Psikologi

Defensif: Arti, Tujuan, Dampak, sampai Cara Menanganinya

Defensif adalah
Written by Sevilla Nouval

Defensif adalah – Kita mungkin pernah mendapat ucapan “Kenapa kamu defensif sekali?” dari seorang teman atau kenalan. Bahkan, bisa jadi kalau kita sendirilah yang pernah mengucapkan demikian pada seseorang karena sikapnya. Seringkali, orang-orang pun mengucapkan hal demikian tanpa tahu pasti apa artinya.

Tentunya, kita perlu tahu bagaimana sebenarnya penggunaan kata “defensif” dalam sebuah kalimat. Demi mengetahuinya betul-betul, tentu saja kita juga harus kenal arti “defensif” dalam psikologi. Sebab, defensif merujuk pada suatu sikap yang umum ditemui dalam pembelajaran terkait psikologi.

Grameds, mari simak bersama pembahasan tentang defensif di bawah ini!

Pengertian Sikap Defensif

Defensif adalah

pixabay.com

Sebelum kenal lebih jauh dengan defensif, kita pastinya harus memikirkan tentang sikap bertahan. Sebab, kata defensif sendiri merupakan bentuk serapan dari “defensive” yang artinya “bertahan”. Adapun secara lebih dalam, maksudnya ialah “menjaga atau melindungi dari cedera atau serangan”. Sejumlah kata lainnya yang kerap digunakan secara umum pun kurang lebih merujuk pada maksud yang sama.

Secara mendasar, sikap ini berkaitan dengan membela atau melindungi sesuatu atau seseorang. Ini kerap dilakukan suatu negara melalui tindakan militer untuk mempertahankan diri, atau orang tua yang membela anak mereka dari bahaya. Saat bersikap ini secara psikologis, diartikan bahwa kita berusaha membela diri dari seseorang atau sesuatu dan hal ini kita rasa penting dilakukan.

Meski begitu, apa yang sebenarnya ingin kita lindungi? Secara umum, kita bersikap ini karena ingin melindungi ego. Kita ingin orang berpikiran bahwa kita adalah orang yang cerdas, baik, atau menyenangkan, sama seperti bagaimana kita berharap begitulah kita sebenarnya.

Bisa juga kita ingin membenarkan keputusan yang terlanjur dibuat, hal-hal yang terlanjur dilakukan, atau bahkan siapa diri kita secara pribadi.

Perasaan dan perilaku adalah acuan dari defensif. Biasanya, perasaan timbul kala seseorang sepertinya tengah mengkritik dan menimbulkan rasa, sedih, malu, dan marah. Sementara itu, perilaku umumnya berasal dari perasaan tersebut, jadi kita boleh jadi akan memberi perlakuan diam, menyindir, atau membalas balik dengan kritikan.

Tujuan dari Sikap Defensif

Tujuan berperilaku defensif ialah demi mengalihkan diri dari rasa dipermalukan atau disakiti. Disadari atau tidak, kita ingin mengalihkan perhatian pada kesalahan orang lain sehingga diri merasa lebih baik setelahnya.

Dengan tujuan yang mungkin dianggap beberapa orang sebagai “jahat” ini, perilaku ini sebenarnya bisa saja membantu kita merasa lebih baik, tetapi dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang, defensif justru akan membuat kita merasa lebih buruk.

Demi menghindari perasaan terserang, kita menunjukkan kekurangan orang lain. Ini pada akhirnya akan membuat orang tersebut berperilaku ini pula dan membuat semuanya seperti lingkaran setan sikap defensif yang bolak-balik, tidak ada akhirnya, dan mungkin tidak akan ada yang berusaha mengerti.

Defensif adalah

Tanda-Tanda Sikap Defensif

Defensif adalah

pexels.com

Dengan hanya mengenal pengertian dan tujuannya, kita tak bisa lantas merasa yakin sikap kita atau seseorang adalah defensif. Sebab, sikap ini pun bisa sulit dikenali, khususnya jika berasal dari dalam diri kita sendiri.

Saat merasa dikritik, perhatikanlah apakah Grameds melakukan salah satu dari sikap-sikap di bawah ini:

  • Tak mau mendengarkan orang lain.
  • Menyalahkan orang lain atas kritikan mereka tentang kita.
  • Membuat alasan tentang hal yang dikritik orang tersebut.
  • Menuduh orang lain melakukan hal yang sama.
  • Mencoba mencari pembenaran atas sikap kita.
  • Membeberkan hal-hal salah yang dilakukan orang lain di masa lalu dan menghindari pembicaraan masalah saat ini.
  • Memberi tahu orang-orang bahwa mereka seharusnya tidak melakukan dan merasakan hal-hal seperti itu.

Jika Grameds mengalami beberapa sikap di atas saat menerima kritik menandakan bahwa Grameds sedang bersikap defensif.

Penyebab Seseorang Bersikap Defensif

Defensif adalah

pixabay.com

Defensif merupakan pertahanan psikologis yang berpotensi merusak. Memang, otak kita terhubung untuk melindungi diri dari ancaman dan hal tersebut bagus karena mempertahankan kita dari ketidakberdayaan.

Namun, defensif adalah jenis perilaku yang sangat kompleks. Dasarnya adalah kombinasi dari sikap, keyakinan, perasaan, dan kepribadian kita.

Awal kehidupan merupakan waktu terbanyak orang mulai terlibat pada perilaku defensif. Kita mungkin telah belajar perilaku ini dari orang lain ketika masih muda. Saat kita merasa terancam, kita pun menemukan cara untuk bersikap defensif terhadap ancaman agar merasa lebih aman, sama seperti semua orang.

Ketika bertumbuh dewasa, kita lalu menerapkan perilaku yang sama, baik untuk menyikapi lingkungan atau bahkan saat menghadapi ancaman. Seringkali, pertahanan tersebut bukanlah yang memang kita butuhkan sekarang tetapi hanya karena telah dipelajari di masa lalu.

Perlu diingat bahwa orang yang berperilaku defensif biasanya tidak berlaku demikian karena niat jahat. Pada dasarnya, satu-satunya hal yang paling mereka perhatikan saat itu hanyalah cara agar bisa merasa lebih baik setelah apa yang terjadi. Sayangnya, perilaku ini umumnya berbahaya bagi mereka yang melakukan maupun yang menerima.

Secara singkat, kadang-kadang, sikap ini digunakan dengan kurang tepat atau dengan cara yang mencegah komunikasi efektif meski mekanisme ini pada dasarnya bukanlah hal yang buruk.

Jenis Sikap Defensif

Semakin jelas tentang 8ini, sikap ini sebenarnya dibagi menjadi beberapa jenis yang punya beberapa perbedaan. Lantas, apa saja jenis-jenis sikapnya?

Mari coba periksa apakah salah satu dari beberapa jenis ini sesuai dengan perasaan dan perilaku kita:

1. Serangan ad hominem:

Hal ini merupakan jenis sikap yang di mana kita menyerang orang lain dengan cara tertentu demi mendiskreditkan pernyataan atau kritik mereka.

2. Mengungkit masa lalu

Jenis ini artinya kita membicarakan kesalahan masa lalu seseorang yang mengkritik kita.

3. Silent treatment atau perlakuan diam

Seperti banyak kasus yang mungkin Grameds kenal, jenis sikap defensif ini merujuk pada tidak berinteraksi dengan seseorang yang mengkritik kita untuk membalas mereka.

4. Gaslighting

Menyangkal atau bohong bahwa kita telah melakukan suatu hal untuk membuat orang lain mempertanyakan ingatan dan kewarasan mereka. Jenis ini biasanya dilakukan bersamaan atau berupa sindiran bahwa orang tersebut tidak berpikir jernih atau rasional.

5. Menyalahkan/agresi

Jenis sikap defensif berikutnya adalah menyalahkan. Dengan kata lain, mengalihkan kritikan terhadap kita dengan kesalahan orang lain.

6. Righteous indignation

Bersikap seolah tidak boleh ada yang menanyakan topik yang memicu sikap defensif tersebut karena suatu hal. Contohnya, menyebut diri kita sebagai pekerja keras dan itu menjadi alasan untuk menomorduakan keluarga.

7. Innocent victim

Menangis atau menyalahkan diri sendiri secara berlebihan setelah menyetujui suatu kritik agar orang lain bersimpati, merasa bersalah, dan memutuskan untuk tidak mengkritik lebih lanjut.

Defensif adalah

Dampak dari Bersikap Defensif

Grameds, mengapa melakukan sikap defensif demi melindungi diri sendiri disebut sebagai hal yang buruk? Sebenarnya, kerugian seperti apa yang bisa timbul jika kita terus melakukannya?

1. Memengaruhi Hubungan Individu atau Kelompok

Sikap defensif dapat mempengaruhi hubungan kita dengan individu atau kelompok lain yang berhubungan dan saling berinteraksi dalam hidup. Jika sering merespon orang lain dengan sikap defensif, hubungan kita dengan individu tersebut sangat mungkin menjadi tak baik dari hari ke hari.

2. Bisa Membuat Hubungan Menjadi Tegang

Kemudian, kita boleh jadi juga menciptakan lingkungan yang tak bersahabat dan tegang jika terus bersikap defensif dengan pasangan atau orang-orang yang kita cintai.

3. Dapat Mempersulit Hubungan

Di sisi lain, sikap defensif di tempat kerja juga bisa mempersulit hubungan, baik dengan supervisor atau manager, sampai rekan kerja. Sikap yang terlalu emosional seperti ini bahkan juga dapat membuat kita dibuang dari kelompok sosial atau menjadi pusat di kelompok tetapi dihina dan tak diinginkan secara diam-diam.

4. Dapat Menciptakan Rasa Tidak Percaya

Perilaku defensif pun dapat menciptakan ketidakpercayaan dan permusuhan yang sebelumnya belum pernah ada alih-alih melindungi kita dari serangan psikologis. Hal ini juga pada akhirnya akan menciptakan “lingkaran setan” di mana terjadi pembelaan, perasaan frustasi, sikap defensif dari rasa frustasi, dan akhirnya membuat perasaan kita menjadi lebih buruk.

Demi hasil yang lebih baik untuk semua orang, lebih baik menunjukkan sikap yang jelas sedari awal daripada sikap defensif.

Strategi Kendali untuk Mengurangi Sikap Defensif

Defensif adalah

pixabay.com

Makin tahu sebab dan akibat dari sikap defensif yang salah, pastinya kita jadi makin ingin tahu cara mengendalikan sikap ini agar menjadi kurang defensif. Bagaimana strateginya? Apakah terdapat beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir dan pada akhirnya menghilangkan sikap defensif yang buruk dari diri kita?

Berikut beberapa tips strategi untuk memulai menjadi tidak terlalu defensif:

1. Sadarilah Sikap Defensif Kita

Langkah pertama untuk menghentikan perilaku defensif adalah dengan benar-benar menyadari kapan hal itu terjadi. Memang, sangat mudah untuk menghindari menghadapi perilaku atau mengakui bahwa kita berperilaku defensif.

Sebaliknya, cobalah untuk memperhatikan bagaimana perasaan dan reaksi kita terhadap orang lain saat itu. Kita juga bisa membuat jurnal tentang perasaan di penghujung hari dan mengeksplorasi bagaimana situasi yang berbeda membuat kita merasa atau bereaksi.

2. Validasi Perasaan

Setelah mulai sadar ketika menjadi defensif, penting untuk mulai memvalidasi perasaan kita saat dikritik. Tindakan sederhana untuk mengakui bahwa kita merasa terluka, khawatir, malu, takut, atau tidak aman, dapat membantu meredakan situasi.

Alih-alih merasa lebih buruk karena memiliki perasaan ini, cobalah untuk tidak memperumit masalah. Akui perasaan itu sehingga kita tidak menjadi terlalu fokus padanya.

3. Hindari Bertindak berdasarkan Perasaan Semata

Saat kita memvalidasi perasaan telah disakiti atau merasa malu, lalu menunjukkan belas kasih kepada diri sendiri atas apa yang kita rasakan, kita juga bisa mengakui fakta bahwa tak perlu bertindak berdasarkan dorongan hati untuk bereaksi membela diri.

Meskipun, mungkin, masuk akal jika merasa defensif, itu tidak berarti bahwa kita harus mengambil tindakan. Sebaliknya, kita dapat menunjukkan belas kasihan pada diri sendiri atas perasaan itu dan menyadari bahwa setiap orang merasakan hal ini dari waktu ke waktu.

4. Menyelaraskan Diri dengan Nilai Diri

Apakah bertindak defensif sejalan dengan bagaimana kita ingin menjadi pribadi tertentu? Kebanyakan tidak, dan inilah saatnya untuk memperjelas bagaimana kita ingin berperilaku. Ketika merasa seolah-olah diri ini menjadi defensif, bagaimana versi terbaik dari diri kita untuk menangani situasi tersebut?

Jika tak yakin, gunakan jurnal atau diary Grameds untuk menulis daftar hal-hal yang bisa dilakukan saat ini alih-alih bertindak berdasarkan perasaan defensif semata.

Berikut adalah beberapa ide tindakan yang dapat diambil demi mencegah kita bertindak defensif di kondisi tertentu:

  • Beri tahu orang lain bahwa komentar mereka membuat kita merasa sakit hati dan mengapa demikian.
  • Berperilaku asertif dan meminta rasa menghargai dari orang lain, terlepas dari kritik yang mereka ucapkan.
  • Tetap pada topik dan diskusikan solusi untuk masalah daripada berusaha teralihkan.

5. Antisipasi Ketika Ada Kemungkinan Menjadi Defensif

Apakah Grameds punya perkiraan yang cukup baik terkait kapan kita biasanya akan menjadi defensif? Mungkin di sekitar orang atau dalam situasi tertentu, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah membuat daftar situasi yang mungkin menyebabkan sikap defensif.

Merasa lengah atau terkejut oleh seseorang dapat membuat kita cenderung bereaksi defensif. Oleh karena itu, jika bisa mengantisipasi kapan hal itu mungkin terjadi, kita dapat merencanakan cara menunjukkan belas kasih kepada diri sendiri serta bagaimana diri ini ingin bereaksi.

6. Tingkatkan Harga Diri

Jika ada masalah atau bagian tertentu dalam hidup yang cenderung memicu kita bersikap defensif, mungkin akan membantu jika kita melakukan hal-hal yang membuat diri merasa lebih percaya diri atau meningkatkan harga diri kita.

Misalnya, jika merasa tidak enak ketika seseorang membicarakan kesehatan fisik, kita mungkin merasa lebih percaya diri saat sudah tahu bahwa kita sudah melakukan segala hal untuk menjadi versi diri yang paling sehat.

7. Temui Terapis

Jika Grameds bermasalah dengan sikap defensif dan tampaknya tidak dapat mengendalikannya sendiri, mungkin bisa mencoba berinvestasi dalam terapi atau konseling untuk mengatasi masalah tersebut. Ini bisa sangat membantu jika kita mengalami sikap defensif dalam hubungan.

Bahkan, kita bahkan bisa menghadiri konseling untuk pasangan demi melatih komunikasi sebagai pasangan.

8. Lebih Bertanggung Jawab

Alih-alih langsung bereaksi terhadap perasaan Anda disakiti atau dikritik, Anda dapat mencoba mengambil tanggung jawab atas bagian apa pun yang mungkin menjadi tanggung jawab Anda dalam situasi tersebut.

Misalnya, jika Anda diminta untuk melakukan sesuatu dan tidak melakukannya, Anda dapat menjawab dengan mengatakan, “Anda benar, saya seharusnya melakukan itu. Saya minta maaf.”

Mengakui bahwa Anda memainkan beberapa peran dalam masalah akan membantu meredakan situasi dan memungkinkan Anda untuk bekerja sama dengan orang lain untuk memecahkan masalah.

9. Tingkatkan Keterampilan Komunikasi

Cara lain untuk mengelola sikap defensif adalah dengan meningkatkan keterampilan komunikasi. Jika Grameds tahu topik tertentu selalu membuat diri merasa sakit hati atau marah, maka dapat juga memberi tahu orang lain bahwa kita tidak ingin membahasnya kecuali tujuannya adalah untuk menemukan solusi.

Terus mengulang-ulang masalah demi berdebat bukanlah komunikasi yang efektif. Untuk menjadi lebih baik dalam berkomunikasi, cobalah berlatih terlebih dahulu dalam situasi berisiko rendah atau bayangkan bagaimana kita ingin berkomunikasi sebelum situasi terjadi.

Bayangkan bahwa diri kita tetap tenang saat mendiskusikan masalah, alih-alih bereaksi membela diri.

Defensif adalah

Cara Merespon Seseorang yang Bersikap Defensif

Defensif adalah

pixabay.com

Beberapa kenalan, teman, sampai sahabat kita mungkin memiliki sikap defensif yang berlebihan meski kita telah sepenuh hati mendukung mereka. Bagaimana perasaan Grameds jika terus menghadapi situasi tersebut? Berikut ini cara merespon seseorang yang bersikap defensif.

1. Mencari Jalan Tengah

Akan sangat baik jika kita dan teman bisa menemukan jalan tengah atau suatu hal untuk disepakati bersama, bahkan jika itu hanyalah hal kecil. Jika teman bersikap defensif dan sangat kekanak-kanakan, akan lebih baik pula jika kita dapat sedikit mengabaikan beberapa dari perilaku tersebut.

2. Bersikap Tenang

Umumnya, sikap tenang dapat lebih membantu kita untuk membicarakan masalah dengan lebih sederhana, langsung, dan sejujur mungkin tergantung kedekatan hubungan dengan lingkungan sosial, khususnya teman yang bersikap demikian.

3. Menghindari Reaksi Berupa Pembelaan-Pembelaan

Menghindari bereaksi terhadap pembelaan-pembelaan dari teman pun mungkin dapat lebih membantu kita menyikapi dengan cara yang baik. Pasalnya, seringkali respon kita tanpa disadari merupakan cara yang negatif dan sangat menyinggung. Kembali lagi, orang dengan sikap ini kebanyakan memang mempelajari perilaku tersebut sejak dini atau karena tekanan emosional yang dialami terlalu besar.

Kesimpulan

Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk melakukan sikap defensif. Selain itu, setiap orang juga akan bersikap defensif pada momen-momen tertentu saja.

Dari semua penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa sikap ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya, penting untuk mengusahakan sikap ini yang tidak berlebihan dan negatif karena defensif merupakan perilaku yang rawan. Demikian pembahasan tentang defensif adalah hingga cara meresponnya, semoga semua pembahasan dalam artikel ini bermanfaat bagi Grameds.

Grameds, kamu dapat membeli dan membaca buku dengan mudah dengan pembelian melalui Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu mengusahakan penawaran menarik dan kualitas buku terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Yuk, belanja buku di Gramedia!

Penulis: Sevilla Nouval Evanda

BACA JUGA:

  1. Mengenal Idealis: Pengertian, Kelebihan & Kekurangan di Keseharian
  2. Arti Playing Victim, Tanda-Tanda, Penyebab & Cara Mengatasinya 
  3. Sifat Childish: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Cara Mengatasinya
  4. Growth Mindset: Pengertian, Manfaat, dan Penerapannya
  5. Pengertian Narsisme & Memahami Fenomena Narsisme Milenial 

About the author

Sevilla Nouval

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Instagram saya Sevilla