keduanya, perilaku buruk dan semua hal memiliki potensi untuk membatalkan puasa tersebut.

Puasa yang murni biasanya dilakukan dengan menahan diri untuk makan dan minum dalam kurun waktu satu hari atau selama 24 jam, atau juga bisa beberapa hari. Lamanya periode puasa ini bergantung pada ketentuan puasa.

Perlu diketahui bahwa ada puasa lain yang hanya membatasi seseorang untuk mengkonsumsi zat atau makanan tertentu. Selain itu, perlu kita ketahui juga bahwa puasa juga dapat membatasi seseorang dari berbagai aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari atau aktivitas hubungan seksual.

Karena umumnya puasa dilaksanakan untuk menunaikan ibadah dalam agama Islam, maka ketika menjalankan ibadah puasa bertujuan untuk meningkatkan keimanan kita sebagai umat Islam kepada Allah.

Puasa dengan tujuan seperti itu biasanya dilakukan oleh seseorang yang sudah sering bertapa atau Rahib. Kesimpulannya, puasa dilakukan untuk menahan diri dengan cara mengekang diri dari berbagai macam tujuan serta keinginan.

Dalam agama Islam, puasa kerap diartikan sebagai kegiatan yang sangat berguna untuk menekan atau menahan hawa nafsu duniawi pada diri manusia. Menurut agama Islam, puasa disebut dengan Shaum yang berasal dari Bahasa Arab yang merupakan ibadah bersifat wajib untuk dilaksanakan ketika bulan Ramadhan telah tiba. Maka dari itu, bagi umat Islam khususnya laki-laki tidak boleh meninggalkan puasa apabila keadaan tubuh masih sehat.

Ibadah puasa juga dilaksanakan selama satu bulan penuh, kemudian akan ditutup dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Pelaksanaan puasa yang sesuai dengan syariat Islam adalah dengan menahan diri dari makan, minum serta semua perbuatan yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbitnya matahari hingga tenggelamnya matahari.

Ketika ingin melaksanakan puasa wajib, maka harus diawali dengan niat yang sudah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an. Puasa ditujukan untuk dapat membentuk serta menanamkan sikap-sikap teladan dan meningkatkan ketaqwaan seorang Muslim kepada Allah SWT.

Puasa sendiri merupakan terjemahan dari istilah aslinya yang berasal dari Bahasa Arab, yaitu kata Shaum. Kata tersebut secara bahasa memiliki arti mencegah atau menahan.

Niat Puasa Ganti

Jenis-Jenis Puasa dalam Islam

Ibadah puasa dalam agama Islam dibagi menjadi dua hukum, yakni puasa wajib dan puasa Sunnah.

Puasa Wajib

Puasa wajib adalah jenis puasa yang harus dilaksanakan oleh umat Muslim. Apabila seorang umat muslim melaksanakan puasa ini, maka akan mendapatkan pahala. Sebaliknya, jika umat Muslim tidak melaksanakan puasa jenis ini maka akan mendapatkan dosa. Adapun yang termasuk puasa wajib dalam Islam, yaitu:

  • Puasa wajib Ramadhan, yaitu ibadah puasa Ramadhan dilakukan sepanjang bulan suci Ramadhan, dengan jumlah sekira 29 hingga 30 hari.
  • Puasa yang disebabkan karena bernazar. Dengan melakukan nazar, ibadah yang awalnya berhukum sunnah atau fardhu kifayah menjadi berhukum wajib bagi orang tersebut.
  • Puasa denda atau kafarat. Puasa kafarat adalah puasa denda penebus dosa. Puasa kafarat adalah ibadah puasa yang wajib dilakukan bagi seseorang yang dengan sengaja berhubungan seksual di siang hari saat menjalankan puasa Ramadhan.
  • Puasa ganti atau qadha puasa Ramadhan

Puasa Sunnah

Puasa Sunnah merupakan jenis puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala. Namun jika tidak dikerjakan tidak mendapat dosa dan pahala. Berikut daftar puasa yang termasuk dalam puasa sunah yaitu:

  • Puasa Senin Kamis
  • Puasa Sunnah enam hari yang dilaksanakan pada bulan Syawal, kecuali saat hari raya Idul Fitri.
  • Puasa Sunnah Arafah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah untuk umat muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji.
  • Puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijah untuk umat muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji.
  • Puasa Daud atau sehari puasa sehari tidak, puasa ini dilaksanakan untuk meneladani puasa milik Nabi Daud.
  • Puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram.
  • Puasa Asyura pada 10 Muharram.
  • Puasa Yaumul Bidh, sekitar tanggal 13, 14 dan 15 Setiap bulan.
  • Puasa Nisfu Sya’ban dilaksanakan pada pertengahan bulan Sya’ban.
  • Puasa Asyhurul Hurum yang dilakukan pada bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan bulan Rajab.

Golongan Orang yang Boleh Meninggalkan Puasa

Ibadah puasa di bulan Ramadhan tentu menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam yang sudah baligh atau sudah dewasa. Meski demikian, ada sebagian umat muslim yang pada bulan Ramadhan mungkin ada yang tak mampu menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Puasa Ramadhan memang wajib dilaksanakan bagi seluruh kaum muslim yang telah memenuhi syarat. Namun, untuk mereka yang tidak bisa menunaikan ibadah puasa Ramadhan secara penuh, Allah SWT memberikan keringanan bagi umatnya dengan cara puasa qadha.

Hanya saja, seseorang boleh meninggalkan puasa Ramadhan lantaran keadaan tertentu. Wanita yang datang bulan tidak boleh puasa, seseorang yang sakit tentunya tidak wajib puasa, begitu juga yang dalam perjalanan. Berikut ini beberapa orang yang boleh meninggalkan puasa Ramadhan beserta penjelasannya.

Ada empat golongan yang diperbolehkan untuk tidak menjalankan ibadah puasa Ramadhan serta satu golongan yang dilarang berpuasa. Meski diperbolehkan untuk tidak berpuasa, empat golongan ini tetap wajib mengganti puasanya di kemudian hari. Berikut empat golongan yang diperbolehkan meninggalkan puasa:

1. Orang yang sakit

Orang sakit yang diizinkan tidak berpuasa adalah orang sakit yang apabila menjalankan puasa, dapat memperparah kondisi yang bersangkutan. Meski tidak berpuasa, tetapi orang tersebut harus membayar puasanya tersebut.

2. Orang yang sedang dalam perjalanan jauh

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits riwayat Muslim,”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bersafar melihat orang yang berdesak-desakan. Lalu, ada seseorang yang diberi naungan. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,”Siapa ini?” Orang-orang pun mengatakan ,”Ini adalah orang yang sedang berpuasa”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Bukanlah suatu yang baik seseorang berpuasa ketika dia bersafar”.

Jadi, apabila seseorang yang melakukan perjalanan jauh saat berpuasa, maka diizinkan untuk tidak berpuasa apabila kondisinya berat dan menyulitkan. Namun,orang tersebut wajib mengganti puasanya di kemudian hari.

3. Orang lanjut usia

Orang tua yang tidak mampu menjalankan puasa diberi kelonggaran untuk tidak berpuasa. Sebagai gantinya,orang tersebut diwajibkan untuk membayar fidyah, yakni dengan memberi makan fakir miskin setiap kali orang tersebut tidak berpuasa. Adapun ukuran satu fidyah adalah setengah sha’, kurma atau gandum atau beras yaitu sebesar 1,5 kg beras.

4. Wanita Hamil dan menyusui

Nabi bersabda dalam hadits riwayat Ahmad, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa Kalla menghilangkan pada musafir separuh shalat. Allah pun menghilangkan puasa pada musafir, wanita hamil dan wanita menyusui”.

Apabila ibu yang sedang mengandung dan menyusui tidak mampu berpuasa, Allah meringankan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di kemudian hari. Sementara satu golongan yang dilarang untuk berpuasa adalah wanita dalam keadaan haid dan nifas. Nabi bersabda dalam hadits Riwayat Bukhari,”Bukankah ketika haid, wanita itu tidak shalat dan juga tidak puasa. Inilah kekurangan agamanya”.

Wanita yang haid dan nifas dilarang berpuasa selama masa haid dan nifas tersebut. Namun, mereka tetap harus mengganti puasa di kemudian hari.

Kendati diperbolehkan tidak berpuasa Ramadhan, tetapi harus mengganti puasa tersebut di hari lain setelah Ramadhan. Artinya, hutang puasa harus dibayar sesuai dengan jumlah puasa yang ditinggalkan. Puasa ini umumnya disebut pula dengan puasa qadha. Mengganti puasa Ramadhan sebaiknya dilakukan dengan segera supaya tidak lupa, sehingga tidak menjadi dosa di kemudian hari.

Cara menggantinya pun tak perlu puasa berturut turut, sehingga jadwalnya bisa diatur oleh kemampuan diri sendiri. Tata cara membayar hutang puasa sama seperti puasa pada umumnya. Kegiatan ini diawali dengan membaca niat membayar hutang puasa di malam hari atau pada waktu sahur.

Niat membayar hutang puasa berbeda dengan niat puasa Ramadhan. Niat membayar hutang puasa harus diucapkan karena niat merupakan syarat wajib dari puasa itu sendiri. Bila Anda mempunyai hutang puasa, simak bacaan niat puasa ganti bayar hutang berikut tata caranya yang dirangkum dalam berbagai sumber.

Niat Puasa Ganti

Pengertian dan Tata Cara Ganti Puasa Wajib

Bagi umat muslim yang hendak membayar hutang puasa, maka bisa melakukannya di hari apa saja, selama hari tersebut bukan hari haram untuk berpuasa atau, bisa juga dilakukan bersamaan dengan hari Senin atau Kamis untuk mendapatkan beberapa pahala puasa sekaligus.

Dalam hal membayar qadha puasa terdapat dua pendapat ulama. Pertama, batas akhir qadha puasa Ramadhan adalah hingga datang puasa Ramadhan berikutnya. Dalam hal ini, jika seseorang tidak melakukan qadha puasa Ramadhan hingga puasa Ramadhan berikutnya tiba, maka dia berdosa.

Disisi lain, orang tersebut tetap wajib yang mengqadha puasanya. Selain itu, ia juga wajib memberikan fidyah kepada orang miskin sebanyak satu mud dalam setiap satu hari puasa sebagai tebusan kelalaian karena telah melewati batas akhir qadha puasa Ramadhan.

Pendapat kedua yakni tidak ada batas akhir qadha puasa Ramadhan. Pendapat ini merupakan pendapat dari ulama Hanafiyah, yang mengatakan bahwa Qadha puasa Ramadhan boleh dilakukan kapan saja, baik setelah tahun puasa Ramadhan yang ditinggalkan atau tahun-tahun berikutnya.

Menurut ulama Hanafiyah, jika seseorang tidak melakukan qadha puasa Ramadhan hingga puasa Ramadhan berikutnya tiba, maka dia tidak berdosa dan dia tidak wajib memberikan fidyah. Jadi, boleh melakukan qadha puasa kapan saja, tanpa batas akhir waktu tertentu.

Niat Puasa Ganti dan Tata Cara Ganti Puasa Ramadhan Karena Haid, Perjalanan Jauh, dan Sakit

Bacaan niat puasa ganti Ramadhan karena mengalami menstruasi, sama saja dengan niat puasa qadha karena faktor darurat lainnya seperti sakit, dalam perjalanan jauh dan lain sebagainya. Bacaannya adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Lafal latin: Nawaitu shauma ghodin an qadha’i fardhi syahri Ramadhana lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku berniat untuk menghadapi puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT”.

Yang utama dalam mengganti Puasa Ramadhan adalah niat. Setelah berniat, umat muslim yang bersangkutan tidak boleh melakukan hal yang dilarang, dan tetap melakukan kewajiban lainnya, seperti shalat. Puasa qadha berakhir saat adzan Maghrib berkumandang. Do’a berbuka puasanya adalah sebagai berikut:

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Bacaan latin: Allahumma lakasumtu wabika amantu wa’ alaa rizqika afthortu birohmatika yaa arhamar roohimiin.

Artinya: Ya Allah karenaMu aku berpuasa, denganMu aku beriman. KepadaMu aku berserah dan dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), dengan rahmatMu, Ya Allah Tuhan Maha Pengasih.

Sebaiknya, puasa qadha Ramadhan ini dikerjakan secepatnya. Meski begitu, dalam buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah yang ditulis Nur Solikhin, terdapat dua pendapat mengenai urutan pelaksanaannya, yaitu:

  1. Apabila puasa yang ditinggalkan berurutan, maka wajib diganti secara berurutan
  2. Puasa qadha tidak wajib dilaksanakan dengan berurutan.

Pengertian Ganti Puasa Kafarat

Orang yang wajib melakukan puasa kafarat adalah orang yang sengaja menyenggama melalui kemaluan atau anus. Sedangkan orang yang disenggama tidak dijatuhkan denda kafarat. Ini berlaku baik laki-laki maupun perempuan.

Orang yang wajib melakukan puasa kafarat adalah bagi orang yang sengaja merusak puasanya dengan senggama. Di mana orang tersebut melakukan senggama padahal dirinya mengetahui sedang menjalankan ibadah puasa dan tahu bahwa perbuatan tersebut dilarang saat berpuasa.

Seseorang yang wajib mengganti denda atau puasa kafarat adalah orang yang melakukan senggama khusus di bulan Ramadhan. Aktivitas senggama yang dimaksud juga termasuk anal seks, baik dengan manusia, mayat, maupun hewan, walaupun tidak sampai keluar sperma.

Denda atau puasa kafarat dijatuhkan dengan aturan waktu yang jelas dan tidak diragukan. Di mana seseorang melakukan senggama di siang hari saat Ramadhan, berbeda jika sudah memasuki waktu malam, maka sah baginya untuk melakukan aktivitas seksual.

Niat Puasa Ganti dan Tata Cara Ganti Puasa Kafarat

1. Membaca Niat

Niat puasa ganti yang dilafalkan bagi seseorang yang hendak berpuasa kifarat ialah:

‘Nawaitu shauma ghadin likafarati fardlon lillahi ta’ala’.

Artinya: “Saya berniat puasa esok hari untuk melaksanakan kafarat fardhu karena Allah Ta’ala”.

2. Melakukan Sahur

Sahur pada ganti puasa kafarat ini hampir sama dengan puasa pada umumnya, yaitu tidak boleh melakukan makan, minum, dan hal-hal yang dilarang saat berpuasa, mulai dari adzan Subuh hingga adzan Maghrib.

3. Tahan Nafsu Diri

Seseorang yang mengganti puasa kafarat harus dapat menahan hawa nafsunya agar ganti puasa kafarat tidak batal.

4. Berbuka Puasa

Berbukalah sesuai dengan anjuran agama Islam agar tetap bisa menyehatkan tubuh.

Niat Puasa Ganti

Grameds bisa memahami lebih lanjut dalam menjalankan ibadah puasa dengan membaca buku yang sudah tersedia di www.gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatasGramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

BACA JUGA:

  1. Macam Puasa Wajib: Pengertian, Niat, Waktu, dan Syaratnya
  2. Pengertian Puasa: Jenis, Syarat, Rukun, dan Ketentuannya
  3. Bacaan Niat Puasa Qadha Ramadhan dan Tata Caranya
  4. Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya
  5. Niat Puasa Nazar: Tata Cara, Konsekuensi, dan Macamnya
  6. Doa dan Niat Berbuka Puasa
  7. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa, Ketahui Disini!
  8. Keutamaan Puasa Senin Kamis dan Manfaatnya

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika