Agama Islam

Memahami Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia dan Peninggalannya!

Sejarah Kebudayaan Islam
Written by Yufi Cantika

Sejarah Kebudayaan Islam – Di Indonesia, Islam merupakan agama mayoritas yang jumlah pemeluknya diperkirakan lebih dari setengah jumlah penduduk. Apalagi ditambah dengan ada banyaknya peninggalan sejarah kebudayaan Islam yang ada di Nusantara. Hal inilah yang kemudian mendorong banyak orang tertarik untuk akhirnya meneliti serta belajar jauh lebih dalam mengenai sejarah kebudayaan Islam yang ada di Indonesia.

Pembentukan dari tradisi agama Islam yang berasal dari kebudayaan berbagai negara, akhirnya membuat Islam di Indonesia memiliki kebudayaan yang asalnya dari akulturasi kebudayaan tertentu. Nah, bagaimana sejarah kebudayaan Islam di Indonesia? Berikut penjelasannya lebih lanjut.

Sejarah Awal Masuknya Islam ke Indonesia

Sejarah Kebudayaan Islam

pexels.com

Menurut Thomas Walker Arnold, cukup sulit untuk menentukan kapan tepatnya agama Islam masuk ke Indonesia. Namun, sejak abad ke 2 SM, orang-orang Ceylon telah berdagang dan masuk pada abad ke 7 M. Orang Ceylon kemudian mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan dengan orang-orang China. Hingga pada pertengahan abad ke-8, orang Arab telah mengembara hingga ke Kanton.

Ketika Islam masuk ke Indonesia, sudah berlangsung sejak abad ke-7 dan abad ke-8 M. Akan tetapi, perkembangan dari dakwah baru dimulai pada abad ke-11 dan abad ke-12. Maka artinya, dakwah di Nusantara memang telah merentang selama beberapa abad pada masa-masa awal.

Sejarah Kebudayaan Islam

Teori Tentang Masuknya Islam ke Indonesia

Sementara itu, menurut Ahmad Mansur Suryanegara adalah tiga teori besar yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Berikut penjelasannya.

1. Teori India atau Teori Gujarat

Teori India mengungkapkan bahwa agama Islam di Indonesia datang dari wilayah India yaitu Gujarat. Lalu kapan kira-kira periode datangnya agama Islam dari India? Diperkirakan pada sekitar abad ke-13 oleh para pedagang muslim yang asalnya dari India.

Snouck Hurgronje merupakan salah satu tokoh yang mengemukakan teori India ini. Lalu, apa bukti dari kebenaran teori India?

Buktinya adalah ditemukan sebuah peninggalan berupa batu nisan yang ditinggalkan oleh Sultan Malik Al-Saleh pada tahun 1297. Batu tersebut memiliki karakteristik yang sama seperti dengan batu nisan yang ada di daerah Gujarat.

Selain itu, makam dari milik salah satu Wali Songo bernama Maulana Malik Ibrahim juga memiliki karakteristik batu nisan yang sama dengan makam Sultan Malik Al-Saleh.

Selain bukti berupa peninggalan makam, ada pula bukti lainnya dari teori India. Bukti lain berupa catatan perjalanan yang ditulis oleh Marco Polo yaitu seorang pedagang yang berasal dari Venesia yang berkunjung ke daerah Perlak, Aceh di tahun 1292.

Dalam laporan Marco Polo tersebut, disebutkan bahwa ada suatu komunitas Muslim yang baru saja didirikan di Perlak oleh para pedagang Moor.

Apabila diperhatikan lebih jauh, ada banyak peristiwa besar yang terjadi pada abad ke-12 di berbagai belahan dunia lain. Seperti contohnya, dengan asusmi bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, maka pada abad yang sama pula, di bawah kepemimpinan seorang Genghis Khan, Bangsa Mongol telah berhasil dan menguasai sebagian besar dari wilayah di Asia.

Kerajaannya kemudian membentang dari Samudra Pasifik hingga ke wilayah Eropa atau tepatnya saat ini bernama Hongaria. Lalu, apakah Indonesia sempat berada di bawah kekuasan Genghis Khan? Jika tidak mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Dari teori India tersebut, kemudian muncul teori Arab atau teori Mekkah yang membantah bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui India. Berikut penjelasannya.

2. Teori Arab atau Teori Mekkah

Teori Arab menjelaskan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara sudah dari abad ke-7. Jauh lebih awal dibandingkan teori India. Menyebarkan ajaran agama Islam di Nusantara, disebabkan oleh kedatangan para pedagang Arab yang memiliki tujuan menyebarkan ajaran Islam di Indonesia.

Salah satu tokoh yang mengemukakan tokoh Arab ini adalah Buya Hamka. Dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam yang terbit pada tahun 1997, Buya Hamka mengemukakan bahwa masuknya Islam di Indonesia memiliki bukti yang sumbernya adalah naskah kuno China dan isinya menyebutkan bahwa ada sekelompok bangsa Arab yang bermukim di pesisir barat Sumatera pada tahun 624.

Tidak hanya itu saja, di sebuah daerah bernama Barus yang saat itu berada dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, ditemukan sebuah batu nisan dengan nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 M. Pada era yang sama pula, munculnya agama Islam pertama kali di Arab memang memiliki periode yang sama dengan teori Mekkah ini.

3. Teori Persia

Teori ketiga masuknya agama Islam ke Indonesia adalah teori Persia. Teori satu ini didukung oleh beberapa tokoh salah satunya adalah Hoesein Djajadiningrat.

Menurut teori Persia, asal-usul hadirnya agama Islam di Nusantara bersumber dari wilayah Persia pada abad ke-13. Menurut teori Persia, kebudayaan agama Islam di Indonesia dan kebudayaan Islam yang ada di Persia memiliki banyak kesamaan.

Bukti yang terlihat ialah keberadaan dari acara Tabot yang ada di daerah Bengkulu dan Tabuik yang ada di Sumatera Barat yang biasa diadakan pada tanggal 10 Muharram dan memiliki kemiripan dengan salah satu ritual yang ada di Persia.

Selain itu, kaligrafi yang ada pada makam batu nisan di Indonesia juga disebut memiliki kemiripan dengan batu nisan yang ada di Persia.

Selain dari 3 teori di atas, ada juga yang mengatakan bahwa ajaran agama Islam masuk ke Indonesia berdasarkan teori China, berikut penjelasan lengkapnya.

4. Teori China

Teori terakhir tentang masuknya agama Islam ke Indonesia adalah teori China. Menurut teori China, ajaran agama Islam berkembang di China pada masa Dinasti Tang yaitu pada sekitar tahun 618 M hingga 905 M dan ajaran agama Islam dibawa oleh seorang panglima Muslim bernama Saad bin Waqash yang berasal dari Madinah dan berada pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan.

Teori China ini dicetuskan oleh Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby yang menganggap bahwa agama Islam di Nusantara datang dari salah satu wilayah yang menjadi pusat dari dakwah agama Islam di China yaitu di daerah Kanton.

Dari daerah tersebutlah, para pendakwah yang telah lama ada, menyebarkan ajaran agama Islam ke Nusantara terutama di daerah Palembang. Banyaknya para petinggi dari Kesultanan Demak hingga Wali Songo yang berasal dari keturunanan etnis China, menjadi salah satu bukti dari teori China ini. Salah satunya adalah Raden Patah yang memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun.

Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia

Sejarah Kebudayaan Islam

pexels.com

Setelah mengetahui bagaimana sejarah atau asal usul agama Islam masuk ke Indonesia yang dikemukakan dengan empat teori besar, saatnya membahas sejarah kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, moral dan tentunya agama dan hal-hal yang berkaitan erat dengan sejarah dari perkembangan agama Islam itu sendiri.

Sejarah kebudayaan Islam di Indonesia, berasal dari kerajaan Islam pertama di Indonesia yang membawa sekaligus menyebarkan ajaran agama Islam melalui perdagangan.

Sejarah Islam di Indonesia, banyak dikenal sejak beberapa kerajaan bercorak Islam mulai berdiri di Nusantara. Contohnya seperti Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Demak hingga Kerajaan Mataram. Berikut penjelasannya.

1. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama yang ada di Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Kerajaan Demak berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan sekaligus menjadi pusat dari penyebaran ajaran agama Islam di Jawa saat itu.

Penyebaran agama Islam saat itu sangat dipengaruhi oleh jasa dari para wali, baik di Pulau Jawa maupun yang berada di luar Pulau Jawa seperti Maluku hingga wilayah-wilayah di Kalimantan Timur.

Pada masa pemerintahan Raden Patah, kerajaan Demak pernah mendirikan sebuah masjid yang saat itu dibantu oleh para wali atau sunan. Lalu kebudayaan yang berkembang pada kerajaan Demak pun mendapatkan dukungan dari para wali terutama dari Sunan Kalijaga.

Kehidupan masyarakat yang berada di sekitar Kerajaan Demak juga telah diatur oleh peraturan agama Islam, tetapi peraturan tersebut tetap tidak meninggalkan tradisi lama dari milik masyarakat.

Pada masa kerajaan Islam di Jawa, terjadi transformasi politik dan religius dari kerajaan Hindu-Buddha menuju kerajaan Islam di Jawa.

2. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai berada di Aceh dan termasuk kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan Samudera Pasai ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Setelah masuk Islam, Meurah Silu kemudian berganti nama menjadi Malik Al Saleh dan bergelar sebagai Sultan Malik Al Saleh.

Sultan Malik Al Saleh memerintah di tahun 128501297. Pada masa pemerintahannya, ia didatangi oleh seorang musafir dari Italia pada tahun 1292 yang bernama Marcopolo.

Melalui catatan yang ditulis oleh Marcopolo, diketahui bahwa raja Samudera Pasai bergelar Sultan.

Wilayah kerajaan menjadi daerah di Nusantara yang pertama kali didatangi oleh para pedagang maupun para pelayar. Hal ini karena letak Indonesia yang strategis dan berada di jalur perdagangan internasional yaitu di pesisir utara Sumatera, tepatnya berada di dekat kota Lhokseumawe, Aceh.

Kerajaan Samudera Pasai berhasil mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az-Zahir atau dikenal dengan nama Sultan Malik al Tahir II.

Pada masa kejayaannya tersebut, Samudera Pasai menjalin hubungan dengan kerajaan Islam yang berada di India dan Arab. Selain itu, kerajaan Samudera Pasai juga mengeluarkan mata uang emas yang kemudian disebut dengan dirham dan digunakan secara resmi sebagai uang kerajaan.

Kerajaan Samudera Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan, tetapi juga menjadi pusat perkembangan agama Islam di Nusantara.

3. Kerajaan Mataram Islam

Ada dua Kerajaan Mataram di Indonesia. Pertama adalah Kerajaan Mataram Kuno yang berdiri pada abad ke-8 dan termasuk kerajaan Hindu-Buddha. Lalu ada Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada tahun 1586.

Kerajaan Mataram Islam berada di Kota Gede, tepatnya berada di sebelah tenggara dari kota Yogyakarta. Kerajaan satu ini berdiri di sekitar aliran Sungai Opak serta Progo yang airnya bermuara di Laut Selatan.

Keraton Kerajaan Mataram Islam, dipercayai oleh penduduknya sebagai pusat dunia. Masyarakat pada saat itu menjuluki kerajaan ini dengan nama pusat jagad. Di Yogyakarta, situs peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Islam adalah Situs Kerto, Situs Pleret dan Kotagede.

Meninggalnya Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir pada tahun 1582, membuat kota-kota di pesisir saat itu terus menerus memperkuat dirinya. Pangeran Benowo yaitu putra dari Sultan Hadiwijaya rupanya tidak mampu menangani pergerakan kota tersebut.

Sang pangeran lalu menyerahkan kekuasaannya pada Kerajaan Pajang kepada Sutawijaya. Dengan penyerahan tersebut, maka Kerajaan Pajang pun menjadi daerah kekuasaan dari Kerajaan Mataram.

Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang berkuasa pada tahun 1613 hingga pada tahun 1645. Ia adalah raja ketiga setelah Panembahan Sedo Krapyak.

Letak geografis dari kerajaan yang berada di pedalaman, membuat Kerajaan Mataram menjadi kerajaan yang agraris. Pertanian pun menjadi sumber pokok ekonomi bagi masyarakat dan berkembang pesat dikarenakan didukung oleh tanah yang subur.

Meskipun mengandalkan pertanian sebagai pusat ekonominya, tetapi tidak sedikit masyarakat yang melakukan aktivitas dagang di laut. Dua kegiatan ekonomi tersebut, akhirnya berkembang pesat dan membuat Mataram memiliki peran dalam dunia politik.

Karena masa kejayaannya tersebut, Kerajaan Mataram berhasil mengembangkan Budaya Kejawen di Nusantara dan budaya ini adalah bentuk dari akulturasi dari kebudayaan Hindu-Buddha serta ajaran agama Islam.

Peninggalan Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia

Sejarah Kebudayaan Islam

pexels.com

Peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Indonesia, pada umumnya berasal dari kerajaan-kerajaan Islam yang dahulu pernah ada dan jaya di Nusantara. Periode kerajaan tersebut, berlangsung di antara tahun 840-an dengan berdirinya kerajaan Islam yang pertama yaitu Kesultanan Perlak, hingga pada tahun 1903 dengan runtuhnya Kesultanan Aceh, dikarenakan pendudukan dari pemerintah kolonial Hindia-Belanda.

Tentu saja, peradaban yang telah berlangsung selama lebih dari seribu tahun tersebut, menghasilkan banyak peninggalan yang masih bisa dilihat, diamanti maupun disaksikan saat ini.

Ada tiga kategori peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Indonesia yaitu masjid, keraton serta makam. Ketiga peninggalan tersebut, secara tidak langsung menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Islam tersebut pernah ada di masa lampau.

Hal ini yang membuat masyarakat Indonesia saat ini menjadi tahun bahwa seribu tahun yang lalu, ada kerajaan Islam di Nusantara. Berikut penjelasan dari peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Nusantara.

1. Masjid

Pada masa tersebut, masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah umat Islam saja, tetapi juga digunakan untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Jika diperhatikan, masjid tersebut memiliki karakteristik yang cukup unik, yaitu memiliki serambi, menara, kolam dengan atap bertingkat serta memiliki bentuk seperti bujur sangkar dan berada di kota dan menghadap ke alun-alun.

Salah satu contoh dari masjid yang hingga saat ini masih bisa dikunjungi adalah Masjid Agung Demak. Masjid tersebut merupakan peninggalan dari Kesultanan Demak dan menjadi masjid paling tua di Pulau Jawa. Masjid tersebut dibandung oleh Raden Patah pada tahun 1477.

2. Keraton

Keraton merupakan simbol dan pusat kekuasaan. Keraton memiliki karakteristik berupa bangunan yang dikelilingi pagar, sungai dan parit. Salah satu contohnya adalah Keraton Kasepuhan yang berada di Cirebon.

3. Makam

Jirat atau kijing atau makam atau batu nisan adalah karakteristik dari kerajaan Islam saat itu. Oleh sebab itulah, makam menjadi salah satu peninggalan sejarah kebudayaan Islam oleh kerajaan Islam di Nusantara. Salah satu contoh makam adalah makam Maulana Malik Ibrahim di Desa Gapura, Gresik.

Sejarah Kebudayaan Islam

Itulah penjelasan mengenai sejarah kebudayaan Islam dan bukti atau peninggalan sejarahnya. Apabila Grameds tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang sejarah kebudayaan Islam, maka Grameds bisa mengulik lebih dalam dengan membaca buku.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan berbagai macam buku tentang sejarah Islam. Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.

Jangan ragu untuk membeli buku di Gramedia karena dijamin berkualitas dan original!

Penulis: Khansa

BACA JUGA:

  1. Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
  2. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
  3. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia dan Perkembangannya
  4. Fase Lengkap dan Umum Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam
  5. Sejarah Kerajaan Mataram Islam
  6. Sejarah Tahun Baru Islam

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika