Psikologi

Ekspektasi Adalah: Definisi dan Teorinya Menurut Kajian Psikologi

Ekspektasi Adalah
Written by Sevilla Nouval

Ekspektasi Adalah – Dewasa ini, istilah “ekspektasi” sering digunakan oleh banyak orang, terutama ketika berbicara mengenai harapan akan kehidupan yang harus diimbangi dengan realitasnya. Yap, ekspektasi itu pada dasarnya sama kok dengan harapan, yakni menjadi hal atau gagasan yang kita inginkan di masa depan. Terlebih lagi, jika ekspektasi yang muncul dari dalam diri semakin diperkuat dengan faktor-faktor penunjangnya, yang mana salah satunya adalah harga diri.

Meskipun keberadaan ekspektasi ini wajar adanya bagi seorang individu, tetapi tidak boleh berlangsung secara berlebihan, apalagi jika enggan melihat pada realitas yang ada. Semakin usia Grameds bertambah, maka harus menyadari bahwa sebuah ekspektasi di dalam diri kita, mengenai apapun itu, harus diimbangi dengan jalannya realitas dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, apa sih ekspektasi itu?

Apakah pembahasan mengenai ekspektasi masuk dalam kajian psikologi? Apa saja pula faktor-faktor pengaruh munculnya ekspektasi dalam diri manusia? Nah, supaya Grameds memahami hal-hal tersebut, yuk kita simak pembahasannya berikut ini!

Ekspektasi Adalah

https://www.pexels.com/id-id/

Apa Itu Ekspektasi?

Jika Grameds melihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “ekspektasi” ini berarti ‘pengharapan’. Yap, ekspektasi itu sama dengan harapan, yakni sesuatu yang kita inginkan supaya dapat terjadi atau terwujud dalam dunia nyata. Suatu ekspektasi atau harapan, tidak hanya berlaku pada seorang individu saja, tetapi juga dalam sebuah kelompok yang pastinya akan memberikan dampak positif. Dalam kajian psikologi, ada beberapa ahli yang telah mengemukakan akan definisi dari ekspektasi ini. Dilansir dari pendidikan.co.id, berikut ini adalah beberapa pendapat ahli tentang ekspektasi.

`1. Menurut Fleming dan Levie (1981)

Ekspektasi adalah segenap keinginan, harapan, dan cita-cita mengenai sesuatu hal yang ingin diraih dengan adanya tingkah laku dan tindakan yang secara nyata.

2. Menurut Sutisna (2001)

Ekspektasi merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan dari seorang individu mengenai berbagai hal yang seharusnya terjadi pada sebuah situasi tertentu.

3. Boeree (2005)

Ekspektasi yakni sebuah kesenangan yang terjadi secara tidak konstan, yang muncul dari adanya gagasan tentang sesuatu di masa depan atau masa lalu, terutama tentang masalah yang sedang dikhawatirkan.

Nah, berhubung kali ini kita akan membahas ekspektasi dalam kajian psikologi, maka tidak ada salahnya jika melihat definisi “ekspektasi” menurut kamus psikologis. Berdasarkan kamus psikologi, ekspektasi dapat menjadi kecondongan yang dipelajari, dimana suatu organisme dapat memperkirakan bagaimana situasi tertentu akan muncul dengan memberikan respon terhadap suatu stimulus (Kartono, 1987).

Sementara itu, menurut Riggio (1990), “expectancy is the perceived relationship between the individual’s effort and performance of the behavior”. Artinya, ekspektasi ini menjadi hubungan yang dirasakan oleh seorang individu antara usaha dan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ekspektasi akan dianggap sebagai perkiraan dari seorang individu kepada individu lain maupun kelompok (dan sebaliknya), sehingga akan memberikan dampak positif terhadap individu itu sendiri.

Lain lagi dengan pendapat Snyder, yang mengemukakan bahwa ekspektasi dapat didefinisikan sebagai harapan yang berpacu pada satu tujuan saja. Menurut Beliau, ekspektasi alias harapan ini adalah “the process of thinking about one’s goals, along with the motivation to move toward those goals (agency), and the ways to achieve those goals (pathway)”. Artinya, proses berpikir tentang satu tujuan dengan adanya motivasi guna mendapatkan tujuan-tujuan tersebut, disertai pula dengan cara-cara untuk meraih tujuan tersebut. Konsep ekspektasi ini pun menekankan 3 komponen, yakni motivasi (agency), strategi (pathways), dan tujuan (goals). Nah, jika seorang individu tidak dapat memenuhi 3 komponen tersebut, maka gagasannya tidak dapat disebut sebagai ekspektasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa,

“Ekspektasi adalah harapan akan sesuatu hal yang ingin diraih dari seorang individu supaya terjadi dalam situasi tertentu, terutama mengenai masalah yang memang sedang dikhawatirkan.”

Meskipun ekspektasi dalam diri itu jika berlebihan, dapat membuat kecewa dan muncul perasaan sedih, tetapi bagi sebagian orang justru keberadaannya sangat menentukan keberhasilan lho… Itulah mengapa, adanya ekspektasi dan rasa optimis terutama dalam menjalani hidup harus benar-benar berkaitan secara baik. Jika hanya berekspektasi tinggi saja, tanpa melakukan strategi, tujuan, dan rasa optimis yang jelas, maka ekspektasi itu semua akan sia-sia saja.

Ekspektasi Adalah

Memahami Teori Ekspektasi Dalam Kajian Psikologi

Ekspektasi Adalah

https://pixabay.com/

Sebelumnya, telah dijelaskan secara singkat bahwa ekspektasi itu telah dikembangkan dalam bentuk teori, terutama dalam kajian psikologi. Secara umum, memang teori mengenai ekspektasi ini telah dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi, tetapi yang paling populer adalah milik Victor Vroom, Edward Lawyer, dan Lyman Porter.

Victor Vroom mengemukakan teori ekspektasi atau teori harapan ini dengan sebutan Expectancy Theory dan ditulis dalam bukunya, berbunyi “expectancy theory is a theory about work motivation that focuses on how employees make choices among alternative behaviors and levels of effort”. Artinya, teori ekspektasi ini adalah sebuah teori mengenai motivasi kerja yang berfokus pada bagaimana seseorang dapat membuat pilihan antara perilaku yang dipilih dengan level usaha yang nantinya akan dilakukan.

Tidak hanya itu saja, Victor Vroom juga berpendapat mengenai teori ekspektasinya yang secara sistematis dalam buku berjudul Work and Motivation (1964). Dalam teorinya itu menyebutkan bahwa ekspektasi menjadi kecenderungan yang kuat untuk dapat bertindak dengan suatu cara tertentu, bergantung pada seberapa besar kekuatan harapan, dengan tindakannya pun harus diikuti konsekuensi tertentu pada individunya.

Keberadaan teori nilai ekspektasi (Expectancy-Value Theory) yang berada dalam kamus psikologis juga mendefinisikannya sebagai “suatu teori tentang motivasi dalam diri manusia, yang mana menjelaskan bagaimana tingkah laku manusia itu dipandang dari segi norma-norma harapan individu dalam mencapai suatu tujuan, dengan suatu situasi dimana motif-motifnya pun dapat dibangkitkan, serta berkaitan dengan nilai insentif dari tujuan sasarannya.”

Sementara itu, menurut Siagian (2004), berpendapat bahwa inti dari teori ekspektasi yang ada itu akan berkenaan dengan kuatnya kecenderungan seorang individu untuk bertindak, dengan cara tertentu, bergantung pada seberapa besar kekuatan harapannya tersebut, tetapi tetap harus diikuti dengan tindakan yang realistik dan rasional. Itulah mengapa, keberadaan teori ekspektasi pasti akan selalu fokus pada hal-hal yang realistik dan rasional.

Dalam sebuah teori ekspektasi juga menjelaskan bahwa semua individu di dunia ini pastilah memiliki cara tertentu untuk mencapai sesuatu atau harapan yang memang berbeda, sehingga dapat dimotivasi terutama jika mereka percaya bahwa:

  • Ada hubungan positif antara usaha dengan hasil yang hendak dicapai.
  • Hasil yang positif pasti akan menghasilkan adanya timbal balik yang sesuai dengan harapan.
  • Hasil yang akan dicapai dapat memuaskan kebutuhan individu.
  • Keinginan yang kuat untuk memuaskan kebutuhan tersebut, dapat membuat usahanya semakin berarti.

Sebenarnya, keberadaan ekspektasi dari dalam diri seorang individu itu pasti akan selalu ada, terutama terjadi memang karena adanya keinginan untuk mencapai tujuan. Ekspektasi juga menjadi salah satu penggerak yang mendasari seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan. Yap, tak jarang, seseorang dapat mencapai kesuksesannya setelah berekspektasi yang dilakukan secara logika terlebih dahulu. Setelah itu, dirinya mulai memikirkan cara atau strategi yang sesuai dan cocok untuk mencapai tujuannya tersebut.

Menurut pendapat Tosi (1990), teori ekspektasi ini dapat dibagi menjadi 2, yakni:

1. Effort-performance Expectancy (E-P)

Dalam model teori ekspektasi ini, mempresentasikan adanya kemungkinan tingkatan usaha yang diberikan supaya dapat menghasilkan tujuan yang sukses dari usaha tersebut. Contoh: seorang pekerja sales yang berusaha kerja (usaha) untuk dapat menjual barangnya dan berpikir berapa barang yang bisa dijual jika dia bekerja keras (ekspektasi).

2. Performance Outcome-expectancy (P-O)

Dalam model teori ekspektasi yang kedua ini, kemungkinan hasil tampilan akan mempengaruhi hasil yang diperoleh, sehingga berkenaan dengan pencapaian kebutuhannya.

Sebenarnya, teori ekspektasi ini pasti akan selalu berkaitan dengan motivasi. Motivasi dapat menjadi hal yang ‘apabila seseorang begitu menginginkan sesuatu dan tampak jalan peluang yang begitu terbuka untuk memperolehnya, maka seseorang tersebut akan begitu berupaya mendapatkan keinginan tersebut’. Masih menurut pendapat Victor Vroom, keberadaan motivasi tentu saja mengarah pada keputusan tentang seberapa banyak usaha yang dikeluarkan dalam situasi tertentu. Namun, motivasi itu sendiri juga didasarkan pada urutan ekspektasi secara 2 tahap, yakni usaha-prestasi; dan prestasi-hasil.

Faktor-Faktor Pengaruh Munculnya Ekspektasi Dalam Diri

Ekspektasi Adalah

https://pixabay.com/

Pembahasan mengenai faktor pengaruh munculnya ekspektasi dalam diri seseorang ini dikemukakan oleh beberapa ahli.

Menurut Kreitner

Menurut Kreitner (2001), ada beberapa faktor pengaruh munculnya ekspektasi dalam diri seseorang, yakni harga diri, derajat seseorang, kesuksesan dari masa lalu, bantuan dari orang lain, informasi, dan bahan alatnya. Nah, berikut adalah uraiannya.

a. Harga Diri

Sebenarnya, ekspektasi yang ada dalam diri seseorang itu pasti akan dipengaruhi harga diri seseorang tersebut. Sedikit trivia, harga diri merupakan kesan seseorang mengenai bagaimana dirinya yang dianggap baik. Oleh dari itu, jika seseorang memiliki rasa harga diri yang tinggi, maka mereka akan cenderung memiliki ekspektasi yang tinggi pula, terutama untuk meninggikan harga dirinya dalam lingkungan sekitarnya.

b. Derajat Diri

Derajat diri dalam seseorang akan diakui oleh lingkungan jika seseorang tersebut memang dapat memperoleh hasil yang maksimal, terutama ketika melakukan suatu pekerjaan. Tak jarang, derajat diri juga dapat mempengaruhi ekspektasi seseorang untuk melakukan pekerjaannya.

c. Kesuksesan Di Masa Lalu

Biasanya, seseorang yang sudah mendapatkan sebuah kesuksesan di masa lalu, maka ekspektasinya pun akan meningkat. Namun, itu semua juga harus diiringi dengan usaha (strategi) yang lebih keras supaya ekspektasi tersebut dapat terwujud. Terlebih lagi, jika sudah mendapatkan kesuksesan di masa lalu, maka seseorang itu berarti telah memiliki pengalaman yang dapat digunakan untuk mencapai ekspektasinya yang lebih tinggi.

d. Bantuan Dari Orang Lain

Melalui bantuan orang lain, ekspektasi seseorang akan keinginannya juga dapat terwujud. Yap, dengan adanya bantuan dari orang lain, ekspektasi akan hasil yang maksimal akan mudah untuk dicapai.

e. Informasi yang Jelas

Informasi sangat berguna untuk mempengaruhi ekspektasi di dalam diri seseorang, terutama untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Menurut Jewel

Menurut Jewel (1998), ada 4 faktor pengaruh adanya ekspektasi dari dalam seseorang, yakni.

a. Kemampuan, Pengalaman, Pengetahuan, dan Keahlian

Adanya kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan keahlian yang dimiliki oleh seseorang juga sangat mempengaruhi adanya ekspektasi yang muncul. Yap, seseorang itu akan melihat dan menafsirkan sesuatu berdasarkan apa yang diketahuinya, sehingga sangat mempengaruhi ekspektasi terhadap hal-hal yang diharapkan.

b. Proses Belajar

Seorang individu dapat membentuk suatu ekspektasi mengenai hal-hal yang memang telah dipelajarinya, terutama di lingkungan sekitar.

c. Kondisi Fisik Lingkungan, Sumber Daya Manusia, dan Lainnya

Sebuah ekspektasi ternyata sangat dipengaruhi adanya kondisi fisik dan sumber daya manusia di sekitarnya. Lingkungan tersebut harus dilihat apakah benar-benar mendukung ekspektasinya atau tidak.

d. Penilaian Orang Lain

Dalam hal ini, ekspektasi sangat dipengaruhi oleh penilaian orang lain. Sebab, hasil yang mereka kehendaki juga “ingin” dilihat oleh orang lain.

Aspek-Aspek Adanya Ekspektasi

https://www.pexels.com/id-id/

Ekspektasi atau harapan yang tertanam di dalam diri individu itu memiliki beberapa aspek yang termuat dalam teori ekspektasi itu sendiri. Menurut Snyder (2000), aspek komponen pada teori ekspektasi ini adalah:

1. Goal (Tujuan)

Goal atau tujuan adalah sasaran dari tahapan tindakan mental yang menghasilkan sebuah komponen secara kognitif. Menurut Averill dkk (dalam Snyder, 2000), mengemukakan bahwa goal atau tujuan ini menjadi titik akhir dari tahapan perilaku mental individu mengenai ekspektasi. Goal atau tujuan ini tentunya harus cukup bernilai supaya dapat dicapai secara logika dan dapat dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Pathway Thinking

Menurut Snyder (2003), pathway thinking adalah ketika jalan pikiran seseorang supaya dapat mencapai goal atau tujuannya, maka dirinya juga harus memandang dirinya sendiri sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan “jalur” untuk mencapainya. Pathway thinking ini ditandai sebagai pernyataan pesan secara internal untuk meyakinkan diri sendiri mengenai seperti apa dirinya dalam menemukan cara untuk menyelesaikan masalah.

3. Agency Thinking

Keberadaan agency thinking begitu penting, terutama untuk berorientasi pada tujuan dan menghadapi hambatan. Agency lebih mencerminkan bagaimana persepsi seseorang mengenai caranya untuk mampu mencapai tujuannya, terutama dengan jalur-jalur yang telah dipikirkannya. Biasanya, orang yang memiliki ekspektasi tinggi sering melakukan self talk, misalnya “Apakah aku bisa melakukan hal ini?”, “Aku pasti bisa melakukan hal ini”, dan “Aku tidak akan berhenti sampai sini”. Nah, ketika seseorang itu menghadapi hambatan, maka secara tidak langsung, pikirannya akan memotivasi untuk menemukan jalur alternatif terbaik.

4. Kombinasi Antara Pathway Thinking dan Agency Thinking

Berdasarkan pada teori ekspektasi, komponen pathway thinking dan agency thinking menjadi 2 komponen penting. Meskipun dalam kenyataannya, jika salah satu komponen tersebut tidak dapat dicapai, maka kemampuan untuk mempertahankan pencapaian tujuan juga tidak akan mencukup. Itulah mengapa, komponen pathway thinking dan agency thinking harus saling melengkapi, berkorelasi positif, dan bersifat timbal balik.

Sayangnya, tidak semua orang itu memiliki komponen pathway thinking dan agency thinking ini. Bahkan, jika seseorang memiliki kedua komponen ini, maka ekspektasinya pun sangat tinggi. Menurut Snyder, ada 4 kategori dalam komponen pathway thinking dan agency thinking ini, yakni:

1. Komponen pathway thinking dan agency thinking rendah

Seseorang yang demikian, hanya memiliki sedikit keyakinan saja bahwa dirinya dapat meraih tujuannya. Tak jarang, seseorang dengan komponen pathway thinking dan agency thinking rendah, menjalani hidup tanpa tujuan sama sekali dan merasa depresi. Perasaan depresi itu muncul karena dirinya tidak memiliki kemampuan untuk meraih tujuannya.

2. Komponen pathway thinking rendah dan agency thinking tinggi

Seseorang yang demikian menjadi individu yang tidak memiliki energi mental cukup untuk mewujudkan tujuannya. Bahkan tak jarang, dirinya merasa burnout karena mengerjakan sesuatu hanya untuk membuat orang lain terkesan saja.

3. Komponen pathway thinking tinggi dan agency thinking rendah

Seseorang yang demikian lebih yakin dalam meraih tujuan yang diinginkan. Hanya saja, dirinya sering memperoleh masalah dalam proses meraih tujuannya, seperti kemarahan dan frustasi.

4. Komponen pathway thinking dan agency thinking tinggi

Seseorang yang demikian justru dapat menyusun tujuannya yang jelas dan cara untuk meraih tujuan tersebut dalam pikiran mereka. Seseorang ini malah mudah berinteraksi dengan orang lain, dan tak jarang akan memanfaatkan kesempatan untuk meraih tujuannya. Berhubung ekspektasinya sangat tinggi, maka pikirannya pun aktif dan memiliki keyakinan bahwa ada berbagai pilihan untuk mencapai tujuannya tersebut.

Sumber:

Sukmaningtyas, Gayatri. (2010). Sikap dan Ekspektasi Mahasiswa Non Kependidikan Program Profesi Keguruan IKIP PGRI Semarang Terhadap Profesi Guru. Universitas Negeri Semarang. Skripsi.

http://etheses.uin-malang.ac.id/

Baca Juga!

About the author

Sevilla Nouval

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Instagram saya Sevilla