Pendidikan

Apa Itu Kurikulum Deep Learning? Pengertian, Tujuan, dan Manfaatnya untuk Pendidikan di Indonesia

Written by Shaza Zahra

kurikulum deep learning – Halo Grameds! Pernah nggak sih kamu merasa belajar di sekolah itu kadang cuma sebatas menghafal tanpa benar-benar paham dengan materi yang disampaikan? Padahal, di dunia nyata kita dituntut buat bisa berpikir kritis, kreatif, dan siap menghadapi berbagai tantangan. Nah, di sinilah kurikulum deep learning hadir sebagai solusi.

Dengan pendekatan ini, belajar jadi lebih seru karena bukan cuma soal mengingat materi, tapi juga memahami makna, menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, bahkan melatih keterampilan abad ke-21 seperti kolaborasi dan kepemimpinan.

Penasaran gimana cara kerja kurikulum ini? Yuk, kita bahas lebih dalam tentang kurikulum deep learning dan manfaatnya untuk pendidikan di Indonesia!

Apa Itu Kurikulum Deep Learning?

Kurikulum Deep Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam melalui kemampuan berpikir kritis, partisipasi aktif, serta keterhubungan dengan realitas kehidupan.

Nggak hanya berfokus pada “apa yang dipelajari”, Kurikulum Deep Learning juga menyoroti “bagaimana” dan “mengapa” proses belajar itu berlangsung.

Konsep Kurikulum Deep Learning terinspirasi dari prinsip deep learning dalam dunia kecerdasan buatan (AI), yaitu proses pembelajaran dengan jaringan saraf berlapis (multi-layered neural networks) yang meniru cara kerja otak manusia dalam mengenali pola, memahami konteks, serta mengambil keputusan secara otomatis.

Kurikulum Deep Learning mengajak siswa untuk belajar dengan cara menyerupai sistem AI yang canggih, dengan sebagai berikut:

  • Menganalisis informasi atau materi secara mendalam
  • Menghubungkan konsep satu dengan yang lain
  • Menyesuaikan proses belajar dengan konteks pribadi maupun sosial
  • Membuat keputusan berdasarkan pemahaman, bukan sekadar hafalan

Gagasan pengembangan Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Deep Learning dicetuskan oleh Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen).

Menurutnya, perubahan ini diperlukan untuk memperkuat esensi pendidikan yang lebih holistik, kritis, dan relevan dengan perkembangan zaman.

Kurikulum Deep Learning dirancang agar siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga terdorong untuk bereksplorasi, berpikir kritis, dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Rometdo Muzawi, M.Kom., CEH., CCNA dalam buku Pengantar Dasar Deep Learning (2024:29), deep learning merupakan cabang dari kecerdasan buatan dan machine learning yang memanfaatkan multiple layer neural networks untuk menyelesaikan tugas dengan tingkat akurasi tinggi.

Penelitian terkait deep learning sudah dimulai sejak era 1980-an, namun baru berkembang pesat pada era teknologi modern saat ini. Penerapannya memungkinkan komputer mengolah data layaknya cara kerja otak manusia, sehingga mampu mengenali pola yang kompleks pada gambar, teks, suara, maupun bentuk data lain untuk menghasilkan wawasan dan prediksi yang akurat.

Hal ini membuat kecerdasan buatan dapat menjalankan berbagai tugas secara otomatis tanpa banyak campur tangan manusia.

Tiga Pilar Utama Kurikulum Deep Learning

Kurikulum Deep Learning punya tiga pilar utama yang menjadi dasar dalam proses pembelajaran, Grameds. Ketiga pilar ini saling melengkapi supaya siswa bukan hanya pintar secara teori, tetapi juga memahami manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Pilar Penjelasan Singkat Ciri-Ciri Contoh Penerapan
Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna) Fokus pada koneksi antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa, sehingga apa yang dipelajari terasa relevan. – Relevan dengan pengalaman siswa

– Kontekstual & terhubung dengan pengetahuan lama

– Berpusat pada pemecahan masalah (PJBL, studi kasus)

– Mengasah keterampilan abad 21 (kritis, kreatif, kolaboratif)

Siswa tidak sekadar menghafal jenis energi, tetapi menganalisis sumber energi alternatif di daerahnya, menghitung dampak ekonomi, dan membuat prototype sederhana.
Mindful Learning (Pembelajaran Sadar dan Aktif) Menekankan kesadaran dan kemauan siswa untuk aktif dalam proses belajar, bukan hanya penerima informasi pasif. – Aktif dan reflektif (banyak bertanya & berpikir kritis)

– Metakognitif (belajar cara belajar)

– Memiliki niat & tujuan (driven by curiosity)

– Otonomi siswa (diberi pilihan & tanggung jawab)

Saat belajar sejarah kemerdekaan, siswa meneliti dari berbagai perspektif (politik, sosial, ekonomi), lalu berdiskusi dan berdebat sehat untuk memahami kompleksitas sejarah.
Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan) Menciptakan suasana positif dalam belajar agar siswa merasa senang, termotivasi, dan berani mencoba. – Interaktif & kolaboratif

– Berbasis pengalaman & permainan (gamifikasi, simulasi)

– Lingkungan aman & mendukung

– Guru sebagai fasilitator yang antusias

Dalam pelajaran geometri, guru menggunakan permainan edukatif (escape room berbasis soal geometri) atau software interaktif agar siswa lebih antusias.

Peluang Penggunaan Kurikulum Deep Learning di Indonesia

Berikut adalah peluang yang bisa diraih di Indonesia dalam penggunaan Kurikulum Deep Learning, Grameds.

1. Guru dan Tenaga Pendidik

Saat ini semakin banyak pelatihan guru yang mendukung metode pembelajaran inovatif. Guru juga bisa berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa, bukan hanya pemberi materi.

2. Sarana dan Infrastruktur

Teknologi pendidikan (EdTech) semakin berkembang. Pemerintah juga mendorong transformasi digital di sekolah melalui berbagai program, misalnya Merdeka Belajar.

3. Siswa

Dengan pendekatan deep learning, siswa bisa dilatih untuk mengembangkan keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi. Siswa juga bisa lebih bebas belajar sesuai minat dan bakat mereka.

4. Kurikulum dan Kebijakan

Kurikulum Merdeka memberi ruang untuk pembelajaran berbasis proyek dan pemecahan masalah (Project Based Learning), yang sangat sejalan dengan prinsip deep learning.

5. Budaya Belajar

Jika diterapkan dengan baik, deep learning bisa mengubah cara pandang pendidikan di Indonesia. Dari sekadar mengejar nilai menjadi proses belajar yang bermakna, menyenangkan, dan mendalam.

Manfaat Penerapan Deep Learning dalam Pendidikan di Indonesia

Penerapan Deep Learning dalam pendidikan nggak hanya membuat siswa pintar secara akademik, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan hidup yang penting di abad ke-21, Grameds.

Menurut World Economic Forum (WEF), ada tiga aspek utama keterampilan abad 21 yang sejalan dengan Deep Learning:

Aspek Penjelasan Manfaat dalam Deep Learning
Foundational Literacies (Kemampuan Dasar) Menguasai literasi baca-tulis, numerasi, sains, teknologi, hingga keuangan. Menjadi fondasi agar siswa dapat memahami dunia nyata dan mengaitkan ilmu dengan kehidupan sehari-hari.
Competencies (Keterampilan Inti) Melatih berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Membuat siswa lebih siap menghadapi tantangan, mampu memecahkan masalah, dan bekerja sama secara efektif.
Character Qualities (Karakter dan Sikap) Menumbuhkan rasa ingin tahu, inisiatif, ketahanan (resilience), dan kepemimpinan. Membentuk siswa yang tangguh, adaptif, inovatif, dan memiliki motivasi tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

Tantangan Penggunaan Deep Learning dalam Pendidikan di Indonesia

Berikut adalah tantangan penggunaan Kurikulum Deep Learning di Indonesia yang perlu Grameds ketahui.

1. Keterbatasan Infrastruktur

  • Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, masih kekurangan akses internet, listrik stabil, dan perangkat digital.
  • Padahal deep learning butuh dukungan teknologi yang memadai.

2. Kesiapan Guru

  • Tidak semua guru sudah terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang menuntut kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
  • Ada guru yang masih terpaku pada metode ceramah dan hafalan.

3. Perbedaan Kualitas Pendidikan

  • Gap antara sekolah di kota besar dan daerah masih lebar.
  • Implementasi deep learning bisa lebih cepat di kota, tapi sulit di daerah dengan sumber daya terbatas.

4. Kurikulum yang Kaku

  • Sistem pendidikan di Indonesia masih cukup padat dan berorientasi pada ujian.
  • Hal ini membuat penerapan metode yang mendorong eksplorasi dan diskusi lebih sulit dilakukan.

5. Hambatan Budaya Belajar

  • Sebagian besar siswa terbiasa belajar dengan cara menghafal demi nilai ujian.
  • Perubahan menuju pembelajaran kritis dan kreatif butuh waktu serta adaptasi.

6. Keterbatasan Anggaran

  • Penerapan deep learning memerlukan investasi pada pelatihan guru, penyediaan perangkat, hingga pengembangan metode baru.
  • Tidak semua sekolah atau daerah mampu menyediakan dana ini

Kesimpulan

Penerapan kurikulum deep learning di Indonesia menjadi langkah strategis untuk membangun sistem pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman, Grameds. Meski tantangan seperti keterbatasan infrastruktur dan kesiapan guru masih ada, peluang untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, sadar, dan menyenangkan terbuka lebar.

Jika dijalankan dengan konsisten, kurikulum deep learning nggak hanya meningkatkan prestasi akademik siswa, tetapi juga membekali mereka dengan kemampuan hidup, sikap tangguh, serta daya pikir kritis yang diperlukan di abad ke-21.

Dengan demikian, kurikulum deep learning dapat menjadi pondasi penting dalam membentuk generasi yang lebih kreatif, kolaboratif, dan siap bersaing di masa depan.

Rekomendasi Buku Terkait

Berikut adalah rekomendasi buku-buku yang bisa Grameds baca untuk lebih memahami perkembangan kurikulum.

1. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan Kurikulum

Buku ini mengupas tuntas bagaimana Revolusi Industri 4.0 mengubah wajah masyarakat, terutama di Indonesia. Dari kemajuan AI, robotik, hingga belanja online, semua memicu disrupsi besar yang menuntut SDM unggul—bukan hanya cakap teknologi, tapi juga adaptif dan berkarakter.

Rhenald Kasali menyoroti peluang di balik tantangan: pasar baru, produk berkualitas, dan transformasi digital. Di tengah arus perubahan, soft skills seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi justru jadi kunci sukses.

Dilengkapi dengan pembahasan literasi digital dan employability skills, buku ini jadi panduan wajib agar kita tak hanya bertahan, tapi juga unggul di era disrupsi.

2. Metamorfosis Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka

Metamorfosis Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka

Buku ini membahas bagaimana Revolusi Industri 4.0 mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berpikir. Di tengah kemajuan teknologi seperti AI dan robotik, manusia dituntut punya lebih dari sekadar keterampilan teknis. tapi juga soft skills, literasi digital, dan karakter kuat jadi penentu utama.

Panduan cerdas ini menunjukkan bagaimana kita bisa tetap relevan, adaptif, dan unggul di tengah perubahan besar.

3. Kurikulum Dan Pendidikan

Kurikulum dan Pendidikan

Banyak orang menganggap kurikulum hanya soal kegiatan belajar di kelas atau ulangan harian. Padahal, maknanya jauh lebih luas. Berasal dari bahasa Latin curir dan curere, kurikulum sebenarnya mencerminkan “perjalanan belajar” yang dirancang dengan matang—mulai dari materi, metode mengajar, hingga cara menilai kemajuan siswa. Inilah peta besar yang menuntun proses pendidikan, bukan sekadar dokumen di sekolah.

4. MENELAAH PERKEMBANGAN KURIKULUM

MENELAAH PERKEMBANGAN KURIKULUM

Buku ini mengulas perjalanan kurikulum Indonesia sejak 1947 hingga lahirnya konsep Merdeka Belajar, yaitu sebuah pendekatan yang memberi kebebasan sekolah untuk menafsirkan dan menerapkan kurikulum secara kontekstual.

Merdeka Belajar bukan sekadar metode, tapi cara berpikir: bebas, adaptif, dan berkarakter. Dengan pembelajaran yang lebih fleksibel dan banyak dilakukan di luar kelas, pendidikan kini diarahkan untuk membentuk siswa yang mandiri, berani, dan beradab serta siap menghadapi perubahan zaman.

5. Manajemen Kurikulum Berbasis Penilaian Berdasarkan Kurikulum Merdeka Berbagi

Manajemen Kurikulum Berbasis Penilaian Berdasarkan Kurikulum Merdeka Berbagi

Buku ini berjudul Manajemen Kurikulum Berbasis Penilaian Berdasarkan Kurikulum Merdeka Berbagi. Buku ini membahas tentang Manajemen Kurikulum Berbasis Penilaian Berdasarkan Kurikulum Merdeka Berbagi. Buku ini penyusun kontribusikan untuk bidang pendidikan di Indonesia pada umumnya dan khususnya bagi sistem penilaian untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dalam memahami Manajemen Kurikulum Berbasis Penilaian Berdasarkan Kurikulum Merdeka Berbagi terutama untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

About the author

Shaza Zahra

Gramedia Literasi