Geografi

Batas Laut Pulau Papua dan Maluku Menurut Kondisi Geografis

Batas Laut Pulau Papua dan Maluku
Written by Mochamad Harris

Batas Laut Pulau Papua dan Maluku – Maluku dan Papua berada di ujung timur wilayah Indonesia. Keadaan geografis kedua pulau yang letaknya saling berdekatan tersebut dihiasi dengan berbagai macam kekayaan alam yang berlimpah, mulai dari pantai hingga gunung yang indah membentang di setiap daerahnya.

Batas Laut Pulau Papua dan Maluku

Pulau Papua dan Maluku (Oona Räisänen [Mysid]/Creative Commons CC0 1.0 Universal Public Domain Dedication).

Tidak mengherankan jika Pulau Papua dan Kepulauan Maluku sering kali menjadi destinasi wisata turis lokal maupun mancanegara. Beberapa kekayaan alam Papua dan Maluku yang dikenal luas adalah Raja Ampat, Pegunungan Jayawijaya, Pantai Ora, dan Laut Arafura.

Selain dilengkapi kekayaan alam yang melimpah, Papua dan Maluku juga menjadi tempat penghidupan bagi bermacam-macam tumbuhan dan satwa langka. Hal ini terbukti dari banyaknya penangkaran dan taman nasional yang dikelola di kedua wilayah tersebut, yaitu Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Taman Nasional Lorentz, dan Taman Nasional Wasur.

Untuk mengetahui secara lengkap tentang keadaan Pulau Papua dan Kepulauan Maluku berdasarkan letak geografisnya, simak uraian berikut ini hingga selesai.

Kondisi Geografis Pulau Papua dan Maluku

Batas Laut Pulau Papua dan Maluku

Danau Sentani (Demianus Felle/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International).

1. Pulau Papua

Berdasarkan letak astronomisnya, Pulau Papua berada di 0º 20′ LS hingga 10º 42′ LS dan membentang dari 131º BT hingga 151º BT. Mayoritas wilayahnya merupakan hutan hujan tropis yang terbentuk karena banyaknya lembah maupun pegunungan tinggi.

Kondisi iklim di Papua cukup ekstrem dengan curah hujan mencapai 1800 mm hingga 3000 mm dengan kelembapan berkisar 80%89%. Kondisi iklim itu ikut memengaruhi penyebaran penduduk di yang tidak merata.

Papua dikenal di dunia internasional dengan sebutan Nugini atau Guinea Baru (bahasa Inggris: New Guinea, Hiri Motu: Niu Gini, dan Tok Pisin: Niugini) atau dahulu juga sempat disebut dengan Irian atau Irian Jaya. Papua merupakan pulau terbesar kedua (setelah Greenland) di dunia yang berada di sebelah utara Australia.

Pulau tersebut dibagi menjadi dua wilayah, yaitu bagian barat merupakan wilayah Indonesia dan bagian timur merupakan wilayah Papua Nugini. Pulau ini bentuknya mirip dengan Paradisaeidae heimii (burung cenderawasih). Salah satu bentang alam di pulau tersebut adalah gunung tertinggi di Indonesia, yaitu Puncak Jaya (4.884 m).

Penduduk asli Papua untuk wilayah Indonesia disebut dengan Orang Asli Papua (OAP), yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Menurut Undang-Undang (UU) Otonomi Khusus, OAP merupakan orang yang berasal dari rumpun ras Melanesia, yang terdiri atas berbagai suku-suku asli di Pulau Papua dan/atau yang diterima serta diakui sebagai orang asli Papua oleh Masyarakat Hukum Adat (MHA) Papua. 

Pariwisata Papua dikenal eksotis dan masih alami dengan menyuguhkan pemandangan hutan lebat, pegunungan, rawa-rawa, padang rumput, dan pemandangan bawah laut yang indah dan telah diakui oleh dunia internasional.

Untuk menikmati keindahan Papua, wilayah Merauke, Sorong, Manokwari, dan Jayapura dijadikan sebagai pangkalan kota bagi wisatawan yang ingin menjelajah bumi Cenderawasih.

a. Luas Wilayah

Luas wilayah Pulau Papua adalah 786.000 km persegi. Namun, yang menjadi bagian Indonesia hanya seluas 418.707,7 km persegi, di mana wilayah lainnya masuk Papua Nugini.

b. Batas Laut Pulau Papua

  • Utara: Laut Filipina.
  • Timur: Samudra Pasifik.
  • Selatan: Laut Arafura.
  • Barat: Laut Arafura dan Laut Banda.

c. Batas Daratan Pulau Papua

  • Utara: Samudra Pasifik.
  • Timur: Papua Nugini.
  • Barat: Laut Arafura.
  • Selatan: Laut Arafura dan Australia.

d. Dataran Rendah di Pulau Papua

  • Dataran rendah Pesisir Arafura.
  • Dataran rendah Pesisir bagian barat laut Papua.
  • Dataran rendah Pesisir bagian selatan Papua.
  • Dataran rendah Pesisir Trans Fly.
  • Dataran rendah Pesisir Teluk Papua.

e. Gunung di Pulau Papua

  • Gunung Dafonsoro (2.034 mdpl).
  • Gunung Derabaro (4.150 mdpl).
  • Gunung Dom (1.332 mdpl).
  • Gunung Foja (1.800 mdpl).
  • Gunung Ngga Pilimsit (4.717 mdpl).
  • Gunung Redoura (3.083 mdpl).
  • Gunung Togwomeri (2.680 mdpl).
  • Gunung Yamin (4.595 mdpl).
  • Gunung Yaramamafaka (3.370 mdpl).
  • Puncak Idenburg (4.643 mdpl).
  • Puncak Jayawijaya (4.884 mdpl).
  • Puncak Mandala (4.640 mdpl).
  • Puncak Trikora (4.730 mdpl).

f. Pegunungan di Papua

  • Barisan Sudirman.
  • Pegunungan Arfak.
  • Pegunungan Bintang.
  • Pegunungan Fakfak.
  • Pegunungan Foja.
  • Pegunungan Jayawijaya.
  • Pegunungan Maoke.
  • Pegunungan Tamrau.

g. Pantai di Papua

  • Pantai Bakaro.
  • Pantai Pasir Putih.
  • Pantai Raja Ampat.
  • Pantai Tablanusu.
  • Pantai Teluk Triton.

2. Kepulauan Maluku

Batas Laut Pulau Papua dan Maluku

Pemandangan sore hari yang memperlihatkan Pulau Maitara (Thiobedda/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International).

Secara geografis, Kepulauan Maluku terbagi menjadi tiga kawasan yang berbeda satu dengan yang lainnya, yaitu Maluku Utara, Maluku Tengah, dan Maluku Tenggara.

Pada awal kemerdekaan, ketiganya merupakan kabupaten tersendiri (dengan pengecualian Maluku Tengah, yang juga meliputi Kota Ambon) dalam satu Provinsi Maluku, sebelum akhirnya dimekarkan menjadi kabupaten dan kota yang lebih kecil hingga puncaknya pemekaran Maluku Utara menjadi provinsi sendiri pada akhir abad ke-19.

Wilayah ini juga dijuluki seribu pulau karena mempunyai banyak pulau kecil yang langsung berbatasan dengan negara tetangga. Iklim di wilayah Kepulauan Maluku cenderung dipengaruhi oleh iklim tropis dan iklim musim. Ini dikarenakan keadaan di Kepulauan Maluku terdiri atas pulau-pulau dan dikelilingi oleh lautan.

a. Luas Wilayah

Pulau Maluku mempunyai luas sekitar 74.505 km2. Adapun yang memegang status sebagai pulau terbesar di Kepulauan Maluku adalah Pulau Halmahera dengan luas sekitar 17.780 km2.

Sementara itu, sebagaimana dilansir dari laman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, pulau terbesar kedua di Kepulauan Maluku adalah Pulau Seram yang mempunyai luas sekitar 17.100 km2.

b. Batas Laut Kepulauan Maluku

  • Utara: Laut Sulawesi.
  • Timur: Laut Halmahera.
  • Selatan: Laut Banda.
  • Barat: Laut Arafura dan Laut Banda.

c. Batas Daratan Kepulauan Maluku

  • Utara: Laut Seram.
  • Timur: Papua Nugini.
  • Selatan: Timor Leste dan Laut Arafura.
  • Barat: Pulau Sulawesi.

d. Pegunungan di Kepulauan Maluku

  • Gunung Gamalama.
  • Gunung Gamsunoro.
  • Gunung Hiri.
  • Gunung Sahuwai.
  • Gunung Waloolon.

e. Pantai di Kepulauan Maluku

  • Pantai Jikumerasa.
  • Pantai Liang.
  • Pantai Namalatu.
  • Pantai Natsepa.
  • Pantai Ngurbloat.
  • Pantai Ora.
  • Pantai Santai.

f. Laut di Kepulauan Maluku

  • Laut Banda.
  • Laut Halmahera.
  • Laut Maluku.
  • Laut Seram.

Itulah artikel terkait “batas laut Pulau Papua dan Maluku” yang bisa kalian gunakan untuk referensi dan bahan bacaan. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

Rujukan

Buku

  • Amal, Muhammad Adnan (2016). Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 12501950. Jakarta: Gramedia. ISBN 978-602-4241-66-7.
  • Assa, Veibe Ribka; Hapsari, Windy (2015). Peranan Perempuan Hattam dalam Beberapa Aspek. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua dan Kepel Press. ISBN 978-602-3560-62-2.
  • Awoitauw, Mathius (2020). Kembali ke Kampung Adat: Meniti Jalan Perubahan di Tanah Papua. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-4815-13-4.
  • Frank, Simon Abdi K. (2012). Arsitektur Tradisional Suku Arfak di Manokwari. Jayapura: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pelestarian Nilai Budaya Jayapura, Papua Kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Studi Kawasan Perdesaan, Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua. ISBN 978-602-7980-01-3.
  • Koentjaraningrat, dkk (1994). Irian Jaya: Membangun Masyarakat Majemuk. Jakarta: Penerbit Djambatan. ISBN 978-979-4281-70-3.
  • Kondologit, Enrico Yory; Sawaki, Andi Thompson (2016). Tarian Tumbu Tanah (Tari Tradisional Masyarakat Arfak di Kabupaten Arfak, Provinsi Papua Barat). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua dan Amara Books. ISBN 978-602-6525-10-9.
  • Monk, K.A.; Fretes, Y.; Reksodiharjo Lilley, G. (1996). The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. ISBN 962-5930-76-0.
  • Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1960). Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume III: Translations. Den Haag: Martinus Nijhoff. ISBN 978-940-1187-72-5.
  • Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1962). Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume IV: Commentaries and Recapitulations. Den Haag: Martinus Nijhoff. ISBN 978-940-1771-33-7.

Jurnal

  • Aprianto, Iwan Dwi (Desember 2019). “Tari Tumbu Tanah Sebagai Jati Diri Masyarakat Suku Arfak di Manokwari, Papua Barat”. Jurnal Jantra. 14 (2). ISSN 2715-0771.
  • Hastanti, Baharinawati W.; Yeny, Irma (Maret 2009). “Strategi Pengelolaan Cagar Alam Pegunungan Arfak Menurut Kearifan Lokal Masyarakat Arfak di Manokwari Papua Barat”. Jurnal Info Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 9 (1). ISSN 1979-5556.
  • Hapsari, Windy (Maret 2016). “Iwim (Tato) Orang Hatam di Kabupaten Manokwari”. Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional. 23 (1). ISSN 2615-3483.
  • Muhammad Hujairin, dkk (April 2017). “Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak di Papua Barat dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan Wilayah”. Manajemen Pertahanan (Jurnal Pemikiran dan Penelitian Manajemen Pertahanan). 3 (1). ISSN 2654-9700.

Rekomendasi Buku dan E-Book Terkait Batas Laut Pulau Papua dan Maluku

1. Sagu Papua untuk Dunia

Batas Laut Pulau Papua dan Maluku

button rahmadKebijakan pangan nasional hingga kini masih identik dengan beras, padahal Presiden Soekarno sejak 1952 sudah mengingatkan bahwa menitikberatkan kebijakan pangan hanya kepada padi sawah akan sulit memenuhi kebutuhan perut penduduk negeri ini.

Kerentanan pangan Indonesia boleh dikatakan karena kurangnya pengetahuan dibandingkan kurangnya pangan. Merujuk kepada pandangan Soekarno, sudah saatnya kita menempuh kebijakan pangan yang berperspektif Nusantara. Ini berarti tanaman lokal yang terbukti mampu beradaptasi dengan kondisi iklim dan lingkungan setempat mendapat prioritas. Salah satunya adalah sagu. Tanaman ini tidak bergantung kepada musim dan memiliki daya tahan di lingkungan marginal, seperti lahan gambut.

Sagu dianggap sebagai sumber pangan awal yang dikonsumsi  (manusia modern) dan Indonesia merupakan negara dengan cadangan sagu terbesar di dunia. Pada masa lalu, sagu juga dikonsumsi di berbagai tempat lain di Indonesia, termasuk Jawa. Ironisnya, Malaysia lebih mendominasi pasar ekspor sagu dunia.

Buku ini memberi kita pengetahuan tentang arti penting sagu bagi masyarakat Papua dan peran swasta dalam mengembangkannya. Sagu Papua untuk Dunia adalah buku pertama dari Seri Pangan Nusantara yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Segera menyusul buku-buku tentang pangan Nusantara lainnya.

2. Maluku Masa Depan: Bunga Rampai Pemikiran Para Akademisi Maluku

Batas Laut Pulau Papua dan Maluku

button rahmad jpgBuku bunga rampai pemikiran Maluku Masa Depan terbagi atas dua bagian, yaitu bagian I di bidang sains dan teknologi, sedangkan bagian II di bidang sosial dan humaniora. Pembagian bidang itu hanya untuk memudahkan proses kompilasi dan dapat menjadi petunjuk awal bagi para pembaca memuaskan keingintahuan tentang hal ikhwal yang dibahas di bidang yang digeluti masing-masing.

Disadari bahwa kumpulan tulisan hasil penelitian dan pemikiran para peneliti yang ada di dalam buku ini belum secara utuh memotret Maluku yang begitu kaya. Namun Perkumpulan Dosen Indonesia Semesta Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Maluku memandang bahwa sudah saatnya hasil-hasil penelitian dan pemikiran para akademisi Maluku yang biasanya tersebar di jurnal-jurnal ilmiah dikumpulkan, serta diberikan tambahan pikiran rekomendatif yang aplikatif bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pembangunan Maluku agar paradigma pembangunan berbasis kerja-kerja ilmiah yang terukur dan tertanggung jawab semakin dikedepankan.

3. Pembangunan Daerah Kepulauan: Studi Kasus Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Maluku Utara

button rahmadBuku ini mengusung satu tema tentang pembangunan daerah kepulauan yang strategi dalam pengambilan kebijakan harus menghadapi karakter dan tantangan tersendiri sebagai konsekuensi provinsi berbentuk kepulauan. Provinsi kepulauan di sisi lain memiliki potensi sumber daya alam yang berasal dari luasnya wilayah perairan. Kebijakan yang dibutuhkan haruslah efektif dan bersinergi antara aspek anggaran, pembangunan infrastruktur, energi, beserta pembangunan sumber daya manusia.

4. Orang Asli Papua: Kondisi Sosial, Demografi, dan Perubahannya

button rahmadBuku ini berkategori umum dan siapa saja dapat membacanya. Namun, biasanya buku ini banyak dicari dan dibaca oleh kalangan remaja hingga orang dewasa. Orang Asli Papua (OAP) menurut Undang-Undang Otonomi Khusus Papua adalah orang yang berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri atas berbagai suku-suku asli di Pulau Papua dan/atau yang diterima, serta diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat hukum adat Papua.

Sebutan OAP melekat dengan istilah Masyarakat Hukum Adat (MHA) yang menggambarkan jati diri orang asli Papua itu sendiri, termasuk dalam kontestasi pengelolaan sumber daya alam yang ada di tanah Papua. Dalam hal ini, termasuk dua provinsi di Indonesia, yaitu Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Sinopsis

Buku ini menyajikan data dan informasi tentang kondisi dan perubahan sosial demografi OAP di Provinsi Papua Barat. Sebagai lokasi kajian yang lebih mendalam adalah dua kabupaten, yaitu:

  • Kabupaten Sorong yang merupakan daerah tujuan migrasi , sehingga proporsi OAP kecil.
  • Kabupaten Tambrauw yang penduduknya didominasi oleh OAP. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

5. Mosaik Cenderawasih: Pembangunan dan Kesejahteraan di Tanah Papua

button rahmadBuku Mosaik Cenderawasih: Pembangunan dan Kesejahteraan di Tanah Papua menganalisis secara komprehensif kompleksitas persoalan pembangunan di Papua. Undang-Undang Otonomi Khusus (Otsus) Papua yang diberlakukan pada November 2001 merupakan salah satu upaya transformasi konflik untuk mengubah pendekatan keamanan dengan pendekatan pembangunan dan kesejahteraan melalui cara-cara afirmatif berlandaskan prinsip perlindungan, pemihakan, dan pemberdayaan terhadap orang asli Papua (OAP).

Tingkat kesejahteraan OAP yang menjadi target utama pembangunan belum tercapai secara merata, meskipun Otsus berjalan hampir dua dekade, bahkan indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua dan Papua Barat masih berada di bawah rata-rata nasional. Potret marginalisasi, diskriminasi, dan bentuk-bentuk represi masih sangat mudah ditemui di Papua.

Papua yang sehat, cerdas, dan sejahtera secara menyeluruh masih memerlukan waktu panjang, apalagi jika elite politik (pusat dan daerah) tidak berkomitmen penuh untuk mengutamakan kebutuhan dasar masyarakat. Peran kelompok milenial Papua menjadi harapan baru dalam pembangunan Papua pada masa depan dan menjadi subjek dalam proses “Papua Membangun”. Dengan paradigma ini, generasi muda Papua dimotivasi untuk berperan lebih aktif.

Buku ini merupakan pemutakhiran Papua Road Map (2009 dan 2017) yang difokuskan kepada aspek pembangunan ekonomi dengan memperhatikan korelasinya dengan aspek perdamaian dan kemanusiaan. Rancangan pembangunan Papua yang ideal harus bersifat inklusif dan berkelanjutan, serta bebas dari nuansa dan praktik kekerasan. Dengan demikian, pembangunan Papua dapat menghasilkan equality (kesetaraan) dan equity/justice (keadilan) bagi masyarakat Papua. Pendekatan pembangunan Papua dapat dimulai dengan memperbaiki kondisi hari sebagaimana sekuen di dalam buku road map yang menjadi rujukan utama, yaitu negotiating the past, improving the present, and securing the future.

Baca juga:

About the author

Mochamad Harris

Menulis artikel merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk dapat mengetahui berbagai macam hal serta informasi terupdate yang sedang terjadi pada saat ini. Saya suka dengan tema olahraga dan juga travelling.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Harris