Agama Islam

Mad Thabi’i: Pengertian, Cara Membaca dan Contohnya

Written by Yufi Cantika

Mad thabi’i – Ketika seseorang membaca Al-Quran, tentu saja ia tidak memboleh membacanya secara sembarangan atau asal membaca tanpa mempelajari ilmu tajwid lebih dahulu. Karena seorang muslim diwajibkan untuk mempelajari ilmu tajwid ketika membaca Al-Quran.

Bahkan, hukum dari mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah, maka artinya mempelajari ilmu tajwid adalah suatu kewajiban dan kewajiban tersebut akan gugur jika ada beberapa orang yang mempelajarinya.

Dengan mempelajari ilmu tajwid, maka bacaan Al-Quran pun menjadi lebih jelas dan makna dari ayat-ayat yang ada dalam Al-Quran lebih mudah untuk dipahami. Salah satu ilmu tajwid yang harus Grameds pelajari adalah bacaan mad dan salah satu jenis bacaan mad adalah mad asli atau mad thabi’i. Apa itu mad thabi’i? Seperti apa cara membacanya dan bagaimana contohnya? Simak penjelasannya lebih lanjut dalam artikel ini.

Pengertian Mad dan Mad Thabi’i

Sumber: Pexels

Secara teoretis, seorang qori atau pembaca Al-Quran diwajibkan untuk mempelajari dan mengetahui pedoman yang telah digariskan oleh para ulama dari ahli tajwid serta hal-hal yang telah dibukukan oleh imam Qurra yaitu mengenai hukum dari nun mati, tanwin dan mim mati, bacaan mad serta hukumnya, makhorijul huruf serta sifat-sifatnya, waqof serta ibtida dan hukum-hukum lainnya.

Buku-buku tentang ilmu tajwid tentunya telah memaparkan mengenai hukum nun sukun, tanwin serta mim mati dan salah satu yang paling sering dijumpai merupakan hukum tajwid ialah bacaan mad serta qasr.

Perlu diketahui bahwa jenis dari bacaan mad ada cukup banyak yaitu ada 15 jenis bacaan mad. Secara bahasa, mad dapat diartikan sebagai tambahan atau secara istilah mad adalah memanjangkan suara ketika sedang mengucapkan huruf mad.

Dalam pembahasan ilmu tajwid, ada tiga huruf yang dikategorikan ke dalam huruf mad, di antaranya adalah alif dengan huruf sebelumnya yang memiliki harakat fathah, ya sukun dengan huruf sebelumnya memiliki harakat kasrah, dan terakhir wawu sukun dengan huruf sebelumnya memiliki harakat berupa dhommah.

Akan tetapi, dalam rinciannya, hukum dari bacaan mad dapat menjadi berbeda-beda. Ada berbagai macam bacaan mad yang perlu Grameds ketahui sebagai landasan untuk membaca Al-Quran dengan benar dan baik.

Ada pula dalil atau asal bacaan mad ialah dari hadits Musa bin Yazid al Kindiy ra yang berkata, ketika sahabat Ibnu Mas’ud mengajar seseorang, maka orang tersebut pun membaca:

اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسٰكِيْنِ

Sahabat Ibnu Mas’ud mengingkari orang-orang yang membaca لِلْفُقَرَاۤءِ tanpa memanjangkan serta tidak memberi suatu keringanan untuk tidak memanjangkan. Padahal panjang dan pendek pada lafal tersebut tidak mempengaruhi kalimah serta makna ayat tersebut.

Akan tetapi, dikarenakan bacaan Al-Quran itu adalah bacaan sunnah muttaba’ah dari orang akhir yang mengambil dari orang awal, maka sahabat Ibnu Mas’ud pun mengingkari bacaan yang tak sama dengan bacaan Nabi SAW yang dibaca pada seluruh sahabat.

Maka dengan begitu, hal tersebut menunjukan atas kewajiban dari mempelajari ilmu tajwid dan mengikuti ketentuannya ketika sedang membaca Al-Quran.

Menutu kitab Nihayatul Qoul Al Mufid yang ditulis oleh Syaikh M. Makky Nashor, diterangkan bahwa mad menurut bahasa artinya adalah memanjang serta menambah. Sementara itu menurut istilah, mad adalah berikut ini:

اِطَالَةُ الصَّوْتِ بِحَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِ الْمَدِّ

Memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf mad atau huruf asli.

Sementara itu, menurut KH. Maftuh Basthul Birri dalam bukunya yang berjudul Standar Tajwid yang diterjemahkan oleh Fathul Mannan, dijelaskan bahwa mad menurut istilah qurra merupakan memanjangkan suara dengan huruf mad.

Huruf mad yang dimaksud ada tiga di antaranya adalah alif, wawu dan terakhir ya’ dengan syarat yaitu harus mati dan jatuh setelah harakat munsabah. Ukuran untuk membaca panjang mad dapat dihitung dengan jari tangan.

Satu gerakan dinamakan satu harakat, satu huruf adalah satu harakat dan satu alif diartikan sebagai dua harakat atau dua gerakan. Menggerakan jari tangan dengan biasa yaitu dengan cara digenggam atau dengan dibuka, selain hitungan panjangnya pun dapat dilakukan dengan ketukan seperti satu ketukan, dua ketukan dan seterusnya.

Mad thabi’i atau mad asli merupakan konsep dasar dari mad yang ada dalam Al-Quran. Mad thabi’i merupakan kata dalam Al-Quran yang memiliki harakat fathah dan diikuti dengan huruf hijaiyah alif (ا), harakat kasrah tersebut diikuti dengan ya (ي) sukun dan kemudian harakat dhammah diikuti pula dengan waw sukun (و).

Mad asli atau mad thabi’i juga dapat diartiken sebagai cabang bahasan dari berbagai macam mad. Menurut bahasa Arab, mad artinya adalah memanjang lebih jelasnya pembaca Al-Quran harus memanjang bunyi dari huruf ataupun bacaannya dikarenakan dalam ayat tersebut ada salah satu huruf mad.

Hukum bacaan mad thabi’i harus dilafalkan dengan panjang 2 harakat atau sepanjang 2 ketukan. Setiap pembaca Al-Quran menemukan ayat dengan hukum tajwid mad thabi’i. Maka diwajibkan untuk membaca ayat tersebut sesuai dengan kaidah mad thabi’i.

Pembagian Bacaan Mad

Sumber: Pexels

Sebelum lebih lanjut membahas mengenai mad thabi’i Grameds perlu mengetahui penjelasan tentang pembagian mad secara umum.

Dijelaskan oleh Syaikh Sulaiman Al Jamzuri dalam kitabnya yang berjudul Tuhfatul Athfal, ia berkata:

وﺃلمد اﺻﻠـﻰ ﻭ ﻓـﺮﻋــﻰ ﻟـﻪ * ﻭﺳــﻢ ﺃﻭﻻ ﻃﺒﻴـﻌـﻴﺎ ﻭﻫـــﻮ

ﻣـﺎﻻ ﺗﻮﻗـﻒ ﻟـﻪ ﻋـﻠـﻰ ﺳـﺒﺐ * ﻭﻻﺑـﺪﻭﻧﻪ ﺍﻟﺤـﺮﻭﻑ ﺗﺠـﺘـﻠـﺐ

بل أي حرف غير هنز اوسكون * ﺟﺎ ﺑﻌـﺪ ﻣـﺪ ﻓﺎﻟﻄﺒــﻴﻌﻰ ﻳﻜـﻮﻥ

Artinya:

Mad itu ada dua yaitu mad asli (mad thabi’i) serta mad far’i. Mad asli disebut pula dengan mad thabi’i yaitu mad yang tidak bergantung pada sebab serta tidak juga bergantung pada ketiadaan huruf yang didapatkan. Setiap huruf selain hamzah serta sukun yang ada setelah huruf mad (alif, wawu, ya) maka merupakan mad thabi’i.

Sementara itu, menurut kitab Nihayatul Qoul Al Mufid yang ditulis oleh Syaikh M. Makky Nashor menjelaskan bahwa mad asli merupakan hukum mad dasar atau pokok. Diberi nama mad asli atau mad thobi’i karena seseorang yang memiliki tabiat baik tidak akan mengurangi maupun menambah panjang dari bacaan yang telah ditetapkan.

Jadi, jika dalam suatu aya ada wawu mati yang jatuh setelah harakat dhommah, ya mati yang jatuh setelah harakat kasrah dan alif yang jatuh setelah harakat fathah, maka panjangnya adalah satu alif atau dua harakat.

Pendapat lain mengatakan alasan dinamakan mad adalah karena bacaan mad sesuai dengan dasar atau reaksi. Sementara itu bacaan mad dinamakan mad thabi’i dikarenakan sifat dari mad atau panjang bacaan adalah hal pasti yaitu sepanjang satu alif.

Sebenarnya pembagian dari bacaan mad ada 15 jenis, namun secara garis besar bacaan mad hanya memiliki dua jenis yaitu mad asli atau mad thabi’i dan mad far’i.

Bacaan mad far’i dapat diartikan sebagai cabang. Jadi, sejatinya, mad far’i adalah cabang dari mad asli dan pada umumnya mad far’i terjadi dikarenakan ada suatu penyebab lain yang datang dari huruf sukun maupun hamzah.

Jenis-Jenis Bacaan Mad Thabi’i

Sumber: Pexels

Mad thabi’i tidak bergantung pada sebab, contohnya seperti ketika bertemu dengan hamzah serta sukun. Ketergantungan dari mad thabi’i hanya pada huruf mad saja. Bacaan dari mad thabi’i secara umum terbagi menjadi beberapa jenis yaitu mad thabi’i kalimi dan mad thabi’i harfi. Berikut penjelasannya lebih lanjut.

 

  • Mad Thabi’i Kalimi 

Mad thabi’i kalimi merupakan mad thabi’i yang terlihat di dalam katanya atau mad thabi’i yang terlihat dalam bentuk kata. Mad thabi’i kalimi masih ada beberapa jenis yang membaginya yaitu mad thabi’i kalimi dhahir dan mad thabi’i kalimi muqaddar.

Mad thabi’i kalimi dhahir merupakan mad asli yang memiliki huruf mad dan terlihat jelas secara rasm atau tulisan. Contohnya adalah berikut ini:

صِرَاطَ

Contoh di atas adalah sebelum alif ada huruf ro dengan harakat fathah.

Jenis kedua adalah mad thabi’i muqaddar yaitu huruf mad yang tidak terlihat dengan jelas secara rasm atau secara tulisan karena dibuang. Contohnya adalah berikut ini:

الرَّحْمَٰنِ

Contoh di atas merupakan mad thabi’i karena ada huruf mim dengan harakat fathah dan harus dibaca panjang dikarenakan ada alif mad yang tidak tampak atau tidak tertulis.

 

  • Mad Thabi’i Harfi

Mad thabi’i harfi merupakan mad thabi’i yang memiliki bentuk huruf. Mad thabi’i harfi ini hanya ada di fawatihus suwar atau pembuka surat atau huruf muqatha’ah.

Mad thabi’i harfi terkumpul menjadi lima huruf حَيٌّ طَهُرَ dan kemudian disingkat menjadi kalimat berikut ini:

كهيعص

Contoh di atas adalah mad thabi’i harfi yang hanya ada pada pembuka surat saja seperti surat Maryam dengan mad thabi’i harif yang berada pada huruf ha serta huruf ya.

Sebagai tambahan catatan, apabila ada huruf-huruf kho, ya, shot, hamzah dan ro, maka dibacanya adalah dengan dipanjangkan menjadi dua harakat atau satu alif dan disebut dengan hukum bacaan mad thobi’i harfi, tidak disebut sebagai mad lazim harfi mukhaffaf dikarenakan dua alasan berikut ini:

  • Tidak memiliki sukun asli setelah huruf alif mad (حا ,يا ,طا ,ها ,را) dan berbeda dengan huruf kof (ق) yang dibaca  قاف setelah ada mad ada sukun di huruf fa’ yang mana termasuk dalam mad lazim harfi mukhaffaf.
  • Huruf-huruf (ح ي ط ه ر) harus dibaca dengan dipanjangkan menjadi dua harakat atau satu alif dan tidak dibaca dengan panjang 6 harakat seperti bacaan mad lazim. Seluruh huruf fawatih as suwar dibaca dengan menggunakan Asma Al huruf dan jika diwashalkan pada huruf yang dibaca dengan musammayatul huruf, maka menurut riwayat dari Imam Hafs dari Imam Ashim, bacaannya tidak boleh di-idghomkan.

Contohnya berikut ini:

سۤ ۚ – ١ وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ –  نۤ ۚوَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُوْنَۙ –١

Selain kedua jenis mad thabi’i di atas, ada pula beberapa tambahan yang memiliki kaitan dengan hukum mad thabi’i yang perlu menjadi perhatian bagi qori. Berikut penjelasanya.

 

  • Mad Thabi’i Tidak Dibaca

Ketika membaca Al-Quran atau bertilawah, ada beberapa bacaan yang seharusnya dibaca dengan hukum bacaan mad thabi’i, akan tetapi mad thabi’inya tidak dibaca. Contohnya adalah pada penggalan surat Al Baqarah ayat 17, seperti berikut ini:

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ

Dari contoh di atas, ada mad thabi’i yaitu setelah huruf ya sukun yang sebelumnya ada huruf dzal dengan harakat kasrah. Akan tetapi, dari awal hingga akhir, bacaan mad thabi’inya tidak terbaca.

Jika ada bacaan mad thabi’i, kemudian setelahnya bertemu dengan huruf sukun, maka bacaan mad thabi’inya pun tidak dibaca, hal ini karena demi menjaga agar tidak terjadi iltiqa sakinain atau pertemuan dari dua sukun.

 

  • Mad Thabi’i Tak Idgham

Dalam hukum bacaan idgham mutamatsilain disebutkan apabila ada dua huruf sama, maka huruf pertama sukun dan kedua hidup akan dimasukan menjadi idgham pertama dalam huruf kedua.

Kaidah dari idgham mutamatsilain tidak berlaku apabila bersamaan dengan hukum baca mad thabi’i. Contohnya adalah huruf ya mad sukun yang bertemu dengan ya atau huruf wawu mad sukun bertemu dengan wawu. Contohnya adalah berikut ini:

الَّذِي يُوَسْوِسُ

(huruf ya mad bertemu dengan huruf ya)

 آمَنُوْا وَعَمِلُوْا

(huruf wawu mad bertemu dengan huruf wawu)

Dari contoh di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum bacaan idgham mutamatsilain tidak berlaku apabila bersamaan dengan hukum mad thabi’i, sebab hukum bacaan mad thabi’i akan lebih diunggulkan atau sebagian pendapat mengungkapkan bahwa bacaan seperti ini termasuk mad tamkin.

 

  • Bacaan Mad yang Seperti Mad Thabi’i

Hukum bacaan mad terakhir adalah bacaan yang serupa dengan mad thabi’i yaitu mad tamkin, mad iwadh, mad shilah washirah serta mad badal. Keempat dari hukum bacaan mad tersebut adalah turunan dari mad thabi;i, dikarenakan memiliki panjang bacaan yang sama yaitu sepanjang 2 harakat.

Menurut beberapa pendapat, bacaan mad yang serupa seperti mad thabi’i dimasukan ke dalam pembagian jenis mad thabi’i. Sementara itu, pendapat lainnya mengungkapkan bahwa turunan mad thabi’i dengan mad thabi’i tetap harus dijelaskan secara berbeda dan terpisah.

Contoh Bacaan Mad Thabi’i

Agar Grameds dapat memahami penjelasan mengenai hukum bacaan mad thabi’i, berikut beberapa contoh bacaan mad thabi’ yang ada di dalam Al-Quran.

  • QS. Al Humazah: 3

يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخْلَدَهُۥ 

Yaḥsabu anna mālahū akhladah

  • QS. Al Fiil: 1

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَٰبِ ٱلْفِيلِ

Alam tara kaifa fa’ala rabbuka bi`aṣ-ḥābil-fīil

  • QS. Al Fiil: 5

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍۭ

Fa ja’alahum ka’aṣfim ma`kụl

  • QS. Al Quraisy: 4

ٱلَّذِىٓ أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَءَامَنَهُم مِّنْ خَوْفٍۭ

Allażī aṭ’amahum min jụ’iw wa āmanahum min khaụf

  • QS. Al Maun: 3

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ 

Wa lā yaḥuḍḍu ‘alā ṭa’āmil-miskīn

  • QS. An Nasr: 2

وَرَاَيۡتَ النَّاسَ يَدۡخُلُوۡنَ فِىۡ دِيۡنِ اللّٰهِ اَفۡوَاجًا

Wa ra-aitan naa syayadkhuluuna fii diinillaahi af waajaa

  • QS. At Takasur: 5

كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ الۡيَقِيۡنِؕ

Kalla lauta’lamuuna ilmal yaqiin

  • QS.. Al Qariah: 7

فَهُوَ فِىۡ عِيۡشَةٍ رَّاضِيَةٍ

Fahuwa fii ii syatirroodiyah

  • QS. An Nas: 4

مِنۡ شَرِّ الۡوَسۡوَاسِ  ۙ الۡخَـنَّاسِ

Ming syarril was waasil khannas

Demikianlah penjelasan mengenai hukum bacaan mad thabi’i. Sebagai seorang muslim, tentunya Grameds perlu belajar ilmu tajwid sehingga dapat membaca Al-Quran dengan benar dan baik.

Apabila Grameds ingin mulai mempelajari ilmu tajwid atau belajar membaca Al-Quran, maka Grameds bisa mempelajarinya dengan membaca buku. Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan berbagai macam buku berkualitas dan original untuk Grameds.

Penulis: Khansa

Sumber: 

  • https://tafsiralquran.id/ilmu-tajwid-mengenal-hukum-mad-asli-mad-thobii/
  • https://wisatanabawi.com/hukum-bacaan-mad/#Mad_Thabii
  • https://www.khudzilkitab.com/2019/09/penjelasan-mad-thabii-lengkap.html
  • https://syarihub.id/mad-thabii-pengertian-dan-contohnya/
  • https://berita.99.co/contoh-mad-thabi-i/

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika