pertanyaan tentang bullying – Grameds, isu bullying masih menjadi perhatian serius di berbagai lingkungan, tidak hanya di sekolah, tetapi juga di tempat kerja, rumah, hingga media sosial.
Banyak pertanyaan tentang bullying yang terus bermunculan, terutama dari para orang tua yang khawatir terhadap kondisi mental dan emosional anak-anak mereka. Kekhawatiran ini sangat wajar, mengingat tindakan bullying bisa berdampak jangka panjang dan merusak kepercayaan diri korban, bahkan hingga mereka dewasa.
Bullying bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari kekerasan fisik, ejekan atau hinaan secara verbal, hingga manipulasi dan pengucilan secara sosial. Semua bentuk ini sama-sama berbahaya karena dapat meninggalkan luka batin yang mendalam bagi korban.
Di sekolah, materi tentang bullying sering dimasukkan dalam pelajaran bimbingan konseling. Tujuannya agar siswa lebih sadar, paham, dan mampu mencegah serta menghindari perilaku perundungan.
Tindakan bullying tidak pernah bisa dibenarkan, dalam bentuk apa pun dan dengan alasan apa pun. Dengan memahami bahwa bullying bisa berdampak serius pada kondisi mental dan emosional seseorang, penting bagi kita untuk tidak hanya mengetahui bentuk-bentuk bullying, tetapi juga memahami berbagai pertanyaan mendasar seputar tindakan ini.
Nah, melalui pertanyaan-pertanyaan inilah kita bisa menggali lebih dalam, mengenali tanda-tandanya, dan tahu bagaimana merespons atau mencegahnya—baik di lingkungan sekolah, rumah, tempat kerja, maupun media sosial.
Lalu, apa saja sih pertanyaan tentang bullying yang sering diajukan? Yuk, simak pembahasan lengkapnya di artikel berikut ini.
Table of Contents
Apa Itu Bullying?
Bullying merupakan tindakan negatif yang muncul dalam bentuk agresi, baik secara verbal maupun fisik, yang dilakukan secara berulang dengan maksud menyakiti, menekan, atau mengintimidasi orang lain. Pelaku biasanya memanfaatkan ketimpangan kekuasaan—baik dari segi fisik, status sosial, maupun psikologis—untuk menguasai atau merendahkan korban.
Dalam kajian psikologi, Dan Olweus, salah satu peneliti terkemuka dalam bidang ini, menyebutkan bahwa bullying melibatkan pola kekerasan yang terus terjadi terhadap individu yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Artinya, tindakan ini bukan sekadar konflik biasa, melainkan bentuk penindasan yang berulang dan disengaja terhadap pihak yang lebih lemah secara sistematis dan terus menerus.
Jenis-Jenis Bullying
Nah, Grameds, bullying tidak hanya terbatas pada kekerasan fisik. Tindakan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk yang terkadang sulit dikenali, terutama jika dilakukan secara halus atau tidak terlihat secara langsung. Memahami jenis-jenis bullying sangat penting agar kita dapat mengenali, mencegah, dan menanganinya dengan tepat. Berikut adalah bentuk-bentuk bullying yang umum terjadi:
-
Bullying Secara Fisik
Ini adalah bentuk bullying yang paling mudah dikenali karena melibatkan kekerasan tubuh secara langsung.
Contoh bullying secara fisik antara lain:
- Memukul
- Menendang
- Menampar
- Mendorong
- Menyentuh dengan cara tidak pantas
- Merusak barang milik korban
Bullying secara fisik sering terjadi di ruang publik seperti sekolah, jalanan, atau bahkan rumah. Meskipun terlihat paling “kasar”, efek dari bullying fisik bisa berlipat jika tidak hanya menyakiti tubuh dan fisik, tetapi juga mental korbannya.
-
Bullying Secara Verbal
Bullying jenis ini menggunakan kata-kata sebagai senjata untuk menyakiti. Meskipun tidak meninggalkan bekas luka secara fisik, efek emosionalnya bisa sangat mendalam.
Bentuknya antara lain:
- Mengejek atau mencemooh
- Memberikan julukan yang menyakitkan
- Menghina latar belakang fisik, budaya, atau agama
- Menyebarkan fitnah atau ujaran kebencian
Bullying secara verbal bisa terjadi secara spontan maupun terus-menerus. Korbannya kerap mengalami kehilangan rasa percaya diri dan menarik diri dari lingkungan sosial.
-
Bullying Secara Sosial
Jenis bullying ini sering kali tersembunyi dan dilakukan secara halus, namun dampaknya sangat menyakitkan karena berkaitan dengan status sosial seseorang di lingkungan pergaulan.
Contoh bullying secara sosial antara lain:
- Mengucilkan seseorang dari kelompok
- Membuat korban merasa tidak diterima
- Menyebarkan rumor atau gosip
- Mendorong orang lain untuk tidak berinteraksi dengan korban
Bullying secara sosial dapat menyebabkan korban merasa kesepian, terisolasi, dan tidak berharga.
-
Bullying Secara Psikologis / Emosional
Bullying ini berfokus pada sisi emosional seseorang dengan tujuan menghancurkan harga diri dan rasa aman korban.
Beberapa bentuk bullying secara psikologis dan emosional antara lain:
- Ancaman atau intimidasi secara berulang
- Penyalahgunaan kekuasaan
- Manipulasi mental agar korban merasa bersalah atau takut
- Merendahkan atau mempermalukan korban di depan umum
Karena sifatnya yang tidak selalu terlihat, bullying emosional sering kali berlangsung lama sebelum terdeteksi, dan bisa menyebabkan trauma jangka panjang.
-
Cyberbullying
Di era digital, bullying tidak lagi terbatas pada ruang fisik. Cyberbullying adalah bentuk perundungan yang dilakukan melalui media digital seperti media sosial, aplikasi perpesanan, email, atau platform online lainnya.
Yang termasuk cyberbullying antara lain:
- Mengirim pesan atau komentar kebencian
- Mengunggah foto/video memalukan tanpa izin
- Menyebarkan informasi pribadi secara publik
- Membuat akun palsu untuk menyerang atau mempermalukan korban
Cyberbullying sangat berbahaya karena bisa terjadi kapan saja, tanpa batas waktu atau tempat. Bahkan dalam privasi rumah sendiri, korban masih bisa mengalami tekanan.
Daftar Pertanyaan Tentang Bullying

Berikut pertanyaan-pertanyaan seputar bullying yang wajib Grameds ketahui!
A. Pertanyaan Umum
- Apa yang dimaksud dengan bullying?
Bullying adalah perilaku menyakiti seseorang secara sengaja dan berulang-ulang, yang menciptakan ketakutan, rasa malu, atau penderitaan psikologis. - Apa bedanya bullying dengan konflik biasa?
Konflik biasanya terjadi antara dua pihak yang seimbang. Sementara bullying terjadi karena adanya ketimpangan kekuatan, dan satu pihak menjadi korban yang terus dirugikan. - Apakah bullying hanya terjadi pada anak-anak atau remaja?
Tidak. Bullying juga bisa terjadi pada orang dewasa, terutama di tempat kerja, rumah tangga, dan media sosial. - Pertanyaan Tentang Bullying Berdasarkan Lingkungan
- Apa contoh bullying di tempat kerja?
Contohnya termasuk pelecehan verbal oleh atasan, pengucilan dari kelompok kerja, penyebaran gosip, hingga sabotase pekerjaan rekan. - Bagaimana bentuk bullying di media sosial?
Cyberbullying bisa berupa komentar jahat, body shaming, doxing, menyebar foto pribadi tanpa izin, atau membuat akun palsu untuk mempermalukan seseorang. - Apakah bullying bisa terjadi di lingkungan keluarga?
Bisa. Misalnya saat salah satu anggota keluarga terus-menerus direndahkan, dibandingkan, atau dikontrol secara emosional secara berlebihan.
B. Pertanyaan Tentang Bullying dari Sisi Korban
- Apa saja tanda-tanda seseorang mengalami bullying?
Sering murung, menarik diri, enggan pergi ke sekolah atau tempat kerja, perubahan pola makan atau tidur, hingga prestasi menurun dan keluhan fisik tanpa sebab jelas. - Apa yang harus dilakukan jika menjadi korban bullying?
Langkah pertama adalah tidak diam. Ceritakan pada orang terpercaya, dokumentasikan bukti, dan laporkan ke pihak yang berwenang (guru, HRD, atau platform digital jika online). - Apa dampak bullying dalam jangka panjang?
Bullying bisa menyebabkan trauma psikologis, depresi, kecemasan, gangguan kepercayaan diri, hingga pikiran untuk menyakiti diri sendiri. - Pertanyaan Tentang Bullying dari Sisi Pelaku
- Mengapa seseorang menjadi pelaku bullying?
Alasannya beragam, mulai dari masalah keluarga, kurang empati, pengaruh lingkungan, trauma masa lalu, atau ingin merasa lebih unggul. - Apakah pelaku bullying bisa berubah?
Bisa, dengan pendekatan yang tepat seperti konseling, edukasi, serta pembinaan dari lingkungan sosial dan keluarga. - Bagaimana menangani pelaku bullying secara efektif?
Jangan dibalas dengan kekerasan. Laporkan, edukasi, dan jika perlu, berikan sanksi serta pendampingan psikologis agar perilaku tidak berulang. - Pertanyaan Tentang Bullying untuk Pencegahan
- Bagaimana cara mencegah bullying di lingkungan sekitar?
Ciptakan budaya saling menghargai, jangan biarkan komentar atau candaan yang merendahkan menjadi kebiasaan, dan berani menegur saat melihat tindakan perundungan. - Apa peran orang tua dan masyarakat dalam mencegah bullying?
Orang tua perlu menjadi tempat aman untuk anak bercerita. Masyarakat harus punya toleransi tinggi dan cepat tanggap saat ada kasus bullying di sekitarnya. - Bagaimana membangun budaya anti-bullying?
Melalui edukasi, kampanye, contoh dari tokoh masyarakat, dan menciptakan lingkungan yang inklusif, aman, dan penuh empati.
Mengapa Pertanyaan-Pertanyaan Tentang Bullying Ini Penting?
Grameds, dengan membahas pertanyaan-pertanyaan tentang bullying ini, kita ikut membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya memerangi bullying di mana pun dan kapan pun. Banyak kasus bullying yang luput ditangani karena kita tidak cukup paham apa itu bullying, bagaimana bentuknya, dan bagaimana cara menghadapinya.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar bullying bukan hanya bentuk edukasi, tetapi juga merupakan bentuk dari empati—karena mungkin saja, seseorang di sekitar kita sedang mengalami hal tersebut tanpa kita sadari.
Kesimpulan
Bullying adalah masalah nyata, dan bukan sekadar urusan pribadi korban, Grameds. Ini merupakan tanggung jawab bersama. Entah sebagai orang tua, teman, guru, atasan, atau bahkan pengguna internet, kita punya peran untuk menciptakan lingkungan yang aman, suportif, dan bebas dari kekerasan, baik fisik maupun emosional.
Jadi, Grameds, jangan ragu untuk berdiri bersama mereka yang menjadi korban, dan berani berkata tidak pada segala bentuk perundungan. Mulai dari memahami pertanyaannya, lalu bertindak bersama-sama untuk menghentikan bullying.
Rekomendasi Buku Soal Bullying
1. Lets End Bullying
Bullying itu problem yang dampaknya harus ditanggung oleh SEMUA pihak. Baik itu si pelaku, korban, atau pun dia yang menyaksikan tindakan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga anak di seluruh dunia mengaku pernah mengalami bullying. Baik itu di sekolah, di lingkungannya, atau pun online. Begitu pun sebaliknya-satu dari tiga anak mengaku pernah melakukan tindakan bullying pada kawannya. Penting sekali bagi orang tua untuk memahami bahwa bullying itu sama sekali bukan bagian normal dari masa kanak-kanak yang harus dilewati. Tindakan bullying itu berakibat buruk bagi korban, saksi, SEKALIGUS bagi si pelakunya itu sendiri! Bahkan efeknya terkadang membekas sampai si anak telah menjadi dewasa. Buku ini akan membahas tuntas mengenai apa itu bullying, bagaimana mencegah dan mengatasinya?
2. Bully Aja, I Dont Care
Remaja pada masa kini menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Tidak bisa dihindari, mereka rentan mengalami bullying. Jika kita tidak lekas menyadari dan membantu anak, dampaknya bisa berkepanjangan.
Dalam buku ini, Brandon memaparkan kisahnya ketika menghadapi bullying pada usia remaja. Meskipun masih sangat muda, Brandon berani untuk mengambil sikap dan memahami alasan pelaku bullying. Tindakannya tidak lepas dari usaha orangtua dan keaktifan Brandon mengikuti pelatihan yang membentuk karakternya.
James Gwee, sang mentor, memberikan tanggapan yang dapat menjadi pegangan bagi orangtua dan remaja lain. Pelajaran dalam buku ini penting bagi kita untuk mencegah dan membantu anak melawan bullying.
3. Secangkir Kopi Bully
Secangkir kopi adalah minuman yang belakangan ini dicintai oleh banyak kalangan. Tapi, apa yang membuat kopi benar-benar nikmat diteguk? Karena ada tambahan gula. Padahal sejatinya, kopi itu pahit. Bagi seseorang yang tak menyukainya, tentu tak akan pernah mau meminumnya, pun jika ditambahkan sesendok pemanis.
Seperti itulah bullying. Banyak kini yang menggandrunginya, sengaja atau tak sengaja. Para pelaku menyenangi perbuatan kekerasannya. Perlahan makin impulsif, ketagihan mem-bully layaknya seseorang yang kecanduan minum kopi terus-menerus. Tapi, tak sadar bahwa efek kafeinnya akan meracuni hidup pelaku maupun sang korban. Bullying adalah pengalaman getir. Bentuknya bermacam-macam dan sangat mudah dilakukan. Tapi, efeknya sungguh luar biasa mematikan. Kadang, bullying itu bisa berwujud manis dan halus sehingga korban tak sadar dibuatnya. Bahkan, banyak dari para korban bullying yang memutuskan bunuh diri karena tak tahan dengan seluruh lebam fisik, batin serta psikis yang diderita. Jika sudah begini, apa yang harus dilakukan?
Dan, buku ini hadir untuk menjawab pertanyaan tersebut. Penulis sengaja menoreh ulang memoar/sejarah kelamnya selama di-bully, sepanjang masa sekolah (dari TK hingga SMA). Bukan untuk mereguk simpati dari orang lain, melainkan sebagai bentuk berbagi pengetahuan, perhatian serta kasih sayang terhadap para korban dan pelaku bullying.
4. Bullying is Not Cool Mari Berteman dengan Asik Tanpa Mengusik
Bullying atau perundungan merupakan perilaku yang tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik maupun sosial yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok. Tindakan ini dapat meninggalkan perasaan trauma dan berujung pada terenggutnya nyawa korban. Lalu bagaimana membangun hubungan pertemanan yang baik dan asik? Jika kamu sebagai saksi atau korban bullying. Apakah merasa khawatir dan takut kepada pelaku jika mengadu atau melaporkan ke pihak sekolah? kamu khawatir jika dianggap sebagai tukang mengadu? melalui buku ini, kamu dapat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, saling menghargai dan menciptakan lingkungan yang nyaman melalui pertemanan yang asik dan baik tanpa harus mengusik.
5. Bullying Anak dalam Pusaran Berita Media Digital
Dalam era digital yang semakin maju, fenomena bullying terhadap anak telah berkembang dan menyebar melalui media digital dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Buku ini mengeksplorasi bagaimana media digital tidak hanya memfasilitasi penyebaran informasi, tetapi juga mempermudah tindakan bullying yang merugikan anak-anak. Dalam buku ini penulis menggambarkan dampak psikologis yang ditimbulkan oleh bullying digital, serta peran penting yang dimainkan oleh media dalam membentuk opini publik dan respons sosial terhadap isu ini. Pembaca akan diajak untuk memahami dinamika interaksi sosial di dunia maya dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi kesejahteraan anak-anak yang menjadi korban.