Kesenian

Pengertian Kritik Karya Seni Rupa: Jenis, Tahapan, dan Kritikus Seni di Indonesia

Written by Gaby

Kritik Karya Seni Rupa – Jika berbicara tentang karya seni rupa, pasti Grameds tahu dong jika hal tersebut tidak akan jauh-jauh dari adanya kegiatan pameran dan apresiasi seni? Ya, memang sejatinya, melalui kegiatan pameran ini, nantinya kita akan diperlihatkan bagaimana hasil olah suatu karya seni yang sekaligus sebagai ajang eksistensi diri. Memang pada dasarnya, sebuah karya seni itu adalah sesuatu yang diciptakan supaya timbul perasaan indah ketika orang melihat atau mendengarnya, tetapi apakah hanya sekadar indah saja?

Terlebih lagi, definisi “indah” menurut orang itu berbeda-beda, terutama ketika tengah mengamati sebuah karya seni rupa. Nah, itulah yang menyebabkan munculnya suatu kritik pada karya seni rupa. Lantas, apa sih kritik karya seni rupa itu? Apakah kritik karya seni rupa ini akan berkenaan dengan mereka para kritikus seni? Siapa saja kritikus seni rupa yang ada di negara kita? Nah, supaya Grameds memahami hal-hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

https://www.pexels.com/

Pengertian Kritik Karya Seni Rupa

Adanya kritik itu tidak hanya diberikan pada karya sastra saja lho, tetapi juga pada karya seni rupa. Memang secara teori, untuk memberikan kritik pada sebuah karya seni rupa itu membutuhkan wawasan atau pemahaman akan seluk-beluk dari karya seni rupa tersebut, dapat berupa lisan maupun tulisan. Jadi, kritik pada karya seni rupa itu tidak asal diberikan begitu saja ya… Tidak banyak orang yang tahu bahwa adanya kritik ini turut andil dalam perkembangan sebuah karya seni rupa. Bahkan tak jarang, dapat mempengaruhi dan mengubah gaya seseorang dalam menciptakan sebuah karya seni.

Istilah “kritik” itu berasal dari bahasa Yunani, yakni ‘kriticos’ yang berarti ‘mengamat, membandingkan, memisahkan, dan menimbang’. Sementara itu, dalam Encyclopedia of World Art, kritik sastra adalah sebuah proses yang mengarah pada ‘penghakiman’ kualitatif atas adanya sebuah karya seni. Definisi lain akan kritik sastra ini juga disebutkan oleh Sem. C. Bangun yang menyatakan bahwa kritik seni merupakan aktivitas pengkajian yang serius terhadap adanya sebuah karya seni. Nah, dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa,

“Kritik seni adalah kegiatan menanggapi sebuah karya seni untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada suatu karya seni.”

Kekurangan dan kelebihan ini dapat menyangkut berbagai aspek. Apabila berkenaan dengan karya seni rupa, maka biasanya akan berkenaan dengan aspek bahan yang menunjukkan kualitas dari sebuah karya seninya. Seiring berkembangnya zaman dan wawasan masyarakat mengenai karya seni, maka kegiatan kritik seni dapat pula memenuhi berbagai fungsi sosial lain. Tak jarang, adanya kritik karya seni ini dapat meningkatkan kualitas pemahaman dan apresiasi terhadap sebuah seni rupa, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai standar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil dari sebuah karya seni rupa.

Hal lain yang tidak disadari adalah jika kritik karya seni rupa ini disampaikan oleh seorang kritikus ternama, maka dapat mempengaruhi persepsi yang ada terhadap kualitas sebuah karya seni, sehingga akan berpengaruh juga pada nilai ekonomisnya.

Kemampuan yang Harus Dimiliki

  1. Kemampuan absortif, yakni kemampuan mengamati.
  2. Kemampuan retentif, yakni kemampuan mengingat dan mereproduksi.
  3. Kemampuan reasoning, yakni kemampuan menganalisis dan mempertimbangkan.
  4. Kemampuan creative, yakni kemampuan berimajinasi, menafsirkan, dan mengemukakan gagasan.

Bentuk Penyampaian Kritik Karya Seni Rupa

Pada dasarnya, sebuah kritik karya seni rupa ini dapat disampaikan kepada masyarakat berupa:

  1. Secara lisan, yakni berupa kritik yang disampaikan secara lisan. Contohnya dengan kegiatan diskusi atau seminar seni.
  2. Secara tertulis, yakni berupa kritik yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Contohnya melalui media massa, majalah, sosial media, dan lainnya.

Jenis-Jenis Kritik Karya Seni Rupa

Berdasarkan Fungsinya

Dalam buku Art As Image and Idea (1967) yang ditulis oleh kritikus Amerika Feldman, sebuah kritik karya seni dapat dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan fungsi. Nah, berikut uraiannya.

1. Kritik Jurnalistik

Jenis kritik karya seni rupa yang pertama adalah Kritik Jurnalistik, yakni kritik seni yang mana hasil penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik. Biasanya melalui media massa, khususnya koran. Hal-hal yang dikritik itu tidak hanya karya seni saja, tetapi juga kegiatan pamerannya.

Jenis kritik seni yang satu ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi lebih detail dan tajam penilaiannya. Berhubung penyampaiannya melalui media massa, maka akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni yang dibahas. Ciri-ciri kritik jurnalistik:

  • Ditulis untuk pembaca surat kabar.
  • Tidak banyak menyita kolom pemberitaan dalam surat kabar.
  • Waktu penulisan terbatas.
  • Hanya bersifat sebagai pemberitaan saja.

2. Kritik Populer

Hampir sama dengan kritik jurnalis yang sama-sama ditujukan untuk konsumsi publik. Namun, dalam kritik populer ini bersifat umum sehingga lebih fokus pada pengenalan atau publikasi dari sebuah karya seni. Gaya bahasa yang digunakan pun lebih mudah dipahami oleh orang awam karena memakai istilah-istilah sederhana.

Tak jarang, penulisan kritik populer ini dibuat oleh penulis yang memang tidak memiliki keahlian kritis akan dunia seni. Berikut ini ciri-ciri kritik populer:

  • Dapat ditulis oleh penulis umum.
  • Melihat realitas yang tengah berkembang di masyarakat.
  • Bahasanya mudah dicerna dan lebih sederhana.

3. Kritik Kependidikan (Pedagogik)

Kritik kependidikan alias pedagogik ini merupakan kegiatan kritik yang memang bertujuan untuk meningkatkan kepekaan artistik dan estetika sebagai proses belajar seni. Biasanya digunakan di lembaga pendidikan seni, sehingga secara langsung dapat meningkatkan kualitas karya seni dari para peserta didiknya. Jika diterapkan dalam lembaga pendidikan sekolah umum, maka diselenggarakan pada mata pelajaran seni.

Ciri-ciri kritik kependidikan (pedagogik):

  • Bersifat responsif.
  • Terdapat acuan standar nilai.
  • Dilakukan di lingkungan lembaga kependidikan.
  • Adanya keleluasaan diskusi.

4. Kritik Keilmuan (Ilmiah)

Jenis kritik karya seni rupa selanjutnya adalah kritik keilmuan alias ilmiah, yakni jenis kritik yang bersifat akademis sehingga membutuhkan wawasan, pengetahuan, kemampuan, dan kepekaan tinggi untuk menilai sebuah karya seni. Biasanya disampaikan oleh kritikus yang memang telah ahli pada bidang seni dan harus mengikuti metodologi kritik secara akademis.

Nantinya, hasil kritik keilmuan ini dijadikan referensi bagi para kolektor atau kurator institusi seni, misalnya yang ada di galeri, museum, dan balai lelang. Ciri-ciri kritik keilmuan:

  • Menerapkan metodologi atau kaidah-kaidah tertentu dalam mengkritik.
  • Hasilnya tidak bersifat mutlak.
  • Bersifat ilmiah.
  • Dikembangkan oleh peneliti secara netral dan adil.

Berdasarkan Titik Tolaknya

Masih sama dengan yang disampaikan oleh Feldman, kritik karya seni rupa juga memiliki jenis-jenis yang didasarkan pada titik tolaknya.

1. Kritik Ekspresivistik

Melalui pendekatan ekspresivistik yang diterapkan dalam kritik karya seni rupa ini, sang kritikus cenderung menilai dan menanggapi kualitas atas gagasan dan perasaan yang hendak dikomunikasikan oleh seniman melalui karya seni buatannya. Kegiatannya dapat berupa menanggapi keterkaitan antara judul, tema, isi, dan visualisasi objek yang ditampilkan dalam sebuah karya seni rupa.

2. Kritik Formalistik

Melalui pendekatan formalistik ini, kajian kritik seni akan ditujukan pada karya seni sebagai konfigurasi aspek-aspek formal. Singkatnya, berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. Misalnya pada sebuah karya seni rupa lukisan, sasaran kritik akan lebih cenderung pada unsur-unsur visual, yakni warna, garis, tekstur, dan lainnya.

Dalam kritik jenis ini juga akan membahas kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam karya seni rupa.

3. Kritik Instrumentalistik

Melalui pendekatan instrumentalistik, nantinya sebuah karya seni rupa akan dikritisi berdasarkan kemampuannya dalam mencapai tujuan, moral, religius, politik, hingga psikologi. Dalam kritik jenis ini, memang tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari karya seni rupa tersebut, tetapi lebih melihat pada aspek konteksnya, baik saat ini maupun di masa lalu.

Misalnya pada lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh, tidak dikritisi berdasarkan pada kualitas teknisnya, tetapi juga keterkaitan antara objek, isi, tema, tujuan, dan pesan moral yang hendak disampaikan oleh pelukis.

Tahapan Dalam Kritik Karya Seni Rupa

https://www.pexels.com/

Seperti yang telah ditulis sebelumnya, dalam membuat sebuah kritik karya seni rupa itu tidak dapat sembarangan. Haruslah melewati beberapa tahapan terlebih dahulu. Nah, berikut ini adalah tahapan-tahapan umum yang harus dilakukan sebelum menyusun sebuah kritik karya seni rupa.

1. Deskripsi

Tahapan pertama adalah deskripsi yang berupa menemukan, mencatat, dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat secara apa adanya. Nah, supaya tahapan ini berjalan baik, maka pengkritik haruslah memahami dan mengetahui istilah-istilah umum yang kerap digunakan dalam dunia seni. Tanpa adanya pemahaman tersebut, pengkritik dapat kesulitan untuk mendeskripsikan apa yang dilihatnya.

2. Analisis Formal

Tahapan kedua adalah analisis formal berupa menelusuri sebuah karya seni rupa berdasarkan pada struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini, pengkritik tentunya harus memahami unsur-unsur sekaligus prinsip-prinsip penataan dalam seni rupa.

3. Interpretasi

Tahap ketiga adalah interpretasi berupa penafsiran makna yang ada pada sebuah karya seni rupa. Meliputi tema yang ditonjolkan, simbol yang dihadirkan, masalah-masalah lain. Tahapan ini bersifat terbuka dan dipengaruhi oleh sudut pandang serta wawasan dari pengkritiknya. Semakin luas wawasannya, maka semakin kaya pula interpretasi makna yang dikritisinya.

4. Evaluasi atau Penilaian

Tahapan terakhir adalah evaluasi alias penilaian yang berupa menentukan kualitas dari suatu karya seni apabila dibandingkan dengan karya seni lain yang sejenis. Perbandingan akan dilakukan dengan berbagai aspek, baik itu aspek formal maupun aspek konteks. Nah, dalam tahapan ini biasanya menggunakan langkah-langkah berupa:

  1. Mengaitkan sebanyak-banyaknya karya seni yang hendak dinilai dengan karya seni yang sejenis.
  2. Menetapkan tujuan atau fungsi dari karya seni yang hendak diteliti.
  3. Menentukan sejauh mana karya seni tersebut “menyimpang” dari yang telah ada sebelumnya.
  4. Menelaah karya seni dari segi kebutuhan khusus dan sudut pandang yang melatarbelakanginya.

Fungsi dan Tujuan

Penyusunan kritik karya seni rupa itu tidak dilakukan semata-mata untuk “memamerkan” wawasan pengkritik akan dunia seni kepada publik saja. Banyak fungsi dan tujuan yang dapat diterima melalui adanya kritik karya seni rupa ini.

Fungsi dan Tujuan Kritik Karya Seni Rupa

  1. Menjembatani persepsi dan apresiasi artistik serta estetika dalam karya seni rupa. Biasanya, antara pencipta seni dengan penikmat seni.
  2. Bagi pencipta seni, kritik ini dapat menjadi umpan-balik guna merefleksikan komunikasi-ekspresifnya.
  3. Menciptakan sudut pandang akan interpretasi dari karya seni rupa.
  4. Memudahkan masyarakat umum memahami apa isi dari karya seni rupa tersebut.
  5. Sebagai bentuk apresiasi terhadap karya seni rupa.
  6. Sebagai aktivitas evaluasi pada pernyataan nilai baik-buruk dengan konteks karya seni rupa.
  7. Memperoleh kepuasan dalam memperbincangkan karya seni rupa.

Memahami Apa Itu Kritikus Seni

Sebelumnya, Grameds telah menemui kata “kritikus” beberapa kali. Namun, apakah Grameds tahu apa itu kritikus dalam dunia seni?

Kritikus seni adalah seseorang yang melakukan kritik terhadap sebuah karya seni miliki orang lain atau miliknya sendiri (self-critic). Idealnya, seorang kritikus seni itu memang harus memiliki ketajaman indera, pikiran dan perasaan dalam sebuah karya seni. Nah, ketajaman indera itu masuk dalam kemampuan reasoning dan creative ya…

Sedikit trivia saja nih, seorang kritikus seni itu juga harus memahami berbagai teori lho, mulai dari teori ilmu seni, filsafat seni, unsur seni, antropologi seni, sosiologi seni, hingga tinjauan seni modern dan kontemporer. Nantinya, teori-teori itulah yang digunakan untuk memperkuat konstruksi dari kritiknya supaya lebih objektif.

Tidak hanya teori saja, seorang kritikus seni juga harus memiliki pengalaman dan pergaulan dalam hal mengamati, menyelidiki, dan membandingkan sebuah karya seni. Pengalaman tersebut juga nantinya akan sangat membantu dalam memperkaya wawasan kritik. Hal lain yang harus diperhatikan seorang kritikus seni adalah cara memahami pikiran dan perasaan senimannya. Bahkan biografi dan kehidupan seniman karya seni tidak akan lepas dari pengamatan seorang kritikus seni.

Apabila seorang kritikus seni menyampaikan kritikannya dalam bentuk tertulis, maka media kritiknya adalah bahasa. Bahasa yang digunakan tentu saja yang efektif dan komunikatif, baik ketika disampaikan secara lisan maupun tulisan. Maksud dari bahasa yang efektif adalah mengacu pada aspek tata bahasa yang baik dan benar, secara tepat guna, dan sesuai dengan sasaran publik. Sementara itu maksud dari bahasa yang komunikatif adalah bahasanya mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar, sesuai dengan tingkat intelektualnya.

Tokoh Kritikus Seni di Indonesia

1. Popo Iskandar

Popo Iskandar adalah salah satu kritikus seni yang terkenal di Indonesia yang juga menjadi seorang pelukis dan berulang kali melakukan pameran di luar negeri. Beliau merupakan lulusan dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1953 dan sempat mengajar di IKIP Bandung Jurusan Seni Rupa. Ketika membagikan pemikirannya terhadap suatu karya seni dalam bentuk kritik, Beliau menuliskannya dalam bentuk esai di berbagai media massa.

Karya seni lukis Beliau banyak dipengaruhi oleh Ries Mulder yang berasal dari Belanda. Kekuatan gaya melukisnya condong pada ekspresi figuratif, sehingga sering dijadikan sebagai panutan bagi para pelukis muda. Popo kerap melukis kucing dan itulah yang membuatnya mendapatkan julukan sebagai “Pelukis Kucing”.

2. Sudarmaji

Tokoh kritikus seni di Indonesia lainnya adalah Sudarmaji. Beliau merupakan lulusan dari Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta pada tahun 1956 dan IKIP Negeri Yogyakarta di jurusan seni rupa pada tahun 1968. Selain menjadi kritikus seni, Beliau juga berprofesi sebagai pelukis, pendidik, dan sempat menjabat sebagai kepala Museum Seni Rupa dan Keramik Pemda DKI Jakarta.

Ketika menjadi kritikus seni, artikel pertamanya adalah membahas mengenai Pameran Seni Lukis Wanita yang diadakan di Yogyakarta pada 1957. Artikel tersebut berhasil dimuat di Mimbar Indonesia. Memang sejak lulus dari IKIP Yogyakarta, tulisan Beliau mengenai kritik seni telah dimuat dalam berbagai media massa, sebut saja di Kompas, Suara Karya, Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dan lainnya.

Sumber:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Modul Pembelajaran SMA: Seni Budaya Kelas XI.

Modul 8 Kegiatan Belajar 2: Kritik Karya Seni Rupa. UPI. FPSD

Baca Juga!

About the author

Gaby

Hai, saya Gabriel. Saya mengenal dunia tulis menulis sejak kecil, dan saya tahu tidak akan pernah lepas dari itu. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya untuk bisa turut memberikan informasi melalui tulisan saya. Saya juga sangat menulis dengan tema kesenian. Dengan seni, hidup akan jadi lebih berwarna.

Kontak media sosial Instagram saya Gabriela