Sejarah

Strategi Pergerakan Radikal dan Kooperatif

Written by Fandy

Strategi Pergerakan Nasional – Pergerakan nasional Indonesia ditandai dengan kemunculan organisasi modern pertama, yaitu Budi Utomo.

https://seputarilmu.com/

Pasca kemunculan Budi Utomo, perjuangan yang pada mulanya menggunakan senjata fisik berangsur-angsur berganti menjadi perjuangan dengan melalui organisasi organisasi modern yang dibentuk oleh kaum intelektual atau cendekiawan. Terdapat dua strategi perjuangan yang digunakan oleh organisasi pergerakan nasional.

1. Strategi Pergerakan Nasional Radikal Non Kooperatif

https://pelajaransejarah.com/

Strategi pergerakan radikal non kooperatif adalah strategi perjuangan dengan memakai cara yang keras untuk menentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Non kooperatif memiliki arti tidak mau melakukan kerja sama sedikitpun dengan pemerintah kolonial Belanda. Taktik non kooperatif menekankan bahwa kemerdekaan harus diusahakan sendiri oleh banga Indonesia, tanpa adanya campur tangan atau bantuan dari pihak lain.

Periode radikal pada masa perjuangan pergerakan nasional Indonesia, yaitu pada kurun waktu yang menandakan hadirnya organisasi yang bergerak dengan gagasan dan dengan cara yang radikal serta ekstrim. Periode radikal ini ditandai dengan adanya ciri khas organisasi dengan tujuan perjuangannya ialah berupaya untuk menggapai berbagai hal ekstrim dengan cara yang cukup agresif di mata pemerintah kolonial, misalnya dengan melawan langsung pemerintah Belanda, menggagas berbagai hal yang dapat mengganggu status quo, atau setidaknya melontarkan kritik tajam kepada pemerintah kolonial Belanda.

Kurun waktu periode ini ialah antara tahun 1925, ketika pertama berdirinya sebuah organisasi yang bernama Partai Komunis Indonesia (PKI) hingga tahun 1936, dimana organisasi terakhir dari periode ini dibubarkan, yakni Pendidikan Nasional Indonesia – Baru (PNI–Baru).

Faktor Penyebab Muncuknya Organisasi Pergerakan Radikal

Faktor yang memengaruhi munculnya organisasi pergerakan nasional yang memiliki sifat radikal, antara lain:

1. Munculnya Krisis Ekonomi Dunia (Malaise) Yang Terjadi Pasca Perang Dunia I (1914-1918)

Krisis ekonomi ini diawali sejak tahun 1921 terjadi krisis gula yang menjadikan hancurnya tatanan ekonomi dunia, terutama bagi negara-negara di Eropa termasuk Belanda. Daerah-daerah pemasaran menjadi hancur, daya beli masyarakat pun menjadi rendah sehingga terjadi kelebihan hasil produksi yang menyebabkan meningkatnya angka pengangguran.

Kondisi ini juga berdampak terhadap daerah-daerah jajahan termasuk daerah kolonial Hindia-Belanda (Indonesia). Krisis ekonomi ini dijadikan sebagai peluang bagi organisasi-organisasi pergerakan untuk melancarkan berbagai aksi politik sebagai bentuk perlawananan terhadap Pemerintah Hindia Belanda dalam upaya untuk mewujudkan Indonesia merdeka.

2. Pergantian Kepala Pemerintahan Yang Lebih Bersifat Reaksioner

Pada tahun 1921, terjadi pergantian pemerintahan di Hindia Belanda. Van Limburg Stirum yang pada masa itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda digantikan oleh Dirk Fock. Dirk Fock memiliki sikap yang lebih reaksioner dengan membuat beberapa kebijakan yang merugikan rakyat, yakni mempersulit hak untuk berserikat, memperkuat dinas intelejen Hindia Belanda, menerapkan pasal penyebaran kebencian, dan melakukan penghematan besar-besaran yang mengakibatkan banyak PHK.

Organisasi-organisasi yang memiliki sifat radikal terhadap pemerintah kolonial Belanda melakukan upaya perjuangan berupa:

  1. Menggembleng semangat kebangsaan serta persatuan di masyarakat melalui rapat umum dan surat kabar
  2. Menuntut pemerintah kolonial supaya memberikan kebebasan bergerak untuk partai-partai,
  3. Mengecam keras pemerintah kolonial yang melakukan tindakan sewenang-wenang
  4. Melakukan aksi pemogokan.

Organisasi pergerakan yang bersifat radikal non kooperatif adalah Indische Partij ( 1911 – 1913 ) , Partai Komunis Indonesia (PKI; 1924), Perhimpunan Indonesia (PI; 1925), Partai Nasional Indonesia (PNI; 1927), Partai Indonesia (PARTINDO; 1931), dan Pendidikan Nasional Indonesia – Baru (PNI–Baru; 1931).

2. Strategi Pergerakan Nasional Moderat Kooperatif

https://pelajaransejarah.com/

Strategi pergerakan nasional yang memiliki sifat moderat merupakan perjuangan yang dilakukan dengan cara menghindari tindakan kekerasan atau perilaku yang keras dan ekstrem. Organisasi yang bersifat moderat pada umumnya akan bersikap lunak kepada pemerintah kolonial Belanda. Strategi bersifat moderat dengan taktik kooperatif ialah perjuangan yang dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda dengan tujusn untuk menghindari tindakan kekerasan yang bisa dilakukan oleh pihak pemerintah kolonial Belanda.

Organisasi pergerakan nasional Indonesia yang bersifat moderat bertindak dengan berdasarkan taktik kooperatif, memiliki pendirian bahwa kemerdekaan ekonomi harus dicapai terlebih dahulu. Dalam bidang politik, organisasi pergerakan ini sementara waktu bisa bersikap kooperatif atau mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Artinya dalam menghadapi pemerintah kolonial Hindia Belanda organisasi pergerakan yang berhaluan kooperatif pada umumnya akan bersikap agak lunak (moderat), sehingga tujuan untuk memajukan dan memerdekakan rakyat bisa dicapai.

Pilihan untuk bersikap moderat serta bertindak kooperatif tidak dilakukan dengan tanpa alasan. Mereka menganggap bahwa sikap hati-hati dalam melawan pemerintah kolonial Belanda memang diperlukan, terutama setelah pemerintah kolonial memberikan sikap yang tegas terhadap para tokoh dan organisasi pergerakan pasca pemberontakan PKI 1928. Pemberontakan ini telah membuka mata pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi seluruh sepak terjang organisasi pergerakan dengan ketat.

Pemerintah kolonial Belanda juga mulai membatasi berbagai organisasi pergerakan nasional dalam menyelenggarakan kegiatan untuk berkumpul dan berserikat. Sejak masa itu pemerintah kolonial kerap menangkap serta mengasingkan tokoh pergerakan yang dianggap tak mendukung kebijakan kolonial. Sebagai contoh, Ir. Soekarno dan banyak tokoh PNI yang ditangkap karena menolak untuk bersikap kooperatif terhadap pemerintah kolonial. Denga berhati-hati dalam menentukan sikap politik, organisasi moderat lebih memilih melakukan pergerakan dengan melalui berbagai bidang di luar politik seperti sosial dan ekonomi.

Beberapa tokoh pergerakan moderat kerap kali menyataka gagasan bahwa kemerdekaan ekonomi harus dicapai terlebih dahulu. Sementara itu, kegiatan politik untuk sementara waktu bisa dilakukan melalui kerja sama dengan pihak kolonial Belanda. Upaya yang dilakukan dengan menggunakan taktik kooperatif antara lain, yakni mengirimkan wakil ke Volksraad (Dewan Rakyat) dengan tujuan supaya bisa memperjuangkan kepentingan rakyat, antara lain

  • Mengusahakan perubahan perubahan ketatanegaraan
  • Mengusahakan penghapusan perbedaan politik, ekonomi dan intelektual dengan cara yang tidak melanggar hukum.

Selain upaya perjuangan dengan melalui Volksrad, upaya lainnya yang ditempuh dalam taktik kooperatif ialah dengan mengusahakan kesejahteraan rakyat melalui bidang ekonomi (bank dan koperasi) serta bidang sosial dan budaya, terutama kemajuan dalam bidang pendidikan.

Faktor Penyebab Muncuknya Organisasi Pergerakan Kooperatif

Adapun faktor yang memengaruhi munculnya kalangan pergerakan dengan sifat moderat, antara lain:

  1. Krisis ekonomi dunia atau dikenal dengan nama Krisis Malaise yang terjadi pasca perang dunia I dan memuncak pada tahun 1929. Hal tersebut memberikan dampak pada hancurnya ekonomi negara-negara di dunia, sekaligus menyulitkan ekonomi di negara-negara jajahan, termasuk Indonesia. Kesulitan keuangan juga dialami oleh seluruh organisasi pergerakan.
  2. Berlakunya peraturan pembatasan berserikat yang dilakukan oleh Belanda terhadap organisasi pegerakan nasional.
  3. Banyak tokoh pergerakan nasional yang ditangkap oleh Belanda antara lain Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepridinata, dan Maskun Sumadiredja.

Organisasi-organisasi pergerakan yang menggunakan strategi moderat kooperatif antara lain, Budi Utomo, Parindra, Gerindo dan GAPI

3. Persamaan Strategi Pergerakan Nasional

Dari pemaparan materi yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat Grameds cermati bahwa pada intinya, kedua strategi pergerakan nasional mempunyai persamaan dalam perjuangannya. Strategi radikal dan moderat yang diterapkan oleh tokoh ataupun organisasi pergerakan nasional sama-sama mempunyai visi serta tujuan yang sama, yakni untuk memperjuangkan hak serta kepentingan bangsa Indonesia.

Dengan kedua strategi tersebut, para tokoh pergerakan nasional mengobarkan semangat bangsa untuk mewujudkan kemerdekaan yang telah lama dicita-citakan. Persamaan dari strategi perjuangan radikal dengan moderat lainnya ialah bahwa keduanya membentuk organisasi yang digunakan sebagai alat perjuangan. Mereka menyadari bahwa perjuangan dalam mencapai tujuan Indonesia merdeka, harus diorganisir serta diselenggarakan dengan cara modern.

Segala isaha perjuangan harus dilakukan secara teratur dan terencana melalui wadah organisasi. Organisasi-organisasi yang bergerak dengan strategi radikal dan moderat juga berjuang beriringan secara nasional dan tidak lagi bersifat kedaerahan. Perjuangan dalam mencapai Indonesia merdeka secara keseluruhan, bukan lagi sekadar perjuangan dalam lingkup satu wilayah tertentu.

Selain itu, semua organisasi pergerakan, baik yang memakai taktik radikal maupun yang memakai strategi moderat, menyadari bahwa kekuatan utama dalam berjuang tak sekadar dengan menggunakan senjata, melainkan bisa dilakukan dengan cara memajukan rakyat baik dalam bidang politik (menumbuhkan kesadaran akan pentingnya persatuan), ekonomi (peningkatan kesejahteraan rakyat) serta sosial budaya (pendidikan, seni, budaya, kesehatan dll).

Perjuangan dari seluruh organisasi pergerakan nasional, juga tak lagi bertumpu pada kekuasaan raja atau sultan, tetapi beralih pada pimpinan tokoh, yakni tokoh agama, kaum terpelajar, tokoh-tokoh pemuda, serta tokoh-tokoh masyarakat.

4. Perbedaan Strategi Pergerakan Nasional

Perbedaan strategi pergerakan radikal non kooperatif dengan strategi moderat kooperatif adalah :

  1. Cara perjuangan yang dilakukan, jika radikal lebih cenderung menempuh sikap keras dan melawan pemerintah kolonial, sedangkan cara perjuangan yang moderat ialah dengan menempuh cara lunak dan tanpa melakukan perlawanan secara langsung pemerintah kolonial.
  2. Strategi radikal menempuh sikap non kooperatif, artinya tdak bekerjasama dengan pemerintah kolonial, sedangkan strategi moderat adalah kooperatif yang artinya mau bekerja sama (memanfaatkan kerjasama) dengan pemerintah kolonial dengan tujuan untuk kesejahteraan serta kemajuan rakyat Indonesia.
  3. Organisasi bersifat radikal menginginkan langsung kemerdekaan dengan jalur politik, sedangkan moderat menginginkan kemerdekaan dalam bidang ekonomi terlebih dahulu, baru kemudian kemerdekaan dalam bidang politik.
  4. Bentuk perjuangan organisasi radikal antara lain berupa melancarkan aksi massa, tuntutan keras kepada pemerintah Belanda, dan kecaman serta kritikan keras terhadap pemerintah kolonial. Sebaliknya, organisasi moderat berjuang dengan melalui Volksraad (Dewan Rakyat bentukan Belanda), mengusahakan perubahan ketatanegaraan serta penghapusan perbedaan politik, ekonomi dan intelektual tanpa melanggar aturan dan ketetapan yang telah dibuat pemerintah Belanda.

Dengan demikian, dapat Grameds lihat bahwa baik moderat maupun radikal hanyalah sebuah strategi, taktik atau metode untuk mencapai tujuan kemerdekaan. Organisasi-organisasi pergerakan memilih strategi radikal atau moderat ini bergantung dengan kebutuhan serta kondisi atau situasi pada masa itu.

Sistem moderat atau radikal dipilih untuk mengatasi permasalahan dan supaya dapat bergerak ke tujuan yang diinginkan. Baik strategi moderat maupun radikal akan bekerja dengan masing-masing parameter yang berbeda, tetapi sesungguhnya keduanya mempunyai arah dan tujuan pencapaian yang sama, yakni Indonesia merdeka.

Rangkuman

  1. Strategi pergerakan nasional terdiri atas dua bentuk strategi, yakni strategi radikal non kooperatif dan strategi moderat kooperatif
  2. Strategi pergerakan radikal non kooperatif merupakan perjuangan dengan menggunakan cara yang keras dalam menentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda., Non kooperatif berarti tidak mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda. Taktik non kooperatif menekankan bahwa kemerdekaan harus diusakan sendiri oleh banga Indonesia, tanpa campur tangan atau bantuan pihak lain
  3. Organisasi pergerakan yang bersifat radikal non kooperatif adalah Partai Komunis Indonesia (PKI; 1924), Perhimpunan Indonesia (PI; 1925), Partai Nasional Indonesia (PNI; 1927), Partai Indonesia (PARTINDO; 1931), dan Pendidikan Nasional Indonesia – Baru (PNI–Baru, 1931).
  4. Strategi pergerakan nasional bersifat moderat merupakan perjuangan yang dilakukan dengan menghindari tindakan kekerasan atau perilaku yang keras dan ekstrem, taktik kooperatif artinya perjuangan yang dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda untuk menghindari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.
  5. Organisasi-organisasi pergerakan yang menempuh strategi moderat kooperatif antara lain, Budi Utomo, Parindra, Gerindo dan GAPI
  6. Persamaan strategi pergerakan yang radikal dengan moderat adalah sama-sama berjuang untuk kemerdekaan Indonesia secara nasional, berjuang melalui organisasi modern, dipimpin oleh tokoh agama, kaum terpelajar, tokoh pemuda maupun tokoh-tokoh masyarakat.
  7. Perbedaan strategi pergerakan yang radikal dengan moderat adalah dari segi cara dan taktik yang dipilih, strategi radikal menempuh cara keras dan menolak kerjasama dengan Belanda, sedangkan strategi moderat memilih cara-cara lunak dan memanfaatkan Kerjasama dengan Belanda untuk mencapai tujuan.

Baca juga:

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.