Agama Islam

Memahami Tata Cara, Rukun, dan Contoh Khotbah Jumat

Contoh Khotbah
Written by Yufi Cantika

Contoh Khotbah – Selain shalat Jumat, tidak ada lagi shalat lain yang harus dilakukan seminggu sekali. Karena itu, shalat Jumat termasuk shalat yang unik. Namun masih ada beberapa alasan lain yang menjadi keunikan shalat ini.

Pertama, posisinya saling meniadakan dengan shalat Dzuhur. Artinya, kalau kamu sudah melakukan shalat Jumat, tidak perlu melaksanakan shalat Dzuhur karena kewajibannya sudah gugur. Begitu juga sebaliknya, kalau kamu tidak bisa shalat Jumat karena halangan tertentu, wajib melaksanakan shalat Dzuhur.

Kedua, shalat Jumat tidak sah jika dilakukan sendirian atau berdua saja. Para ulama sepakat mengenai hal ini, namun ada perbedaan mengenai jumlah minimal jamaah yang menjadi syarat sah shalat Jumat. Akan tetapi pada umumnya, dibatasi minimal 40 orang.

Ketiga, shalat Jumat harus ada dua khotbah, jika tidak maka menjadi tidak sah. Sebagian ulama meyakini bahwa dua khotbah shalat Jumat adalah pengganti dua rakaat yang ditiadakan.

Bicara soal khotbah, apakah kamu tahu bahwa khotbah juga memiliki hukum, rukun, syarat, dan sunah-sunahnya? Kalau belum, tenang saja, dalam artikel ini kita akan membahas khotbah Jumat secara singkat, padat, namun tetap jelas.

Hukum Khotbah Jumat

Khotbah merupakan salah satu syarat sah shalat Jumat. Ini berarti shalat Jumat hanya dianggap sah jika ada dua khotbah dengan jeda duduk di antara keduanya. Sebab, Rasul SAW tidak pernah berkhotbah Jumat kecuali khotbah beliau terdiri dari dua khotbah yang diantaranya diselingi dengan duduk. Seperti yang dijelaskan oleh Asy Syaikh Abdul Qadir Ar Rahbawi dalam bukunya yang berjudul Fikih Shalat Empat Madzhab.

Contoh Khotbah

Rukun Khotbah Jumat

  1. Khotib atau orang yang menyampaikan khotbah Jumat wajib memuji kepada Allah swt dan membaca alhamdulillah di dalam khotbah pertama dan kedua.
  2. Khotib wajib membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW di dalam khotbah pertama dan kedua.
  3. Khotib wajib mengajak jamaah Jumat untuk bertaqwa kepada Allah SWT dalam dua khotbah.
  4. Khotib wajib membaca ayat al-Qur’an dalam salah satu dari dua khotbah
  5. Khotib wajib membaca doa untuk seluruh umat muslim pada khotbah kedua.

Syarat-Syarat Khotbah Jumat

  1. Khotib wajib suci dari dua hadats
  2. Pakaian khotib wajib suci dari najis
  3. Khotib wajib menutup auratnya
  4. Khotib wajib berdiri pada dua khotbah jika mampu dan diselingi dengan duduk.
  5. Khotbah harus dilaksanakan saat waktu Dzuhur, kira-kira saat matahari telah meninggalkan meridian atau 2 menit setelah tengah hari
  6. Khotib harus duduk sebentar dengan tenang diantara dua khotbah
  7. Khotib harus mengeraskan suaranya saat berkhotbah agar bisa didengar oleh jamaah shalat Jumat (bisa dibantu pengeras suara)
  8. Khotib harus melaksanakan khotbah secara berturut-turut, baik antara khotbah pertama dan kedua maupun antara dua khotbah dan shalat Jumat.
  9. Khotib harus menyampaikan rukun-rukun khotbah menggunakan bahasa arab. Selain rukun, boleh disampaikan dengan bahasa daerah masing-masing.

Sunnah-Sunnah Khotbah Jumat

  1. Khotbah diucapkan di atas mimbar
  2. Khotib sebaiknya mengucapkan salam setelah berdiri di atas mimbar
  3. Khotib hendaknya duduk saat bilal mengumandangkan adzan
  4. Khotib hendaknya memegang tongkat di tangan kirinya
  5. Khotib hendaknya menyampaikan khotbah dengan suara yang jelas agar mudah dipahami oleh jamaah
  6. Khotib hendaknya memperpendek khotbahnya.

Contoh Khotbah

Contoh Khotbah Jumat Lengkap dengan Pembuka dan Penutup

Contoh Khotbah

unsplash.com

Contoh Khotbah Jumat tentang remaja atau pelajar

a. Adab Kepada Guru

Khotbah pertama

Hadirin, kaum muslimin hafidzakumullah

Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah SWT, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tersanjugkan kepada Nabi Muhammad SAW, utusan yang membawa rahmat bagi alam semesta.

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah semuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.

Hadirin, sidang shalat Jum’at yang dimuliakan Allah. Setiap tanggal 25 November kita memperingati Hari Guru Nasional. Secara resmi, Hari Guru Nasional ditetapkan sejak tahun 1994. Tepatnya ialah melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Keputusan ini mencerminkan penghargaan besar dari pemerintah dan rakyat Indonesia terhadap jasa para guru.

Perjuangan guru sangatlah besar bagi bangsa dan negara Indonesia. Maka bukan sesuatu yang berlebihan jika pemerintah menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Setiap tahun, berbagai kegiatan marak diselenggarakan, baik oleh instansi pemerintah, sekolah, ataupun unsur masyarakat lainnya.

Ini merupakan salah satu ungkapan rasa hormat dan terima kasih kepada para guru. Jika di masa pergerakan kemerdekaan, guru menjadi prasyarat bagi upaya membangun kesadaran meraih kemerdekaan, maka di saat ini, guru merupakan prasyarat bagi upaya mengisi kemerdekaan. Prestasi yang telah diraih oleh generasi muda saat sekarang ini tidak lepas dari jasa guru.

Hadirin, hafidzakumullah

Dalam Islam, memuliakan seorang guru adalah sebuah keharusan. Sayidina Ali bin Abi Thalib ra dalam sebuah riwayat menyatakan diri sebagai budaknya seorang guru yang telah mengajarinya, meskipun hanya satu huruf.

Lebih lanjut beliau menegaskan bahwa dirinya siap dimerdekakan atau dijual sebagai hamba sahaya oleh gurunya. Kisah ini mencerminkan betapa agung derajat seorang guru. Murid wajib taat dan memuliakannya agar dapat memahami dan memanfaatkan ilmu yang dipelajari dengan lebih mudah.

Syaikh al-Zarnuji dalam kitab Talim al-Muta’allim menegaskan bahwa seorang pelajar tidak akan mendapatkan kemanfaatan ilmu tanpa memuliakan gurunya.

Dari titik ini, kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus memuliakan guru-guru kita. Jika di antara kita sudah bisa meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau sukses meniti karir, maka jangan sampai melupakan jasa guru. Baik guru yang dulu mengajari kita di TPA, TK, SD, SMP maupun SMA.

Setali tiga uang, jika kita masih sedang dalam proses menempuh jenjang pendidikan di atas, maka pantang bagi kita untuk melawan atau durhaka kepada guru. Sebab, guru tak ubahnya orang tua bagi ruh dan kedewasaan berpikir kita.

Contoh Khotbah

Khotbah kedua

Kaum muslimin yang mulia

Tidak sedikit ayat al-Qur’an dan hadist yang menjelaskan adab dan etika kepada guru. Dalam surat al-Nahl ayat 43, Allah Ta’ala memerintahkan untuk bertanya dan meminta penjelasan kepada orang yang memiliki pengetahuan. Perintah ini merupakan kewajiban yang harus kita tunaikan ketika kita belum memahami suatu hal. Terlebih dalam urusan agama.

Dalam sebuah kisah yang bersumber dari sahabat Abi Said al-Khudri ra, diceritakan bahwa ketika para sahabat sedang duduk di majelis ilmu dengan Rasulullah SAW, maka tidak ada satupun sahabat yang bercanda dan berbicara jika tidak diperlukan.

Lebih rinci, dalam kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, Syaikh Hasyim Asy’ari menyebutkan dua belas adab seorang murid kepada gurunya. Tiga di antaranya ialah bertutur kata dengan perkataan yang baik. Kedua, mendengarkan dengan baik petuah guru. Ketiga, mendoakan dan memintakan ampun kesalahan guru, baik ketika seorang guru masih hidup atau setelah wafat.

Karena itu, baik di dalam sekolah ataupun di luar sekolah, guru harus dihormati. Tidak boleh kita berkata dengan tidak sopan. Apalagi berkata kasar dan menentang. Jika bertanya atau minta penjelasan, maka diutarakan dengan sebaik mungkin. karena dari penjelasan guru, pintu pemahaman kita akan terbuka.

Selain itu, peran guru juga tidak tergantikan dalam mendampingi pertumbuhan kesadaran siswa. Baik kesadaran beragama maupun berbangsa. Terkait hal ini, keberadan guru ataupun mentor sangat penting di organisasi-organisasi kesiswaan. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan organisasi kesiswaan sedikit berada di persimpangan jalan. Dalam artian, organisasi kesiswaan yang awalnya diniatkan untuk menempa generasi penerus bangsa malah dijadikan sebagai wadah doktrinasi. Mengenalkan siswa pada pemahaman keagamaan yang eksklusif dan tak bijak hidup di tengah kemajemukan.

Dari hal ini, penting kiranya pengetahuan agama didapat dari seorang guru yang tepat. Serta dengan adab dan etika yang tepat. Dengan adab dan etika ini, kita berharap ilmu yang kita pelajari dapat dipahami secara baik dan benar. Begitu pula dalam mengamalkannya. Bimbingan guru menentukan keberhasilan pembelajaran. Baik dalam ilmu agama maupun ilmu lainnya. Dengan begitu, kita dapat lebih bijak dalam mengakses informasi di internet sehingga tidak terjebak dalam doktrinisasi pihak yang tidak bertanggung jawab.

Demikian pula, dengan bimbingan guru yang tepat, kita akan mendapatkan pemahaman yang benar yang dapat membantu kita untuk meraih kesuksesan dan masa depan.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa membimbing langkah kita. Amin ya rabbal ‘alamin.

Contoh Khotbah Jumat Bulan Syawal

Menegakkan Shalat 5 Waktu

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah

Melalui mimbar khotbah Jumat kali ini saya berwasiat kepada diri saya pribadi khususnya dan kepada para jamaah sekalian pada umumnya, marilah kita selalu berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh kesadaran, kesabaran dan keikhlasan hati karena Allah semata.

Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan hamba-hamba Allah yang mendapat ridho-Nya dan senantiasa dalam lindungannya hingga akhirnya kita bisa mendapatkan kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat. Amin.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Diantara beberapa ibadah yang diperintahkan kepada umat Islam, shalat adalah ibadah yang paling penting dan paling utama.

“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” (QS al-Baqarah: 43)

Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya menyebutkan bahwa:

Jika diibaratkan agama Islam adalah sebuah bangunan, maka yang menjadi penyangganya adalah shalat. Seorang muslim yang selalu mendirikan shalat lima waktu apalagi dengan berjamaah, maka sesungguhnya dia tengah menguatkan kekokohan agamanya sendiri. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang sering meninggalkan shalat, maka sama saja ia telah merobohkan agamanya sendiri karena pilar-pilar penyangganya hilang.

Sebagai pilar yang menjaga kuatnya Islam, ibadah shalat menjadi amal yang pertama kali akan ditimbang di hari pembalasan nanti. Jika shalatnya seorang hamba dinilai baik, maka menjadi baik pulalah seluruh amal perbuatannya. Begitupun sebaliknya.

Contoh Khotbah

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Salah satu keistimewaan dari ibadah shalat ada pada turunnya perintah untuk mengerjakannya. Jika pada ibadah lain Allah mewahyukan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, namun untuk ibadah shalat Allah langsung menyampaikan perintah tersebut kepada Rasul SAW. Melalui peristiwa Isra Mi’raj. Proses pewahyuannya yang secara langsung ini menjadikan shalat diyakini oleh para ulama sebagai sebuah ibadah yang memiliki nilai-nilai keistimewaan tertentu.

Prof. KH. Ahmad Zahro dalam bukunya menyebutkan bahwa setidaknya ada 4 nilai spiritual penting dalam shalat: Pertama, Hikmatut Tha’ah atau nilai kepatuhan kepada Allah. Ketika kita mengerjakan shalat, baik mengetahui manfaatnya atau tidak, kita telah patuh kepada Allah karena telah menjalankan apa yang diwajibkan kepada kita.

Kedua, Hikmatul Kaifiyah was Shihhah atau nilai tatacara dan kesehatan. Telah banyak sekali penelitian ilmiah yang mengungkapkan bahwa gerakan-gerakan shalat memiliki dimensi kesehatan yang luar biasa. Begitu juga dengan adanya waktu-waktu shalat yang ternyata menyimpan manfaat bagi kesehatan rohani dan kejiwaan manusia.

Ketiga, Hikmatul Adzkar atau nilai zikir dan doa. Bacaan-bacaan dalam shalat sebenarnya merupakan permohonan atau doa kita kepada Allah agar mendapat kemaslahatan dunia dan akhirat. Ditambah lagi ketika menjalankan shalat, seseorang sedang berada pada posisi terdekatnya dengan Allah SWT. Namun sayangnya kesempatan ini kadang kita hilangkan sendiri karena pikiran yang tidak fokus pada apa yang kita baca ketika shalat. Oleh karena itu kita perlu belajar memahami apa yang kita baca saat shalat agar bisa khusyuk’ dan pikiran tidak melayang kemana-mana.

Keempat, Hikmah Aqibah wa Qurbah yaitu nilai efek kedekatan kepada Allah. Dalam al-Qur’an disebutkan:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS al-Ankabut: 45).

Seseorang yang mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya insyaAllah akan tercegah dari keinginan untuk berbuat keji maupun mungkar karena shalat memiliki hikmah berupa efek kedekatan kepada Allah. Jika ada yang sudah shalat namun masih tetap mengerjakan kejelekan, maka orang tersebut perlu mengevaluasi shalatnya kembali karena belum mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar tersebut.

Rasulullah SAW juga menjelaskan dalam salah satu haditsnya bahwa barangsiapa yang mengerjakan suatu shalat, sedangkan shalat itu tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar, maka tiadalah shalat itu baginya melainkan makin menambah jauh dia dari Allah SWT.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Imam Izzuddin Abdus Salam dalam kitabnya yang berjudul Maqashidul ‘Ibadah menjelaskan bahwa tujuan terbesar dalam shalat adalah memperbaharui perjanjian dengan Allah SWT. Oleh karena itu shalat diberikan waktu-waktu yang saling berdekatan sehingga tempo untuk mengingat Allah tidak terlalu jauh.

Mengenai waktu-waktu shalat ini, KH. Bahauddin Nur Salim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha dalam suatu kesempatan pernah menyampaikan bahwa waktu antara satu shalat dengan shalat yang lain bisa digunakan sebagai jalan yang mudah untuk menjadi kekasih Allah. Beliau mengutip hadits Nabi Muhammad yang berbunyi:

“Berbahagialah kalian wahai kaum muslimin, sesungguhnya Allah telah membuka pintu langit dan membanggakan kalian atas para malaikat dengan berfirman: lihatlah hamba-hambaku ini, mereka telah mengerjakan ibadah dan menunggu ibadah lainnya.”

Hadits ini bisa dijadikan jalan kita untuk menjadi kekasih Allah lewat ilmu, yaitu pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari hendaknya selalu kita niatkan sebagai penunggu datangnya waktu shalat, sehingga seandainya nyawa kita dicabut maka kita akan meninggal dalam keadaan menantikan datangnya kebaikan.

Contoh Khotbah

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah

Demikian khotbah hari ini, semoga kita semua selalu diberikan kekuatan untuk dapat menjaga keistiqomahan kita dalam mengerjakan shalat lima waktu. Semoga shalat yang kita lakukan dapat menjadikan diri kita semakin dengan Allah SWT dan dapat mencegah diri kita dari perbuatan keji dan kemungkaran.

Contoh Khotbah Jumat Keutamaan Bulan Sya’ban

Hikmah Bulan Sya’ban

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.

Jum’at ini kita semua telah memasuki bulan Sya’ban. Itu artinya kita semakin dekat lagi dengan bulan suci Ramadhan, bulan yang dinanti-nantikan oleh umat Islam. Oleh karena itu melalui mimbar khotbah Jumat kali ini saya berwasiat kepada diri saya pribadi khususnya dan kepada para jamaah sekalian pada umumnya, marilah kita selalu berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh kesadaran, kesabaran dan keikhlasan hati karena Allah semata. Semoga di tahun ini Allah memanjangkan umur kita semua, sehingga kita bisa kembali merasakan nikmatnya beribadah di bulan Ramadhan. Amin.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.

Bulan Sya’ban merupakan bulan yang di antara dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan. Seperti halnya dua bulan mulia yang mengapitnya, bulan ini juga mengandung keistimewaan dan kemuliaan yang sangat agung. Sayyid Muhammad bin Alawy dalam kitabnya “Madza fi Sya’ban” menerangkan bahwa penamaan Sya‘ban untuk bulan kedelapan dalam penanggalan Islam ini dikarenakan banyaknya cabang-cabang kebaikan yang ada di dalamnya.

Sebagian ulama yang lain mengatakan, bahwa Sya‘ban ini bermakna terpancarnya keutamaan. Ada juga yang memaknai Sya’ban ini bulan menambal, yaitu Allah menambal atau menghibur patah hati hamba-Nya dengan keistimewaan-keistimewaan yang diturunkan pada di bulan ini.

Jika dilihat dari keterangan para ulama, terdapat beberapa keistimewaan dalam bulan Sya’ban ini yang tidak ditemukan dalam bulan-bulan lainnya. Sayyid Muhammad bin Alawy menyebutkan setidaknya ada tiga keutamaan dan keistimewaan dari bulan Sya’ban ini. Yang pertama adalah dialihkannya kiblat umat Islam ke Masjidil Haram sebagaimana kiblat kita saat ini.

Sebelumnya, kiblat umat Islam ketika shalat tidak menghadap ke Masjidil Haram, melainkan menghadap ke Masjidil Aqsha yang ada di Palestina. Namun setelah berjalan selama 16 bulan, Allah kemudian memindahkan kiblat umat Islam ke Ka’bah yang ada di Masjidil Haram. Peralihan kiblat ini sendiri sebenarnya merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Nabi Muhammad SAW.

Contoh Khotbah

Bahkan dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri menghadap langit setiap hari menunggu turunnya wahyu yang mengenai arah kiblat ini. Hingga pada akhirnya Allah menurunkan surat al-Baqarah ayat 144 yang berbunyi:

“Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.” (QS al-Baqarah: 144).

Peristiwa ini menurut Imam al-Qurtubi dalam tafsirnya, terjadi pada malam Selasa yang pada saat itu juga bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Keistimewaan bulan Sya’ban yang kedua adalah turunnya ayat yang menganjurkan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad, yaitu surat al-Ahzab ayat 56 ini berbunyi:

“Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Karena turunnya ayat inilah kemudian para ulama menyebut bulan Sya’ban sebagai bulan shalawat. Terlebih lagi dalam salah satu hadits, Nabi Muhammad bersabda:

“Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan Allah. Bulan Sya’ban menyucikan dan bulan Ramadhan menggugurkan dosa.” (HR ad-Dailami).

Dalam hadits tersebut dikatakan dengan jelas bahwa bulan Sya’ban ini adalah bulan Nabi. Maka shalawat kepada Nabi Muhammad sangat dianjurkan pada bulan ini. Bahkan bagi kita semua sebagai umatnya, seharusnya shalawat ini sudah menjadi suatu keharusan, karena sebagaimana disebutkan dalam ayat tadi, Allah dan para malaikat pun juga bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Inilah istimewanya shalawat, ketika Allah perintahkan kita untuk shalat, Allah sendiri tidak shalat, ketika Allah perintahkan kita untuk berzakat, Allah tidak melakukan zakat karena tujuan dari zakat adalah mensucikan, sementara Allah adalah Dzat yang paling suci. Ketika Allah perintahkan kita untuk haji, Allah tidak melakukan haji karena Allah-lah yang menjadi tuan rumahnya.

Namun, ketika Allah perintahkan kita untuk bershalawat, sebelum malaikat dan manusia bershalawat, Allah sudah terlebih dahulu bershalawat dengan memberikan rahmat ta’dzim kepada Nabi Muhammad SAW.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Peristiwa penting yang ketiga pada bulan Sya’ban ini adalah diserahkannya semua amal kita diserahkan kepada Allah SWT.

Terdapat sebuah hadits dari Nasa’i yang menceritakan mengenai kebiasaan berpuasa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad pada bulan Sya’ban. Karena kebiasaan ini, lantas sahabat Usamah bin Zaid bertanya kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban?”

Rasulullah pun kemudian menjawab, “Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan ini semua amal diserahkan kepada Allah SWT. Dan aku senang ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam keadaan puasa.”

Dari hadits ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa sangat dianjurkan bagi kita semua untuk senantiasa meningkatkan ibadah dan amal saleh kita di bulan Sya’ban ini, agar nantinya ketika amal yang kita lakukan diserahkan kepada Allah, penyerahannya ini diiringi dengan amal-amal saleh dan ibadah yang sedang kita lakukan. Inilah yang Nabi lakukan ketika bulan bulan Sya’ban, semoga kita semua bisa meniru apa telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sang suri tauladan dan pemilik bulan Sya’ban ini.

Demikian pembahasan tentang khotbah hingga contoh khotbah. Semoga semua pembahasan di atas bisa menambah wawasan Grameds. Jika ingin mencari berbagai macam buku tentang khutbah atau ceramah, kamau bisa mendapatkannya di gramedia.com.

Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang Oktaviana Putra

BACA JUGA:

  1. Tuntunan, Syarat, dan Rukun Khutbah Jumat Agar Sah 
  2. Teks Ceramah: Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur, dan Contoh Lengkap 
  3. Niat Sholat Jumat Pengertian, Syarat, Hukum, hingga Keutamaannya 
  4. 6 Syarat Sah Shlat Jumat, Hikmah, dan Ancaman Bagi yang Meninggalkannya 
  5. Memahami Keutamaan dan Hikmah Shalat Jumat 

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika