Pkn

Disintegrasi Bangsa: Pengertian, Sebab, dan Contoh Kasusnya

Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi bangsa adalah salah satu permasalahan serius yang mengancam setiap bangsa dan negara, terutama bagi negara yang multikultural dan multietnis seperti Indonesia.

Di negara seperti Indonesia, disintegrasi bangsa bisa muncul kapan saja karena fenomena ini ditimbulkan oleh konflik sosial serta perpecahan. Jika dibiarkan terjadi, masalah yang ditimbulkan bisa sangat beragam, mulai dari diskriminasi, konflik isu SARA, kriminalitas di mana-mana, bahkan hingga melahirkan bangsa yang baru.

Pertanyaannya, apakah kamu sudah tahu apa yang dimaksud dengan disintegrasi bangsa? Kalau belum, sebaiknya simak artikel ini sampai habis karena di sini kita akan membahas tentang pengertian, penyebab, hingga cara menghadapinya.

Pengertian Disintegrasi Bangsa

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan disintegrasi sebagai keadaan tidak bersatu padu; keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.

Lebih lanjut lagi, Soerjono Soekanto menjelaskan disintegrasi bangsa sebagai proses pudarnya norma dan nilai di dalam masyarakat akibat adanya perubahan pada lembaga kemasyarakatan. Pada akhirnya, muncul nilai dan norma subjektivitas kelompok yang dilandasi oleh perasaan senasib dan seperjuangan untuk menetapkan kelompok lain sebagai musuh.

Contohnya seperti yang terjadi di Semenanjung Korea. Disintegrasi muncul akibat ada dua ideologi yang tidak bisa disatukan, akibatnya munculah dua negara, yaitu Korea Utara dengan ideologi komunis dan Korea Selatan dengan ideologi demokrasi.

Disintegrasi Bangsa

Beruntung di Indonesia yang multietnis dan multikultural ini, persatuan masih bertahan kuat. Hal ini terjadi karena beberapa alasan, pertama kepemimpinan dan pemerintahan yang kuat sehingga dapat menepis isu disintegrasi yang muncul.

Lalu, yang kedua karena para penegak keamanan sangat solid dan kuat dalam meredam disintegrasi, tetapi banyak masyarakat yang merasa cara ini lebih identik dengan kekerasan serta pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Alasan yang terakhir karena pembangunan ekonomi yang impresif, sehingga membuat masyarakat tidak melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan disintegrasi.

Penyebab Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi Bangsa

pixabay.com

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya disintegrasi bangsa dalam suatu negara, diantaranya adalah:

1. Sebab internal

Yang pertama adalah penyebab internal, hal ini berhubungan dengan kualitas pribadi rakyat di suatu negara. Umumnya, penyebab internal muncul karena adanya pemahaman serta interpretasi nilai budaya yang tidak tepat. Akibatnya muncul perilaku intoleran, meninggikan suku bangsa masing-masing, hingga penggunaan bahasa yang tidak sopan.

2. Sebab kultural

Kedua adalah penyebab kultural yang berkaitan dengan pandangan mengenai nilai, mental, serta perilaku masyarakat. Pandangan ini dapat muncul dari sistem nilai budaya yang menghargai tanpa adanya keharmonisan dan kesenangan duniawi.

Kecenderungan kelompok ini adalah melakukan kegiatan yang meresahkan dan berujung pada kesengsaraan masyarakat. Kelompok ini juga tidak saling mengenal dan tidak menghargai kebudayaan etnis lain.

3. Sebab struktural

Penyebab struktural ada karena kekuasaan memberikan ruang untuk lahirnya disintegrasi bangsa. Misalnya kekacauan ekonomi, pelanggaran HAM yang terus bertambah, rendahnya legitimasi pemerintahan hingga ketidakadilan dari pemerintah pusat terhadap daerah.

4. Perbedaan ideologi

Setiap negara tentu mempunyai ideologi masing-masing yang harus diyakini oleh setiap warga negaranya. Jika tidak, akan muncul berbagai ideologi yang dapat melahirkan paham-paham yang tidak sesuai dengan ideologi negara tersebut.

Sebagai contoh, Indonesia merupakan negara yang menganut ideologi Pancasila Namun di masyarakat ada ideologi lain yang berkembang dan keberadaannya bisa mengancam persatuan masyarakat, seperti Marxisme atau Komunisme

5. Ketimpangan demografi

Kesenjangan yang timpang dalam demografis juga bisa menjadi menyebabkan disintegrasi bangsa. Alasannya karena kebutuhan masyarakat menjadi tidak seimbang, sehingga rakyat akan berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Hal Ini dapat memunculkan rasa cemburu yang berujung pada perpecahan.

Disintegrasi Bangsa

6. Iklim politik yang tidak sehat

Hal ini merupakan salah satu pemicu yang bisa menyebabkan terjadinya perpecahan karena ada banyak oknum yang mempermainkan politik untuk kepentingannya sendiri. Alhasil, banyak terjadi demonstrasi dan perpecahan di tengah masyarakat ketika membahas masalah politik.

7. Tingkat toleransi yang menurun di masyarakat

Menghormati segala bentuk perbedaan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita tidak seharusnya membedakan sikap kepada orang lain hanya karena perbedaan agama, adat, ras, suku, kondisi fisik, ekonomi, tingkatan pendidikan maupun hal lainnya.

Sikap tidak toleran seperti ini dapat menyebabkan terjadinya disintegrasi bangsa yang sulit diselesaikan.

8. Terhambatnya kemajuan ekonomi

Aspek ini bisa menyebabkan kesenjangan finansial antara si kaya dan si miskin. Di samping itu, terhambatnya kemajuan ekonomi juga dapat membuat jumlah pengangguran meningkat. Hal-hal seperti ini pada akhirnya akan menimbulkan kriminalitas dan perpecahan di masyarakat.

Cara Mencegah Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi Bangsa

pixabay.com

Dari penjelasan tentang pengertian dan penyebab disintegrasi bangsa di atas, bisa dilihat bahwa keberagaman sangat mudah menimbulkan konflik yang akan memicu perpecahan.

Maka dari itu, baik pemerintah maupun masyarakat harus berusaha mencegah terjadinya disintegrasi dengan cara:

1. Mengajarkan patriotisme

Pemerintah harus mengajarkan jiwa patriotisme (cinta tanah air) kepada masyarakat demi mencegah munculnya perpecahan di tengah masyarakat. Di samping itu, masyarakat juga akan menyadari bahwa kepentingan negara jauh lebih penting dibanding kepentingan kelompok maupun pribadi.

Dengan begitu mereka akan memegang teguh slogan “NKRI Harga mati” dan Indonesia harus tetap menjadi negara yang satu bagaimanapun kondisinya.

Meskipun dalam praktiknya pasti ada keputusan pemerintah yang menimbulkan pro dan kontra, namun hal ini bisa diselesaikan dengan cara berdiskusi melalui lembaga yang bertugas sebagai pihak penengah dalam permasalahan tersebut.

Cara seperti ini membuat sikap dan tindakan dilakukan berdasarkan pada argumen, bukan sentimen. Inilah yang nantinya akan mencegah kemunculan disintegrasi bangsa.

2. Menghilangkan primordialisme

Primordialisme adalah sebuah sikap atau pandangan yang memegang kuat hal-hal yang dibawa sejak kecil. Misalnya seperti kepercayaan, adat-istiadat, tradisi dan sebagainya. Primordialisme yang sempit seperti ini dapat mempengaruhi stabilitas bernegara. Maka dari itu, kita harus meninggalkannya secepat mungkin.

Di sisi lain, pemegang kekuasaan harus menghindari tindakan yang bisa menimbulkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Karena, hal itu bisa memicu munculnya ketidakpercayaan masyarakat sehingga masyarakat cenderung melakukan perlawanan dan mengakibatkan disintegrasi bangsa.

Disintegrasi Bangsa

3. Selektif dalam memilah informasi

Saat ini ada banyak pihak yang berusaha memecah belah bangsa dengan cara menyebarkan isu-isu sensitif, terutama yang berhubungan dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).

Kondisi ini terjadi karena setiap orang bisa dengan mudah menyebarkan isu-isu negatif melalui media sosial. Maka dari itu, kita harus lebih selektif dan berpikir cerdas dalam memilih dan membaca informasi yang beredar di internet.

Terutama berita yang sedang viral, karena tidak semua berita itu terbukti benar. Kita harus selalu mengecek kebenaran berita-berita viral yang kita temukan dan jangan sampai mudah termakan oleh berbagai isu di internet.

4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat

Pemerintah harus terus berusaha meningkatkan kepercayaan masyarakat, karena hal ini menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya disintegrasi bangsa. Jika tidak, masyarakat yang kehilangan kepercayaan akan menilai lembaga negara sudah tidak memiliki netralitas dan kredibilitas.

Pemerintah harus menunjukkan dengan bukti nyata bahwa mereka hadir untuk rakyat, bukan untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya.

5. Melawan Berbagai Gerakan Separatis

Selain membangun kepercayaan masyarakat, pemerintah pun harus melawan berbagai tindakan dari gerakan separatis yang bisa muncul dan mengganggu stabilitas negara.

Gerakan separatis seringkali muncul akibat perpecahan di masyarakat. Perpecahan ini timbul karena adanya rasa ketidakadilan dan tidak puas terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Tak hanya itu, pemerintah pun harus mengedukasi masyarakat tentang gerakan separatis menggunakan bukti yang jelas dan kuat.

Di sisi lain, sebagai masyarakat, kita juga harus mengimbangi usaha pemerintah dengan cara membentengi diri dari informasi menyesatkan.

Perlu digaris bawahi, gerakan separatis masih ada sampai saat ini. Buktinya bisa dilihat pada serangan-serangan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang ingin melepaskan diri dari NKRI.

Serangan-serangan tersebut mengakibatkan terganggunya keamanan negara dan memakan banyak korban jiwa.

Contoh Disintegrasi Bangsa yang Pernah Terjadi di Indonesia

Disintegrasi Bangsa

pixabay.com

1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun

Disintegrasi Bangsa

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun terhadap pemerintahan Soekarno terjadi pada tanggal 18 September tahun 1948. Penyebab utamanya adalah munculnya perbedaan ideologi antara Pancasila dan Komunis.

Berawal dari Amir Syarifuddin yang merasa sakit hati karena diberhentikan dari posisinya sebagai menteri. Amir kemudian membentuk sebuah organisasi yang bernama Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Dia menggabungkan tiga partai besar komunis, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI), Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) dengan tujuan untuk menjatuhkan kabinet Mohammad Hatta.

Ini dilakukan agar paham komunis dapat disebarluaskan secara maksimal hingga ke seluruh penjuru Indonesia.

2. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

Yang kedua adalah pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang terjadi pada tahun 1950. Pada tanggal 25 April 1950, Dr. Christian Robert Soumokil mendirikan Republik Maluku Selatan (RMS). Dia melakukan ini sebagai bentuk penolakan atas berdirinya NKRI.

Saat itu, Soumokil merasa tidak setuju jika daerah-daerah di Negara Indonesia Timur (NIT) digabungkan ke dalam wilayah NKRI. Karena itulah, dia mencoba melepaskan Maluku Tengah dan NIT dari Republik Indonesia Serikat.

Pemerintah merasa kehadiran RMS dapat menjadi ancaman serius untuk keutuhan Republik Indonesia Serikat, maka dari itu dikirimlah Dr. J. Leimena dengan misi perdamaian. Sayangnya, langkah ini ditolak oleh Soumokil.

Pemerintah lantas memutuskan untuk melaksanakan ekspedisi militer dan akhirnya kota Ambon bisa dikuasai pada bulan November 1950. Yup, pemerintah berhasil menghentikan pemberontakan RMS. 13 tahun kemudian, tepatnya pada 12 Desember 1963, Soumokil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa.

3. Pemberontakan Andi Aziz

Pemberontakan Andi Azis dimulai dengan berakhirnya Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949. Dalam konferensi itu, Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL)–angkatan perang Belanda dibubarkan dan Negara Indonesia Timur ditetapkan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).

Andi Azis menentang keputusan ini karena tidak setuju jika NIT harus menjadi bagian dari RIS. Sejak awal dia memang ingin agar Indonesia menjadi sebuah negara federasi.

Selain itu, dia juga tidak setuju jika KNIL harus bergabung dengan TNI dan berada di bawah Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Pada tanggal 5 April 1950, Andi Azis dan pasukannya lalu menyerbu markas APRIS yang ada di Makassar dan berhasil menduduki markas ini.

Dua hari kemudian, 7 April 1950, pemerintah RIS mengirimkan 12.000 pasukan ekspedisi yang dipimpin langsung oleh Letnan Kolonel Kawilarang. Karena hal ini, kondisi di Makassar menjadi kacau balau sehingga pada tanggal 8 April 1950, Pemerintah RIS memberikan ultimatum kepada Andi Azis untuk melapor ke Jakarta.

Andi Azis menolak berangkat ke Jakarta dan dia kemudian dicap sebagai pemberontak oleh Soekarno. Soekawati yang menjadi Presiden NIT saat itu mengetahui hal ini, dia lalu meminta Andi Azis untuk menyerahkan diri.

Akhirnya pada tanggal 15 April 1950, Andi Azis berangkat ke Jakarta dan dijatuhi hukuman 14 tahun penjara.

4. Pemberontakan PRRI dan PERMESTA

PRRI adalah kependekan dari Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia, sementara PERMESTA adalah kependekan dari Perjuangan Rakyat Semesta. Dua organisasi ini melakukan pemberontakan pada bulan Februari 1958 di wilayah Sumatera dan Sulawesi.

Mereka merasa saat itu ada ketimpangan pembangunan di antara pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah daerah Sumatera dan Sulawesi merasa bahwa pembangunan hanya fokus dilakukan di pusat.

Jadi, pemberontakan PRRi dan Permesta ini adalah upaya untuk mendapatkan otonomi daerah yang lebih luas lagi. Pelopor utama pemberontakan ini berasal dari kalangan militer daerah.

Untuk mencegah pemberontakan semakin meluas, pemerintah pusat lalu mengadakan operasi militer yang dipimpin oleh Tentara Negara Indonesia untuk memberantas PRRi dan Permesta.

Pada bulan Agustus tahun 1958, pemerintah berhasil menghentikan pemberontakan ini. Tiga tahun kemudian, Presiden Soekarno memberikan penghapusan hukuman atau amnesti kepada mantan anggota PRRI dan Permesta.

Kesimpulan

Sebagai bangsa yang identik dengan keragaman, Indonesia harus selalu waspada terhadap ancaman-ancaman disintegrasi bangsa. Pasalnya, keragaman tersebut justru dapat menimbulkan konflik jika pemerintah dan rakyat tidak dapat bekerja sama.

Artinya, baik pemerintah maupun rakyat harus sama-sama berusaha menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”.

Semboyan ini adalah pengingat bahwa perbedaan agama, suku, ras, dan budaya bukan suatu masalah jika kita tetap memiliki satu tujuan yang sama, yaitu mempertahankan persatuan dan kesatuan Indonesia.

Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, harus selalu mendahulukan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi maupun kelompok. Tujuannya agar pemerintah dapat bertindak secara adil dan menghasilkan kebijakan yang pro rakyat.

Pemerintah juga harus menindaklanjuti setiap pelanggaran dilakukan oleh pemegang kekuasaan agar tidak membuat masyarakat menjadi benci kepada pemimpinnya sendiri.

Disintegrasi Bangsa

Kita sebagai warga negara harus saling menghormati dan menghargai untuk menjaga keutuhan bangsa. Dengan berpegang teguh pada Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, kita dapat menghindari ancaman disintegrasi di negara yang multikultural ini. Terlebih sejak dulu Pancasila sudah terbukti mampu menyatukan berbagai perbedaan.

Tak hanya itu, kita pun harus menyadari bahwa perpecahan bangsa adalah masalah yang sangat serius. Jika kita menganggap sepele masalah perpecahan bangsa ini, akan ada banyak sekali konflik yang menghancurkan keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Maka dari itu, selalu jaga perkataan, perbuatan, sikap, dan sifat kepada sesama tanpa melihat agama, suku, atau ras.

Ingat, Indonesia dibentuk dengan tujuan agar perbedaan-perbedaan tersebut menjadi satu kesatuan yang kuat dan tidak bisa dipisahkan sampai kapanpun. Karena perbedaan ini juga merupakan kekuatan utama bangsa Indonesia.

Demikian pembahasan tentang disintegrasi bangsa. Setelah membaca artikel ini sampai habis, semoga saja kita semua tetap bisa mempertahankan persatuan dan kesatuan.

Jika ingin mencari buku tentang persatuan dan kesatuan, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang Oktaviana Putra

BACA JUGA:

  1. Pengertian Disintegrasi, Dampak, dan Bentuk-Bentuknya dalam Keseharian 
  2. Integrasi Nasional: Pengertian, Konsep, Syarat, Faktor Pembentuk, dan Penghambatnya
  3. Integrasi: Pengertian, Jenis, dan Faktor Terbentuknya 
  4. Contoh Ancaman di Bidang Politik dan Cara Mengatasinya 
  5. Pengertian Integrasi Sosial: Syarat, Bentuk, dan Faktor Pengaruhnya 

About the author

Mochamad Aris Yusuf

Menulis merupakan skill saya yang pada mulanya ditemukan kesenangan dalam mencari informasi. tema tulisan yang saya sukai adalah bahasa Indonesia, pendidikan dan teori yang masuk dalam komunikasi Islam.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Aris Yusuf