Relationship

Mengenal Sangjit serta 10 Hantaran Wajib Bagi Pria dan Wanita di dalam Tradisi Ini

sangjit adalah
Written by M. Hardi

Sangjit adalah – Sebelum menjalankan rumah tangga, pasangan yang akan menikah secara adat umumnya akan menggelar beberapa acara diantaranya seperti melakukan proses lamaran, seserahan, atau pertunangan. Beragam etnis yang terdapat di Indonesia memiliki acara sebelum pernikahan dengan tata cara yang khas serta tradisi turun-temurun. Dari sekian banyak adat sebelum pernikahan yang ada di Indonesia, salah satunya adalah sangjit.

Sangjit merupakan salah adat sebelum pernikahan yang sering dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Meskipun zaman sudah mengarah pada zaman modern, tetapi tradisi sangjit ini tak bisa dilewatkan atau ditinggalkan begitu saja. Bahkan, saat ini, tradisi sangjit ini menjadi lebih simpel dan sederhana.

Lalu, sebenarnya apa itu sangjit? Apa saja hantaran atau seserahan atau hadiah yang akan dilakukan saat tradisi sangjit? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel ini, Grameds.

Apa itu Sangjit?

sangjit adalah

Sumber: Pixabay

Sangjit adalah salah satu prosesi adat yang umumnya dilakukan setelah proses lamaran dan sebelum acara pernikahan berlangsung dalam satu budaya Tionghoa. Tradisi sangjit ini bisa dibilang hampir mirip dengan tradisi seserahan yang biasanya dilakukan oleh negara-negara di Asia termasuk negara Indonesia. Biasanya, artis-artis Indonesia keturunan Tionghoa akan melakukan acara sangjit ini.

Maka dari itu, sangjit bisa dibilang sebagai suatu acara pertunangan resmi yang diawali dengan pemberian seserahan keluarga pria kepada keluarga wanita. Dalam hal ini, seserahan yang dimaksud seperti hadiah atau hantaran.

Pelaksanaan tradisi sangjit ini umumnya dilakukan dalam keadaan tertutup atau hanya didatangi oleh keluarga-keluarga besar saja. Selain itu, bisa juga diartikan sebagai pertemuan formal antara pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga perempuan untuk membahas pernikahan. Adanya tradisi sangjit ini melambangkan suatu ketulusan bagi calon pengantin pria yang bersedia menikahi calon pengantin wanita dan juga bersedia merawat calon wanita setelah menikah.

Acara sangjit ini berdasarkan kesepakatan kedua keluarga calon mempelai. Namun, selain berdasarkan kesepakatan antar keluarga, acara ini juga diadakan dengan penuh keseriusan. Adapun yang akan dibahas pada acara ini, seperti penentuan tempat resepsi, penentuan tanggal pernikahan, waktu pelaksanaan (biasanya sesuai dengan kepercayaan masyarakat Tionghoa).

Waktu pelaksanaan sangjit umumnya digelar saat siang hari atau sekitar pukul 10.00-13.00 dan dilaksanakan minimal satu minggu hingga enam bulan sebelum hari pernikahan.

Makna Sangjit

sangjit adalah

Sumber: Pixabay

Berbeda dengan seserahan pada budaya lain, tema warna merah serta warna emas menjadi ciri khas dalam sangjit. Secara umum, dilakukannya sangjit sebagai suatu syarat yang harus dilalui oleh pasangan (calon mempelai).

Bahkan, bukan hanya menunjukkan keseriusan saja, tetapi acara ini juga diyakini sebagai acara yang sakral karena sudah melibatkan keluarga besar dari pihak laki-laki dan pihak perempuan. Selain itu, acara sangjit juga berfungsi sebagai suatu pertemuan antara kedua keluarga agar bisa saling mendapatkan restu dan doa, sehingga dapat mempererat hubungan antar keluarga.

Memaknai sangjit tak terbatas hanya sebagai aksi tukar hadiah atau serah terima antar dua keluarga, tetapi juga dianggap sebagai suatu perhelatan yang penuh makna positif serta kearifan budaya Tionghoa. Tujuannya agar generasi penerus kemudian selalu ingat akan asal-usul mereka

Ragam Hantaran Wajib dari Pihak Pria serta Maknanya

sangjit adalah

Sumber: tokopedia.com

Setidaknya terdapat 10 jenis hantaran wajib yang perlu dipersiapkan pihak pria kepada keluarga pihak wanita. Dulu, hantaran sendiri dianggap sebagai alat persembahan untuk meminang seorang wanita. Namun kini, maknanya bergeser menjadi material pemberian dalam barang atau uang yang berfungsi sebagai bekal atau modal untuk menikahi wanita pilihan. Berikut ini 10 jenis hantaran yang wajib ada dan dibawa pada saat sangjit beserta maknanya.

1. Kotak atau Nampan Hantaran

Bagi masyarakat Tionghoa, warna merah bisa dikatakan sebagai salah satu simbol kebahagiaan dan kegembiraan. Oleh karena itu, dengan menggunakan kotak berwarna merah, maka seluruh nampan yang diberikan diharapkan bisa memberikan kebahagiaan bagi kedua calon pengantin yang nantinya akan menempuh hidup baru.

Selain warna, perhatikan juga jumlah kotak atau nampan yang digunakan serta jumlah barang di dalamnya. Kotak yang akan diberikan jumlahnya harus genap, seperti 8, 12, 16, dan 18. Meskipun berjumlah genap, angka 4 ini wajib dihindari karena menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, angka ini bisa memberikan kesialan Selain itu, dalam bahasa Mandarin, angka 4 juga berarti memiliki kesamaan bunyi dengan kata yang bermakna kematian.

2. Angpau Berisi Uang Susu dan Uang Pesta

Uang susu merupakan sejumlah uang yang diberikan oleh keluarga calon mempelai pria kepada keluarga calon mempelai wanita sebagai balas jasa ataupun tanda terima kasih kepada orang tua sang wanita. Selain uang susu, terdapat pula uang pesta atau bisa disebut juga uang mahar.

Jumlah uang ini bebas dan tidak terbatas jumlahnya, tergantung pada kemampuan mempelai pria. Uang ini juga menjadi suatu tanda kesanggupan ataupun kesiapan material mempelai pria dalam menanggung seluruh biaya pernikahannya. Nominalnya harus mengandung unsur angka 8 serta 9 yang artinya keberuntungan dan kekal.

3. Satu Set Pakaian untuk Wanita

Hantaran ini memiliki makna bahwa kelak calon mempelai pria akan sanggup memenuhi segala kebutuhan sandang dari calon mempelai wanita.

sangjit adalah

Sumber: pegipegi.com

4. Perlengkapan Makeup

Isi nampan sangjit yang satu ini tak wajib ada untuk diberikan kepada calon mempelai wanita. Umumnya, nampan ini akan berisi keperluan wanita berupa produk kosmetik serta perlengkapan mandi, termasuk diantaranya adalah cermin.

Harapannya agar mempelai wanita nantinya bisa merawat diri, sehingga selalu berpenampilan cantik serta menarik, terutama pada hari pernikahan. Cermin bermakna agar kedua calon mempelai nantinya dapat melakukan refleksi pada diri mereka, sehingga tidak saling menuntut.

5. Perhiasan

Selain sebagai simbol pengikat, perhiasan juga dijadikan mahar yang akan diserahkan dalam acara sangjit. Perhiasan yang diberikan biasanya terbuat emas dalam satu rangkaian lengkap, mulai dari kalung, liontin, cincin, anting, serta gelang dengan kotak perhiasan berwarna merah yang melambangkan keberuntungan serta kebahagiaan dalam ikatan pernikahan.

6. Buah-buahan Segar yang Berjumlah Genap (8, 10, 12, 16, atau 18 buah)

Apel serta jeruk adalah dua jenis buah segar yang paling umum digunakan dalam prosesi sangjit. Selain warnanya senada dengan warna merah serta emas, keduanya memiliki bentuk bulat, rasa manis serta mudah didapatkan.

Buah-buahan ini memiliki lambang kebahagiaan, kedamaian, kesejahteraan, dan rezeki berlimpah. Selain apel serta jeruk, hantaran buah juga dapat diisi dengan buah-buahan lainnya. Semuanya ini harus berjumlah genap serta hindari buah-buahan yang berduri, seperti durian atau rambutan.

7. Lilin Merah yang Diikat Pita Merah

Dua pasang lilin merah dengan gambar naga (liong) serta burung phoenix (hong) yang kemudian diikat dengan pita merah mempunyai simbol penerangan, keselamatan, perlindungan, serta penangkal energi negatif yang akan mungkin muncul menjelang hari pernikahan. Lalu, satu pasang lilin dengan bercorak burung hong kemudian akan diambil keluarga mempelai wanita, sedangkan sepasang lilin yang bercorak naga dikembalikan kepada keluarga mempelai pria agar setiap pihak dapat terhindar dari kesialan.

8. Sepasang Kaki Babi atau Makanan Kaleng

Kebiasaan menyantap hidangan yang terbuat dari kaki babi dilakukan oleh masyarakat Tionghoa pada zaman dulu, khususnya bagi yang berasal dari Fujian dan Taiwan. Lalu, kaki babi ini dipercaya dapat mengusir kesialan serta mengandung makna keselamatan.

Jadi, banyak diantara tradisi Tionghoa kuno yang kemudian masih mengikutsertakan potongan kaki babi dalam sangjit. Namun, jika tidak memungkinkan, hantaran ini bisa diganti dengan hidangan kaki babi yang sudah dikemas dalam kaleng.

9. Aneka Macam Kue dan Manisan

Kue-kue dan manisan khas Tionghoa dengan yang bercita rasa manis dan bertekstur lengket wajib diberikan di dalam nampan sangjit. Salah satunya adalah kue mangkok yang berwarna merah. Hantaran ini kemudian mengandung makna harapan untuk kehidupan pernikahan yang akan selalu harmonis, rezeki yang berlapis-lapis, serta kedudukan semakin tinggi.

Seperti aturan sangjit lainnya, sebaiknya jumlah kue manis ini berjumlah genap seperti 8 atau kelipatannya. Hal ini karena angka 8 diyakini paling bagus karena bentuknya seperti simbol tak terhingga serta menyiratkan keberuntungan serta rezeki yang tak terhingga. Selain kue, sediakan juga aneka permen atau manisan yang melambangkan harapan orang tua agar kehidupan anak-anaknya nantinya dapat mendatangkan keberuntungan dan selalu dipenuhi momen manis di masa depan.

10. Dua Botol Anggur Merah atau Sampanye

Sepasang botol anggur merah yang kemudian diberikan pihak mempelai pria memiliki arti sebagai arak pernikahan. Hantaran ini juga akan menandakan keberuntungan untuk orang tua wanita. Sebagai balasannya, keluarga wanita dalam mempersiapkan dua botol sirup berwarna merah untuk ditukarkan dengan dua botol anggur ini.

Hadiah dari Pihak Wanita

sangjit adalah

Sumber: internasional.kompas.com

Setelah menerima ragam hantaran yang diberikan oleh keluarga pihak pria, pihak wanita juga akan ikut memberikan hadiah sebagai balasan kepada keluarga pihak pria. Hadiah yang diberikan memang tak sebanyak yang diberikan oleh pihak pria.

Meski begitu, umumnya hadiah ini mempunyai makna bahwa keluarga wanita akan tetap menjalin hubungan yang baik setelah pernikahan. Berikut di bawah ini beberapa hadiah balasan yang akan diterima oleh keluarga pihak pria:

  1. Angpau sisa uang pesta yang kemudian akan dikembalikan sebagian, jika keluarga wanita memutuskan biaya pernikahannya ditanggung sepenuhnya oleh pihak pria.
  2. Separuh isi nampan dari jumlah buah-buahan, kue, manisan, juga makanan kaleng yang diberikan saat seserahan awal.
  3. Barang-barang keperluan calon mempelai pria, seperti diantaranya pakaian lengkap berisi baju, kemeja, celana panjang, jam tangan, parfum, sepatu, ikat pinggang, perlengkapan mandi, pakaian dalam, serta saputangan.
  4. Sepasang lilin merah yang bergambar naga akan diberikan saat seserahan awal.
  5. Dua botol sirup dengan warna merah sebagai balasan dari pemberian arak atau anggur merah.
  6. Makanan manis seperti diantaranya permen dan coklat.
  7. Angpau berisi uang untuk kemudian dibagikan kepada para pembawa nampan dari pihak mempelai pria.

Makna Penyerahan

Seluruh hantaran dalam sangjit kemudian diberi stiker, pita merah, serta tulisan Mandarin Xuang xi yang artinya kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan. Menurut tradisi, jika keluarga wanita mengambil seluruh barang yang dihantarkan oleh pihak pria berarti pihak keluarga wanita akan menyerahkan mempelai wanita sepenuhnya kepada keluarga pria serta memutus tali hubungan kekeluargaan dengan sang mempelai wanita setelah ia telah berkeluarga.

Dengan kata lain, dengan mengembalikan separuh dari barang-barang seserahan, maka pihak keluarga wanita kemudian masih boleh berhubungan dengan kedua mempelai. Selain itu, penyerahan sebagian juga akan memberikan harapan bahwa rezeki dan keberuntungan yang berimbang akan dimiliki oleh kedua pihak.

Buku-Buku Terkait

Wedding Journal : How To Prepare Your Marriage

Wedding Journal : How To Prepare Your Marriage

Sebelum melangkah dan memutuskan untuk menikah, hendaknya kita memahami tentang pernikahan itu sendiri, termasuk konsekuensi yang akan dihadapi. Juga, perlu bagi kita untuk menyiapkan diri, terlebih kesiapan mental. Jangan sampai, pernikahan yang (sebaiknya) sekali seumur hidup menjadi sebuah keputusan yang akan disesali.

Kita juga perlu tahu, apakah pasangan adalah “the one“, apakah diri kita sudah siap, apakah kesiapan sisi finansial untuk acara pernikahan sudah oke. Tak jarang, pada masa pranikah, saat kita dan pasangan menyiapkan acara yang akan dikenang seumur hidup malah muncul konflik. Nah, bagaimana menyikapinya?

Buku ini akan memandu para pasangan yang sedang menyiapkan pernikahan, mulai dari memantapkan menyiapkan syarat-syarat yang diperlukan, hingga mengatur dan mempersiapkan acara pernikahan.

Create Your Dream Wedding Invitation, Membuat Undangan Pernikahan Kreatif

Create Your Dream Wedding Invitation, Membuat Undangan Pernikahan Kreatif Dengan Photoshop+cd

Buku ini menyajikan beragam langkah panduan praktis dalam rangka membuat desain undangan pernikahan atau wedding invitation menggunakan software Photoshop. Dikemas dengan bahasa yang sederhana dan mudah diikuti, buku ini tidak hanya dapat menjadi referensi bagi pengguna software Photoshop yang sedang mengembangkan diri menjadi seorang desainer grafis, melainkan juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi pengguna software Photoshop pada tingkat pemula.

Ulasan-ulasan yang dipaparkan dalam buku ini tidak hanya mengangkat sebuah tema desain undangan pernikahan yang sedang menjadi tren, melainkan juga mengangkat beberapa tema lain yang tidak kalah menarik. Terdapat desain undangan pernikahan bernuansa etnis, kemudian juga undangan bernuansa penuh bunga, sampai dengan undangan pernikahan bermotif lebih bebas atau grunge.

Tampilnya beberapa contoh template yang dimuat dalam CD penyerta menjadikan buku ini semakin lengkap sebagai referensi untuk melangkah menjadi seorang master desainer wedding invitation.

Kapan Kamu Nikah?

Kapan Kamu Nikah? Yakin kamu siap Nikah? Nikah tidak segampang update status quote, “Daripada tukeran coklat, mending tukeran buku nikahlho. Coba deh pikir baik-baik apa yang membuat kamu ingin cepat nikah. Kalau hanya ikut-ikutan, coba deh pertimbangkan kembali keinginan tersebut.

Daripada ngebet nikah, mending gunakan waktu berhargamu untuk belajar tentang pernikahan dan mengenali diri sendiri terlebih dahulu. Kalau memang sudah pantas nikah, pasti ada jalannya kok untuk merasakan proses ijab kabul. “…for getting married is not only a celebration or wearing a beautiful gown. It is a lifetime commitment.”Anizabella Lesmana (hal. 89)

Buku ini cocok sekali untuk kamu yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum menikah. Buku ini berisi 6 fase, fase pertama tentang mengenal diri sendiri, fase kedua tentang mengatasi ketakutan, fase ketiga tentang mempersiapkan diri, lalu fase kelima dan enam tentang kehidupan pasca resepsi serta menjaga pernikahan.

Harta Benda Perkawinan

https://www.gramedia.com/products/harta-benda-perkawinan-revisi?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Buku ini mengkaji mengenai hak dan kedudukan yang setara dari suami istri terkait kepemilikan harta dalam perkawinan. Buku ini diharapkan dapat memenuhi literatur hukum keperluan pada umumnya dan memperkaya materi bagi pengembang hukum keluarga dan waris serta hukum harta benda perkawinan pada khususnya.

Daftar Isi antara lain : 1. Harta Benda Perkawinan dalam Hukum Positif Indonesia. 2. Harta Bersama dalam Perkawinan Campuran. 3. Asas Keadilan sebagai Dasar Kesetaraan Hak dan Kedudukan Suami dan Istri dalam Perkawinan. 4. Harta Bersama sebagai Objek Jaminan Kebendaan dalam Perjanjian Kredit. 5. Aspek Moral sebagai Dasar Tanggung Jawab Suami dan Istri terhadap Pemenuhan Perjanjian Kredit. 6. Harta Bersama sebagai Benda dalam Kerangka Hukum Benda Nasional.

Penutup

Sangjit merupakan salah satu tradisi dari Tionghoa yang sampai saat ini masih melekat terutama di masyarakat Tionghoa Indonesia. Tradisi ini dilakukan sebelum pernikahan berlangsung yang di mana pihak wanita dan pria sama-sama memberikan hadiah atau seserahan. Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi sangjit ini dilakukan dengan sederhana, tetapi tetap penuh dengan makna.

Jika kamu ingin mencari berbagai macam buku tentang pernikahan, maka bisa menemukannya di Gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Sofyan

 

About the author

M. Hardi