in

Bocoran Film Gundala: Pertarungan yang Rusuh & Cerita Lebih Relevan

Sumber foto header: Abimana Arya Instagram

Jangan sebut Gundala sebagai superhero. Karena dia dari Indonesia, maka sebutlah dia jagoan Indonesia. Meski begitu, dia tetap punya kekuatan bak dewa. Selain perkasa, Gundala alias Sancaka juga mampu mengeluarkan petir dari tangannya.

Gerakannya pun sangat cepat. Lewat trailernya, film Gundala yang mulai tayang 29 Agustus 2019, bikinan sutradara terkenal Joko Anwar ini sudah memamerkan gambaran kekuatan supernya.

Saat tokoh jagoan yang diperankan Abimana Aryasatya ini bertarung dengan segerombolan orang, petir dari tangannya menyambar mereka. Namun, tentu dalam proses syuting film ini tidak ada petir yang keluar dari tangan Abimana.

Itu hanya polesan efek visual dari Computer-Generated Imagery (CGI), kecuali aksi perkelahiannya yang memang sudah dikoreografi dengan teliti.

“Koreografernya guru saya sendiri, kang Cecep,” kata Abimana di sebuah acara yang diadakan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, pada Sabtu, 3 Agustus lalu.

Selain koreografer laga, Cecep Arif Rahman juga berperan sebagai Swara Batin dalam film Gundala. Sebelumnya, Cecep pernah bermain dalam film Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, 3 (Tiga), dan The Raid 2.


Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Gundala (@gundalaofficial) pada

Meskipun sudah ada koreografi pertarungan yang diajarkan kepada pemain Gundala selama berbulan-bulan, tapi bukan berarti proses syuting berlangsung tanpa kesulitan.

“Kesulitannya karena kebanyakan perkelahiannya keroyokan dan menghadapi lima sampai sepuluh orang. Kadang kami dapat orang-orang (pemeran lawan) yang berbeda dengan saat latihan. Tempo, gerak, dan pacing jadi berbeda,” ungkap Abimana.

Aktor kelahiran Jakarta, 36 tahun silam ini juga membocorkan konsep visual yang diterapkan Joko Anwar pada adegan aksi pertarungan.

“Gue enggak tahu boleh bocorin ini atau enggak, tapi kadang-kadang gue nakal sih. Biarin paling entar Joko marah, he-he-he. Konsep visualnya kayak lo lagi nonton orang berantem beneran dan lo rekam pakai hape. Jadi chaos dan betul-betul kayak keributan. Joko mau fighting-nya lebih rusuh, kayak tawuran. Kecuali adegan pertarungan yang berhubungan sama CGI, itu enggak bisa,” bebernya.

Lantaran tingginya tingkat kesulitan, adegan pertarungan dalam film Gundala telah diperhitungkan secara matang sejak jauh-jauh hari. Tak hanya koreografi laga, tapi juga desain produksi dan visualnya.

“Dari skrip diterjemahkan dalam bentuk storyboard, lalu videoboard. Kemudian itu semua digodok lagi sampai matang. Kami latihan adegan berantem dengan lokasi yang sudah diperkirakan sesuai aslinya. Joko itu punya gambaran yang jelas di benaknya, dia sudah tahu nanti jadinya adegan itu seperti apa,” kata Imansyah Lubis, Manajer Produksi Bumilangit Studios.


Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Abimana Aryasatya (@abimana_arya) pada

Relevan dengan Zaman Sekarang

Joko Anwar tak hanya menyutradarai film Gundala, tapi juga dipercaya oleh Screenplay Films dan Bumilangit Studios untuk menulis skenarionya. Kisah film Gundala berkutat pada Sancaka yang hidup di jalanan sejak kecil.

Ia berhasil bertahan hidup hingga dewasa. Ketika keadaan kota makin buruk dan ketidakadilan merajalela di seantero negeri, Sancaka dihadapkan pada dua pilihan: memikirkan dirinya sendiri atau bangkit untuk membela orang lain.

Seperti yang sudah kita tahu, Gundala aslinya lahir dari medium komik Gundala Putra Petir karya Harya Suraminata alias Hasmi yang terbit pertama kali pada 1969.

“Dari tahun 1969 sampai 1982, Gundala ada 23 judul komik sendiri. Dan dia sering banget muncul jadi bintang tamu tetap di komik lainnya,” jelas Imansyah.

Komik Gundala Putra Petir diadaptasi jadi film pertama kali pada 1981.

Sutradaranya Lilik Sudjio dan Teddy Purba sebagai pemeran Sancaka atau Gundala. Akan tetapi, film Gundala garapan Joko Anwar ini bukanlah remake dari film versi lawasnya tersebut, melainkan adaptasi teranyar dari komiknya.

Dengan demikian, cerita film ini pun dibuat lebih relevan dan kontekstual dengan keadaan sekarang. Walau begitu, spirit asli Gundala tetap terjaga di film ini.


Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Abimana Aryasatya (@abimana_arya) pada

“Bumilangit Studios sebagai pemilik IP Gundala berkepentingan menjaga ceritanya supaya roh Gundala tetap terasa. Dan percayalah itu enggak gampang karena tiap karya—buku, film, animasi, komik, dan sebagainya—pasti punya konteks sosial saat ia diciptakan. Apa yang sedang terjadi, bagaimana keadaan dunia saat karya itu tercipta, bagaimana lingkungan si penciptanya. Itu semua bisa diterjemahkan ke dalam skrip untuk zaman sekarang. Karena yang dulu keren, belum tentu sekarang juga keren,” jelas Imansyah.

Menurut Abimana, cerita Gundala juga harus tetap berkembang agar mempunyai relevansi dengan zaman.

“Enggak mungkin cerita Gundala tetap di tahun 1981 (saat film Gundala Putra Petir rilis, red). Mungkin di masa depan kalau ada film Gundala, ya ia harus relevan dengan keadaan yang nanti terjadi. Dan itu wajar sih, dunia kan terus berputar,” ujar aktor yang sebelumnya bermain film Catatan Harian Si Boy, Haji Backpacker, dan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss ini.

Berbarengan dengan perilisan film Gundala di bioskop pada 29 Agustus 2019, Bumilangit Studios juga akan merilis komik hasil adaptasi filmnya.

Menurut Imansyah, komik Gundala terbaru ini akan diluncurkan dalam berberapa versi untuk pangsa pasar yang berbeda-beda.

“Komik klasik yang jadi pasarnya adalah para kolektor yang lebih senior. Akan ada juga komik official adaptation dari filmnya. Bagi yang suka manga dan anime, ada komik yang hadir Line Webtoon. Tujuannya untuk memperkenalkan Gundala melalui wajah yang lebih akrab dengan generasi baru, seperti generasi milenial ataupun xennial, “ papar Imansyah. “Jadi kita bisa menikmati betapa kerennya Gundala dan teman-teman jagoan Indonesia dari dulu sampai sekarang.”


Kalau kamu penggemar kisah Gundala, tunggu kabar selanjutnya ya di Gramedia Digital tentang komik Gundala dan juga tentang film adaptasinya.


 



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Arum Rifda

Menulis adalah cara terbaik untuk menyampaikan isi pemikiran, sekalipun dalam bentuk tulisan, bukan verbal.
Ada banyak hal yang bisa disampaikan kepada pembaca, terutama hal-hal yang saya sukai, seperti K-Pop, rekomendasi film, rekomendasi musik sedih mendayu-dayu, dan lain sebagainya.