Business

Bargaining Power adalah: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Written by Shaza Zahra

bargaining power – Bargaining power adalah kemampuan seseorang atau sebuah pihak untuk memengaruhi hasil dari sebuah negosiasi atau transaksi. Istilah ini sering dipakai dalam dunia bisnis, terutama saat membahas hubungan antara penjual, pembeli, maupun kompetitor yang sama-sama ingin mendapat posisi menguntungkan.

Kalau kamu paham konsep bargaining power, nantinya kamu bisa lebih jeli dalam mengambil keputusan bisnis, menilai kekuatan pasar, dan bahkan mengasah strategi supaya posisi tawar kamu lebih kuat dibanding pihak lain.

Pengertian Bargaining Power

Bargaining power adalah kemampuan suatu pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan, untuk memengaruhi hasil dari sebuah negosiasi atau hubungan bisnis sehingga posisi tawar mereka lebih menguntungkan.

Dalam praktiknya, bargaining power muncul saat ada interaksi antara penjual dan pembeli, atau antar pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Misalnya, pembeli bisa memiliki bargaining power yang tinggi jika mereka punya banyak pilihan pemasok dengan harga kompetitif. Sebaliknya, penjual bisa punya bargaining power kuat jika mereka menawarkan produk unik yang sulit ditemukan di tempat lain. Intinya, semakin besar kekuatan tawar suatu pihak, semakin besar pula pengaruh mereka dalam menentukan harga, kualitas, maupun syarat kerja sama.

Dengan memahami pengertian bargaining power, kamu bisa menilai posisi yang dimiliki dalam sebuah negosiasi. Hal ini penting agar strategi bisnis yang dijalankan tidak merugikan, melainkan memberi keuntungan maksimal. Posisi tawar yang kuat juga bisa menciptakan daya saing, baik bagi perusahaan maupun individu.

Bentuk-Bentuk Kekuatan dalam Bargaining Power

Bentuk Kekuatan Penjelasan Contoh dalam Bisnis
Kekuatan Informasi Informasi yang lengkap memberi posisi tawar lebih baik karena bisa menentukan pilihan dengan tepat. Pembeli mengetahui harga pasar dan kualitas produk pesaing, sehingga bisa menawar lebih rendah.
Kekuatan Finansial Pihak yang memiliki modal besar cenderung lebih kuat karena mampu bertahan atau menawarkan insentif lebih. Perusahaan besar bisa menekan harga pemasok karena mampu membeli dalam jumlah besar.
Kekuatan Diferensiasi Produk atau jasa yang unik meningkatkan posisi tawar karena tidak mudah digantikan. Brand terkenal seperti Apple punya bargaining power tinggi di pasar gadget.
Kekuatan Relasi Hubungan jangka panjang atau jaringan yang luas dapat memperkuat posisi tawar. Distributor dengan jaringan retail luas bisa memengaruhi produsen untuk memberikan harga khusus.

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa bargaining power bukan hanya soal jumlah uang atau skala bisnis, tetapi juga menyangkut informasi, diferensiasi produk, hingga kualitas relasi. Artinya, meskipun sebuah bisnis kecil, jika memiliki produk unik dan informasi pasar yang kuat, mereka tetap bisa punya posisi tawar yang baik di hadapan pihak lain.

Jenis-Jenis Bargaining Power

Agar lebih mudah dipahami, bargaining power terbagi ke dalam beberapa jenis utama. Masing-masing memiliki karakteristik berbeda yang memengaruhi bagaimana suatu pihak bisa menegosiasikan posisi atau keuntungan dalam hubungan bisnis. Berikut adalah jenis-jenis bargaining power:

  1. Bargaining Power of Suppliers (Kekuatan Tawar Pemasok)
    Pemasok memiliki kekuatan untuk memengaruhi harga, kualitas, dan ketersediaan bahan baku. Jika pemasok jumlahnya terbatas atau memiliki produk unik, maka kekuatan tawarnya akan semakin tinggi. Misalnya, produsen chip semikonduktor bisa menentukan harga karena banyak perusahaan teknologi sangat bergantung pada mereka.
  2. Bargaining Power of Buyers (Kekuatan Tawar Pembeli)
    Pembeli bisa memengaruhi harga dan kualitas produk yang mereka dapatkan. Jika jumlah pembeli besar, mudah berpindah ke pesaing, atau memiliki banyak pilihan alternatif, kekuatan tawarnya semakin tinggi. Contohnya, konsumen di pasar e-commerce sering mendapatkan harga kompetitif karena adanya banyak penjual.
  3. Bargaining Power of Competitors (Kekuatan Tawar Pesaing)
    Persaingan antar perusahaan dalam industri tertentu juga menjadi bagian dari bargaining power. Jika tingkat persaingan sangat ketat, perusahaan harus menurunkan harga, meningkatkan kualitas, atau memberikan layanan tambahan untuk tetap bertahan. Hal ini menekan margin keuntungan dan memaksa strategi yang lebih inovatif.
  4. Bargaining Power of Substitutes (Kekuatan Tawar Produk Pengganti)
    Produk pengganti bisa menurunkan daya tawar suatu produk. Misalnya, transportasi online menjadi pengganti taksi konvensional, sehingga daya tawar perusahaan taksi menurun drastis. Semakin banyak alternatif produk yang tersedia, semakin rendah bargaining power penyedia produk utama.
  5. Bargaining Power of New Entrants (Kekuatan Tawar Pendatang Baru)
    Pendatang baru dalam suatu industri bisa memengaruhi pasar jika membawa inovasi, harga yang lebih rendah, atau model bisnis berbeda. Kehadiran mereka menantang pemain lama dan menggeser keseimbangan daya tawar dalam industri tersebut.

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bargaining Power

Faktor Utama Pengaruh terhadap Bargaining Power Contoh Kasus
Jumlah alternatif Semakin banyak pilihan, semakin rendah bargaining power pihak penyedia Banyaknya pilihan marketplace membuat konsumen punya daya tawar tinggi
Ketergantungan Jika satu pihak sangat bergantung pada pihak lain, bargaining power pihak yang diandalkan meningkat Industri otomotif bergantung pada produsen chip
Biaya pindah (switching cost) Semakin tinggi biaya pindah, semakin rendah daya tawar pembeli atau pengguna Konsumen yang berlangganan software berbayar cenderung tidak mudah pindah
Skala pembelian Pembeli dengan volume besar memiliki bargaining power lebih tinggi Retail besar seperti Walmart bisa menekan pemasok
Diferensiasi produk Produk unik atau sulit digantikan meningkatkan bargaining power penyedia Apple dengan ekosistem eksklusif produknya

Tabel ini menunjukkan bahwa bargaining power tidak hanya dipengaruhi oleh siapa yang terlibat, tetapi juga kondisi pasar, tingkat ketergantungan, hingga seberapa mudah berpindah ke alternatif lain. Semakin seimbang faktor-faktor ini, semakin adil pula hubungan bisnis yang terjalin.

Contoh Bargaining Power dalam Kehidupan Sehari-Hari

Bargaining power dalam kehidupan sehari-hari bisa terlihat dari bagaimana seseorang, kelompok, atau perusahaan memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dibanding pihak lain dalam sebuah interaksi atau transaksi.

Beberapa contoh bargaining power yang sering kamu jumpai antara lain:

  • Negosiasi harga di pasar tradisional
    Seorang pembeli yang membeli barang dalam jumlah banyak biasanya punya bargaining power lebih besar. Penjual cenderung memberikan potongan harga karena tidak ingin kehilangan pelanggan besar.
  • Pekerja dengan keahlian khusus
    Misalnya seorang programmer yang menguasai bahasa pemrograman langka. Ia punya bargaining power tinggi karena perusahaan sangat membutuhkan keahlian tersebut, sehingga pekerja bisa menegosiasikan gaji lebih tinggi.
  • Perusahaan besar terhadap pemasok kecil
    Sebuah supermarket besar bisa menentukan harga beli produk dari pemasok kecil. Karena pemasok sangat bergantung pada penjualan di supermarket tersebut, posisi tawar perusahaan lebih dominan.
  • Konsumen terhadap layanan digital
    Saat banyak aplikasi e-wallet bersaing, konsumen memiliki bargaining power lebih tinggi. Mereka bisa memilih aplikasi dengan promo terbaik, sehingga perusahaan harus beradaptasi agar tetap dipilih pengguna.
  • Perusahaan terhadap karyawan kontrak
    Di sisi lain, perusahaan bisa memiliki bargaining power lebih besar ketika banyak tenaga kerja tersedia. Karena posisi pekerja bisa mudah digantikan, perusahaan punya kendali lebih dalam menentukan syarat kerja.

Dari contoh-contoh ini, terlihat bahwa bargaining power bukan hanya milik pihak besar saja, tetapi bisa berubah tergantung situasi, jumlah pilihan yang tersedia, serta nilai unik yang dimiliki oleh masing-masing pihak.

Untuk memperjelas, berikut tabel tambahan tentang perbedaan bargaining power dalam berbagai konteks sehari-hari:

Situasi Pihak dengan Bargaining Power Tinggi Alasan Utama
Membeli di pasar tradisional dengan jumlah banyak Pembeli Karena membeli dalam jumlah besar, penjual takut kehilangan transaksi
Melamar pekerjaan dengan keahlian langka Pekerja Perusahaan sulit mencari kandidat dengan skill serupa
Pemasok kecil bekerja sama dengan supermarket besar Perusahaan Pemasok sangat bergantung pada pasar supermarket
Penggunaan aplikasi e-wallet Konsumen Banyak pilihan alternatif membuat konsumen bebas memilih
Perekrutan pekerja kontrak massal Perusahaan Banyak tenaga kerja tersedia sehingga posisi pekerja lebih lemah

Tabel ini menunjukkan bahwa bargaining power bisa berubah tergantung kondisi pasar, jumlah pilihan, serta kebutuhan yang ada. Jadi, siapa yang punya posisi tawar lebih tinggi bukan sesuatu yang tetap, melainkan situasional.

Kesimpulan

Akhirnya, sekarang kamu sudah paham bahwa bargaining power bukan sekadar istilah keren di dunia bisnis, tapi benar-benar berperan penting dalam menentukan arah kesepakatan antara dua pihak.

Dengan memahami pengertian, jenis-jenis, hingga contohnya, kamu jadi bisa melihat bagaimana posisi tawar dapat memberi keuntungan besar kalau dimanfaatkan dengan tepat.

Tidak hanya berlaku untuk perusahaan besar, bargaining power juga bisa kamu rasakan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari belanja di pasar sampai negosiasi kerja. Artinya, semakin paham kamu soal konsep ini, semakin cerdas pula kamu dalam mengambil keputusan yang menguntungkan.

Jadi, jangan ragu untuk mulai menerapkan pemahaman bargaining power dalam setiap interaksi, baik kecil maupun besar. Pada akhirnya, bargaining power adalah bekal penting agar kamu bisa bernegosiasi dengan percaya diri dan lebih strategis.

Plea Bargaining & Deferred Prosecution Agreement

Buku ini mengulas dua pendekatan penyelesaian pidana—Plea Bargaining (PB) dan Deferred Prosecution Agreement (DPA)—yang populer di negara common law seperti AS dan Inggris, serta mulai diadopsi oleh negara civil law seperti Jerman dan Belanda. Menariknya, beberapa negara bahkan menerapkannya khusus untuk kasus korupsi.

Buku ini menggali bagaimana kedua model ini bisa menjadi solusi alternatif dalam menangani korupsi di Indonesia—dengan pendekatan yang lebih efisien, cepat, dan berbiaya ringan, sekaligus memaksimalkan pengembalian kerugian negara. Dilengkapi dengan kajian mendalam atas filosofi, karakteristik, kelebihan, kritik, serta potensi penerapannya dalam konteks hukum Indonesia, buku ini menjadi bacaan penting bagi akademisi, praktisi hukum, dan masyarakat umum yang peduli terhadap reformasi penegakan hukum pidana di Indonesia.

About the author

Shaza Zahra

Gramedia Literasi