Psikologi

Apa Itu Multitasking ? Kelebihan dan Kekurangan serta Tips-nya!

multitasking
Written by Sevilla Nouval

Multitasking – Sebenarnya, istilah “multitasking” ini mempunyai definisi yang berbeda-beda, terutama dalam bidang program komputer dan kemampuan manusia sehari-hari. Jika dalam bidang program komputer, istilah tersebut menjurus pada pengertian yang berupa sebuah metode pengolahan program secara bersamaan ketika tengah menggunakan sumber daya CPU. Namun jika dalam hal kemampuan manusia di kehidupan sehari-hari, tentu saja istilah tersebut akan memiliki definisi yang berbeda, yakni kemampuan manusia untuk mengerjakan beberapa tugas secara bersamaan.

Jika melihat pada definisinya yang secara singkat tersebut, pasti Grameds akan berpikir bahwa hal tersebut adalah wajar dan tidak mustahil sebab banyak orang yang telah berhasil melakukannya. Padahal sebenarnya, manusia itu tidak dapat memiliki kemampuan multitasking yang baik lho… Lalu sebenarnya, apa sih multitasking itu? Mengapa manusia tidak dapat memiliki kemampuan multitask yang baik? Apakah kemampuan ini justru memberikan dampak negatif bagi produktivitas kita sehari-hari?

Nah, supaya Grameds tidak salah tangkap akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

https://www.pexels.com/id-id/

Pengertian Multitasking

Pada dasarnya, multitasking adalah kemampuan manusia untuk mengatasi banyaknya tugas yang diterima, dengan cara melakukan aktivitas berupa pergantian tugas. Banyak para ahli telah merumuskan definisi dari multitask ini. Menurut Applebaum dan Marchionni (2008), menyatakan bahwa multitasking adalah kondisi ketika tugas menjadi ganda(dual task) atau lebih, kemudian dikerjakan secara bersama-sama dalam satu waktu. Kemudian ada juga pendapat dari Salvucci dan Tangen (2011) yang mengemukakan bahwa multitasking adalah ketika ada tugas berganda yang dikerjakan secara bersamaan hanya dengan waktu singkat.

Singkatnya, multitasking adalah perilaku manusia ketika mengerjakan tugas secara bersamaan dalam satu waktu dengan harapan supaya cepat selesai, biasanya tugas tersebut berjumlah lebih dari dua. Ketika melakukan perilaku multitasking ini, individu cenderung akan memberikan perhatiannya yang lebih lama pada satu tugas, sebelum akhirnya berpindah pada tugas lain. Meskipun sebenarnya, perilaku tersebut justru akan terjadi adanya tumpang tindih perhatian pada tugas-tugasnya.

Tugas-tugas ini dapat beragam kok, tidak hanya berupa tugas ilmiah dari sekolah, kampus, atau kantor saja. Tugas rumah berupa membersihkan bak kamar mandi, menyetrika pakaian, menyapu, mencuci piring, itu juga termasuk tugas yang biasanya akan dikerjakan oleh Ibu Rumah Tangga melalui perilaku multitasking ini.

Meskipun sebenarnya, perilaku ini dianggap kurang sehat terutama pada pola pikir otak manusia. Namun faktanya, perilaku ini justru banyak dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam perilaku ini, banyak orang berupaya untuk mengatur atas “tindakannya ke depan” supaya mereka dapat segera menyelesaikan beberapa tugas dengan tepat dan efisien.

Fenomena ini sebenarnya bukan fenomena baru, bahkan mungkin saja Grameds kerap melakukannya dalam upaya menyelesaikan tugas sehari-hari. Perilaku ini biasanya dilakukan oleh individu dalam setiap aktivitas, baik itu ketika tengah bekerja, makan, hingga dalam kondisi santai sekalipun. Tanpa disadari, perilaku multitasking ini justru dapat menyebabkan distraksi. Menurut sebuah survei yang telah dilakukan oleh Russ and Crews pada tahun 2014, ketika tengah melakukan perilaku multitasking ini, rata-rata dari mereka membutuhkan waktu sekitar 9,28 menit untuk beralih lagi dari tugas sampingan ke tugas utama.

Menurut Salvucci dan Tangen, perilaku multitasking ini memang dapat membantu dan meningkatkan produktivitas manusia supaya lebih efisien dan efektif. Apalagi jika jumlah tugas atau pekerjaan tersebut lebih dari dua dan harus diselesaikan pada waktu itu juga. Sayangnya, perilaku ini justru sangat berpengaruh pada kemampuan memori manusia.

book of multitasking

Jenis-Jenis Multitasking

Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa multitasking ini adalah perilaku manusia untuk mengerjakan tugas-tugas secara bersamaan dalam satu waktu. Salvucci dan Tangen (2011) telah mengklasifikasikan perilaku tersebut menjadi dua jenis, yakni concurrent multitasking dan sequential multitasking.

1. Concurrent Multitasking

Yakni perilaku manusia dalam mengerjakan tugas secara bersamaan dengan “pemotongan waktu” secara singkat, sehingga sama sekali tidak menghambat proses kerja dari tugas utama. Aktivitas dalam multitasking jenis ini memungkinkan individu untuk mengerjakan tugas-tugasnya secara bersamaan dan efisien, supaya dapat meningkatkan performansi kerja. Contoh: mencatat sambil mendengarkan diskusi saat rapat, menyetir sambil membaca peta dari Google Maps, menyimak video pembelajaran sambil mencatatnya.

2. Sequential Multitasking

Dalam jenis multitasking yang satu ini berupa perilaku individu untuk beralih tugas setelah mengerjakan satu tugas utama. Supaya dapat melaksanakan Sequential Multitasking ini, membutuhkan kemampuan fokus dan perhatian secara penuh. Contoh: mengetik tugas lalu beralih ke tugas lain yang berupa mengoreksi pekerjaan, menunggu air masak sambil membaca buku.

Kelebihan dan Kekurangan Multitasking

Kelebihan Perilaku Multitasking

  1. Pekerjaan menjadi lebih cepat selesai. Sebab, kamu akan mengerjakan dua pekerjaan atau lebih yang berbeda-beda dalam waktu yang bersamaan.
  2. Lebih menghemat waktu. Sehingga kamu dapat menyelesaikan kegiatan lain ketika tugas atau pekerjaanmu telah selesai dilaksanakan.

Kekurangan Perilaku Multitasking

  1. Justru dapat menurunkan performa dan produktivitas. Hal tersebut karena konsentrasi dan fokus akan terpecah selama mengerjakan dua tugas secara bersamaan. Bahkan ada kemungkinan kamu akan mendapatkan banyak kesalahan, sehingga mau tidak mau kamu juga harus mengulang kembali pekerjaan-pekerjaanmu itu.
  2. Dapat memicu stress pada pikiran.
  3. Menurunkan kemampuan diri dalam berpikir kreatif. Hal ini tentu saja akan gawat, apalagi jika tugasmu itu berkenaan dengan hal-hal yang membutuhkan kreativitas.
  4. Mengganggu daya ingat. Sebab, kamu tidak mengerjakan tugasmu itu secara detail sehingga kemungkinan besar akan menemui banyak kesalahan.

mengasah otak setajam silet - multitasking

Dampak Multitasking yang Ternyata Mampu Menurunkan Produktivitas Manusia

Dilansir dari sehatq.com, perilaku ini justru memberikan dampak negatif, baik itu pada kesehatan maupun pada hasil dari pekerjaan tersebut. Nah, berikut ini adalah beberapa dampaknya yang mungkin saja dapat menjadi bahan pertimbangan Grameds ketika hendak melakukan multitasking.

1. Menurunkan Fokus

Ketika melakukan aktivitas multitask, pasti pikiran dan fokus kita akan terbagi untuk tugas satu dengan tugas lainnya. Apalagi jika kedua tugas tersebut membutuhkan fokus yang tinggi. Contohnya adalah menelepon ketika tengah mengendarai kendaraan bermotor.

Dalam aktivitas tersebut, fokus akan terbagi pada kegiatan menelepon dan mengendarai kendaraan. Jika memalingkan fokus sejenak saja, maka salah satu tugas akan berpotensi mengalami kesalahan sehingga dapat oleng dan justru berbahaya.

2. Pekerjaan Menjadi Lebih Lama Selesai

Meskipun banyak orang yang percaya bahwa multitasking dapat membuat kita lebih menghemat waktu ketika tengah mengerjakan tugas, ternyata hal itu tidak sepenuhnya benar lho. Apalagi jika dua tugas tersebut memang membutuhkan waktu lama dalam pengerjaannya.

Bahkan terdapat riset dari University of Utah yang menyatakan bahwa mengemudi kendaraan sambil mengobrol lewat telepon genggam justru membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai di tempat tujuan, dibandingkan mereka yang fokus untuk mengemudi saja.

3. Membuat Daya Kreativitas Menurun

Perlu diketahui ya Grameds bahwa perilaku multitasking itu justru dapat menyebabkan daya kerja otak menjadi lebih berat. Meskipun memang benar bahwa kapasitas otak itu besar, tetapi jika digunakan untuk melakukan tugas ganda secara bersamaan, tentu saja akan membebani otak. Jika sudah begitu, maka daya kreativitas pada otak akan ikut menurun sehingga hasil dari pekerjaan kita menjadi tidak maksimal.

4. Mengganggu Daya Ingat Otak

Ketika melakukan multitasking, pasti kamu akan melupakan detail dari salah satu atau bahkan kedua tugas yang tengah kamu lakukan itu. Contoh, kamu membaca novel sambil menonton televisi, pasti daya ingatmu baik pada isi novel maupun televisi pasti akan terganggu. Maka dari itu, usahakan fokus dan selesaikan satu tugas terlebih dahulu, jika sudah barulah untuk beralih dan menyelesaikan tugas lainnya.

Apalagi jika umurmu sudah dewasa, pasti sudah mampu membuat skala prioritas untuk menentukan pekerjaan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu ya…

5. Menambah Stress

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh University of California Irvine, menyatakan bahwa multitasking dapat membuat individu berada dalam kondisi waspada sekaligus memiliki detak jantung yang lebih tinggi. Subjek penelitian tersebut adalah para pekerja kantoran yang menerapkan perilaku multitasking berupa mengerjakan pekerjaan sambil mengakses email kantor.

Bahkan tak jarang, perilaku multitasking ini dapat menyebabkan depresi hingga gangguan kecemasan lainnya.

teknik menghilangkan stres dari otak - multitasking

Trik Multitasking Bagi Para Pekerja Kantoran

  1. Selalu gunakan to do list pada pekerjaan yang hendak dilakukan. Kemudian identifikasi mana pekerjaan yang lebih mudah dan menjadwalkan waktu kerjamu sesuai target pada daftar pekerjaan tersebut.
  2. Pilih tugas yang mirip. Cara mengetahui tugas mana saja yang mirip ini adalah dengan melihat apakah tugas-tugas tersebut memiliki proses yang sama atau tidak.
  3. Hindari distraksi alias pengalihan fokus ketika tengah mengerjakan tugas. Biasanya dengan menghindari penggunaan smartphone ketika tengah fokus mengerjakan tugas.
  4. Manfaatkan teknologi yang ada. Contohnya adalah dengan menyalakan fitur balas otomatis di e-mail maupun sosial mediamu. Terlebih lagi jika kamu tengah berlibur.
  5. Selalu mengevaluasi hasil kerja. Sebelum kamu menyerahkan tugas-tugasmu itu, cobalah untuk mengeceknya kembali apakah ada kesalahan. Jika memang ada, kamu dapat mengurangi perilaku multitasking-mu di kemudian hari.

Keadaan Otak Dalam Perilaku Multitasking

Berdasarkan penelitian dalam artikel jurnal berjudul “Memori Dalam Multitasking” oleh Ni Made Swasti Wulanyani, menyatakan bahwa kemampuan otak akan bertindak lebih banyak dan lebih besar dalam perilaku multitasking ini, terutama pada aspek memori sekaligus kontrol kognitif manusia.

Dalam hal memori manusia, perilaku multitasking ini pasti akan berkaitan dengan peran prospective memory dan working memory. Prospective memory adalah kemampuan otak dalam mengingat hal-hal apa yang harus dilaksanakan di waktu mendatang. Keberadaan prospective memory ini kerap kita gunakan, misalnya ada seorang anak yang berusaha mengingat-ingat bahwa dirinya harus meminjam buku dari perpustakaan untuk digunakan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Peran prospective memory dalam perilaku multitasking ini dapat juga dibuktikan oleh individu yang mengalami gangguan aplikasi strategi dan organisasi, contohnya adalah ketika dirinya tidak mampu memenuhi tenggat waktu dan menepati janji secara bersamaan. Di dalam otak, terdapat Area Brodmann 10 atau biasa disebut dengan kutub frontal yang berperan penting pada situasi multitasking. Kemudian pada working memory adalah sumber daya ingatan yang memiliki kapasitas dan durasi terbatas, terutama ketika tengah memproses informasi. Fungsi dari working memory ini adalah sebagai tempat penyimpanan informasi sementara ketika tengah menyelesaikan suatu tugas tertentu.

Keterlibatan prospective memory dan working memory pada perilaku multitasking justru membutuhkan waktu respons yang lambat, terutama ketika tengah muncul kebutuhan untuk melakukan tugas prospektif. Respons yang lambat tersebut berhubungan dengan kapasitas working memory pada setiap individu.

brain and memory - multitasking

Kemampuan Multitasking Dalam Kegiatan Membimbing Anak

multitasking

https://www.pexels.com/id-id/

Berdasarkan penelitian dari artikel jurnal berjudul “Peran Multitasking Orang Tua Dalam Membimbing Belajar Anak” yang dilakukan oleh Metros Prihatin, menyatakan bahwa perilaku multitasking itu tidak harus selalu dilakukan untuk menyelesaikan tugas ganda dalam satu waktu saja, tetapi juga dapat dilakukan ketika tengah membimbing anak. Grameds pasti sudah tahu bahwa pola belajar anak itu tidak selamanya dilakukan di sekolah saja, tetapi juga di rumah, sehingga peran orang tua juga akan bertindak sama besarnya dengan guru. Sesuai pada Trilogi Pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwasanya pendidikan itu adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Orang tua juga turut berkewajiban dan bertanggung secara penuh untuk ikut mendidik dan mempersiapkan anak supaya mereka kelak dapat menjalani kehidupan bermasyarakat. Untuk menjalankan peran orang tua yang ideal, memang terkadang membutuhkan perilaku multitasking, yakni dengan membagi fokus antara pekerjaan sehari-hari dengan mendidik anak. Baik pihak ayah maupun ibu juga turut berperan besar dalam pola asuh anak.

Di zaman sekarang ini, banyak para ayah yang berperilaku multitasking dengan mengerjakan pekerjaannya sehari-hari sambil mendampingi anak. Sebut saja ada seorang ayah yang berjualan sambil mendampingi anaknya yang tengah mengerjakan tugas. Ada juga yang yang tengah mengurus kolam ikan sambil menemani anaknya yang mengerjakan PAS. Kemudian ada pula seorang ayah yang tengah mempersiapkan pupuk dan alat-alat pertanian sambil mengajari anaknya mengerjakan tugas matematika. Sementara untuk para ibu, juga tidak memiliki perbedaan dalam perilaku multitasking ini. Namun biasanya, para ibu memiliki peran manajerial yang lebih kuat, sementara para ayah memiliki kemampuan pengawasan yang lebih kuat.

Nah, dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku multitasking itu tidak sepenuhnya dilakukan pada pengerjaan tugas-tugas perkantoran saja, tetapi juga pada hal mengurus anak. Terutama ketika di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini yang mana pola pekerjaan dan sekolah dilakukan dengan sistem Work From Home. Sehingga akan membuat orang tua memiliki peran lebih besar dalam hal multitasking, yakni dalam mengerjakan tugas sehari-harinya sambil mendidik anak.

vertikalitas otak - multitasking

Nah, itulah ulasan mengenai apa itu multitasking dan dampaknya dalam hasil pekerjaan yang tengah dilakukan. Apakah Grameds kerap melakukan multitasking ini? Jika iya, lebih baik dikurangi ya sebab ternyata memiliki dampak negatif bagi kemampuan otak.

Sumber:

Wulanyani, N. M. S. (2015). Memori dalam Multitasking. Buletin Psikologi, 23(2), 112-116.

Prihatin, M. (2022). Peran Multitasking Orang Tua Dalam Membimbing Belajar Anak. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 8(2).

Arini, D. P. (2020). Multitasking Sebagai Gaya Hidup, Apakah Dapat Meningkatkan Kinerja: Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Psikologi MANDALA, 4(1).

Baca Juga!

About the author

Sevilla Nouval

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Instagram saya Sevilla