Buku Ibnu Khaldun

Jelajahi Buku Ibnu Khaldun dari Gramedia yang disusun berdasarkan rekomendasi Gramedia

Muqaddimah Ibnu Khaldun

Biografi Ibnu Khaldun

Mukaddimah

Ibn Khaldun – PERINTIS KAJIAN ILMU SOSIAL MODERN

gramedia digital

Berlangganan Gramedia Digital

Baca majalah, buku, dan koran dengan mudah di perangkat Anda di mana saja dan kapan saja. Unduh sekarang di platform iOS dan Android

  • Tersedia 10000++ buku & majalah
  • Koran terbaru
  • Buku Best Seller
  • Berbagai macam kategori buku  seperti buku anak, novel,religi, memasak, dan lainnya
  • Baca tanpa koneksi internet

Rp. 89.000 / Bulan

gramedia digital

Berlangganan Gramedia Digital

Baca majalah, buku, dan koran dengan mudah di perangkat Anda di mana saja dan kapan saja. Unduh sekarang di platform iOS dan Android

  • Tersedia 10000++ buku & majalah
  • Koran terbaru
  • Buku Best Seller
  • Berbagai macam kategori buku  seperti buku anak, novel,religi, memasak, dan lainnya
  • Baca tanpa koneksi internet

Rp. 89.000 / Bulan

I am text block. Click edit button to change this text. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

gramedia best seller

Tentang Buku Ibnu Khaldun

Jelajahi Buku Ibnu Khaldun dari Gramedia. Buku disusun berdasarkan rekomendasi Gramedia.

Selengkapnya

    Ibnu Khaldun merupakan seorang cendekiawan muslim Arab pada abad ke-14 masehi. Kisah kehidupan dari cendekiawan yang dianggap sebagai salah satu bapak ilmu sosiologi, historiografi, dan ekonomi modern ini didokumentasikan dengan baik sehingga masih banyak ditemukan hingga saat ini. Kondisi kehidupan Ibnu Khaldun berbeda dengan sebagian besar orang di zamannya. Sebagian besar orang saat itu tidak memiliki banyak informasi yang dapat dipercaya, tetapi Ibnu Khaldun menerima pendidikan dari beberapa guru terbaik di kotanya.

    Ibnu Khaldun berasal dari keluarga kelas atas Andalusia keturunan Arab dan dipandang sebagai orang yang memiliki kecerdasan alami dan rasa ingin tahu yang tinggi. Dibantu dengan bekal pendidikan yang telah diterimanya, Ibnu Khaldun berhasil menjadi seorang intelektual dengan minat yang mendalam terhadap masalah politik dan sosial.

    Terlahir dari keluarga kaya dan berpangkat tinggi tidak menjadikan kehidupan Ibnu Khaldun benar-benar berjalan dengan mulus dan mudah. Ibnu Khaldun menjalani kehidupan yang penuh kesulitan pada masa muda setelah ditinggal oleh orang tuanya saat masih remaja. Hal tersebut membuat Ibnu Khaldun harus berjuang seorang diri untuk membangun karirnya. Setelah memulai karir politik di usia muda, Ibnu Khaldun terpaksa harus masuk penjara karena ikut berpartisipasi dalam pemberontakan.

    Ibnu Khaldun dianggap sebagai salah satu filsuf muslim terbesar dunia karena memiliki kontribusi yang sangat besar dalam bidang historiografi dan ekonomi. Ibnu Khaldun berhasil menulis beberapa karya penting yang tidak pernah kehilangan relevansinya dan telah diakui oleh para sejarawan selama berabad-abad, seperti otobiografi dan buku “The Muqaddimah”. Meskipun telah berlangsung berabad-abad tahun yang lalu, kisah hidup Ibnu Khaldun masih cukup banyak dibahas. Berikut adalah pembahasan mengenai kehidupan, pendidikan, dan karya-karya Ibnu Khaldun.

     

    Kehidupan Ibnu Khaldun

    Ibnu Khaldun menjadi seorang sejarawan muslim yang lahir di Tunisia, Afrika Utara, pada tanggal 1 Ramadhan tahun 732 H atau tanggal 27 Mei 1332 M. Keluarga Ibnu Khaldun merupakan pendatang dari Andalusia, Spanyol Selatan, yang pindah ke Tunisia pada pertengahan abad ke VII H. Rumah tempat tinggal dan kelahiran Ibnu Khaldun di jalan Turbah Bay, Tunisia, masih utuh dan digunakan untuk sekolah Idarah Ulya sampai saat ini. Di pintu masuk sekolah Idarah Ulya terpajang sebuah batu manner yang diukir dengan nama dan tanggal lahir Ibnu Khaldun.

    Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Muhammad bin Abdurrahman bin Khaldun. Selain nama lengkap yang telah disebutkan tersebut, terdapat berbagai referensi berbeda mengenai nama lengkap dari Ibnu Khaldun. Kitab Muqaddimah yang diterjemahkan oleh Masturi Irham dan kawan-kawan menyebutkan bahwa nama lengkap yang lebih dikenal untuk Ibnu Khaldun adalah Abdurrahman ibnu Khaldun al-Maghribi al-Hadrami al-Maliki.

    Abdurrahman sendiri merupakan nama kecil Ibnu Khaldun. Dia digolongkan dalam al-Maghribi karena lahir dan dibesarkan di Maghrib kota Tunisia, memiliki julukan al-Hadrami karena keturunannya berasal dari Hadramaut Yaman Selatan, serta memiliki gelar al-Maliki karena menganut mazhab Imam Malik.

    Nama Ibnu Khaldun sendiri diambil dari nama kakeknya yang kesembilan, yaitu Khalid bin Utsman. Kakek Ibnu Khaldun merupakan pendatang pertama di Andalusia bersama para anggota pasukan Arab penakluk wilayah bagian selatan Spanyol. Nama Khalid bin Utsman kemudian lebih dikenal dengan nama Khaldun bin Utsman, sesuai dengan kebiasaan penduduk Andalusia dan Afrika Barat Laut yang menambahkan “un” pada nama akhir orang-orang terkemuka. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penghargaan dan takzim kepada keluarga penyandangnya.

    Keluarga Ibnu Khaldun merupakan keluarga ilmuwan dan terhormat. Keluarga Ibnu Khaldun banyak berkecimpung dalam bidang politik maupun akademik. Keluarga ini dikenal sebagai keluarga yang memiliki pengetahuan luas, berpangkat, serta banyak menduduki jabatan penting pemerintahan.

    Keluarga Ibnu Khaldun memiliki peran yang cukup penting dan menonjol dalam bidang ilmu pengetahuan maupun politik. Keluarga ini berhasil mengumpulkan jabatan ilmiah dan pemerintahan. Jabatan tersebut menjadi suatu jabatan yang belum pernah dijumpai atau diraih oleh orang lain pada masa itu. Sebelum pindah ke Afrika, keluarga Ibnu Khaldun selama beberapa abad menjadi pemimpin politik di Moorish (Spanyol).

    Ayah Ibnu Khaldun, Abu Abdullah Muhammad, merupakan seorang yang ahli dalam bahasa dan sastra Arab. Ayah Ibnu Khaldun memiliki keunikan tersendiri di antara keluarganya yang lain. Abu Abdullah Muhammad menjadi salah satu anggota keluarga Bani Khaldun yang menjauhkan diri dari politik. Beliau lebih fokus pada bidang keilmuan dan pengajaran.

    Ayah Ibnu Khaldun berkecimpung dalam bidang politik dan menekuni bidang ilmu pengetahuan, kesufian, serta mendalami ilmu-ilmu agama setelah memutuskan untuk berhenti dalam bidang politik. Ayah Ibnu Khaldun kemudian dikenal sebagai orang yang mahir dalam sya’ir sufi dan berbagai bidang keilmuan lainnya.

    Abu Abdullah Muhammad wafat saat Ibnu Khaldun masih berusia sekitar 18 tahun, tepatnya pada tahun 749 H atau 1348 M. Beliau wafat meninggalkan lima orang anaknya akibat wabah pes yang melanda Afrika Utara. Sejak ditinggalkan oleh ayahnya, Ibnu Khaldun mulai belajar hidup secara mandiri dan bertanggung jawab sebagai orang dewasa yang tidak menggantungkan diri kepada keluarga.

    Dengan latar belakang yang dimiliki keluarganya, bidang politik dan ilmu pengetahuan telah menyatu dalam diri Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun memiliki dua pendukung kuat yang sangat menentukan perkembangan kariernya, yaitu cinta belajar dan ilmu pengetahuan serta cinta jabatan dan pangkat. Pengembangan karier tersebut juga ditambah dengan peran kecerdasan yang dimilikinya.

    Ibnu Khaldun berhasil menjadi seorang filsuf sejarah yang berbakat. Beliau merupakan cendekiawan terbesar pada zamannya. Ibnu Khaldun hidup saat dunia Islam mengalami pergumulan dalam berbagai bidang akibat adanya beberapa proses peralihan kekuasaan pemerintahan. Masa kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu pada abad ke-14 masehi, menjadi masa kemunduran dan perpecahan dalam perspektif sejarah Islam.

    Banyaknya kekacauan historis yang terjadi pada masa kemunduran ini, menjadi kesempatan yang baik bagi kemunculan figur utama yang mempunyai semangat tinggi dalam ranah aksi dan pemikiran, seperti Ibnu Khaldun. Sebelum kemunculan Ibnu Khaldun, sejarah hanya berkaitan dengan pencatatan sederhana dari berbagai kejadian yang ada tanpa pembedaan antara fakta dan hasil rekaan.

    Ibnu Khaldun wafat pada usia 74 tahun di Kairo, Mesir, pada tanggal 25 Ramadhan 808 H atau tanggal 19 Maret 1406 M. Jenazah Ibnu Khaldun dimakamkan di tempat pemakaman para sufi di luar Bab al-Nashir, Kairo.

    Secara umum, kehidupan Ibnu Khaldun dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu (1) fase kelahiran, perkembangan, dan studi; (2) fase bertugas di pemerintahan dan terjun ke dunia politik di Magrib dan Andalusia; (3) fase kepengarangan; serta (4) fase mengajar dan bertugas Negeri di Mesir.

    Fase pertama dilalui oleh Ibnu Khaldun di Tunisia, sejak masa kelahirannya sampai usia dua puluh tahun, tepatnya dari tahun 732 H atau 1332 M sampai tahun 751 H atau 1350 M. Fase kedua berlangsung dari tahun 751 H atau 1350 M sampai tahun 776 H atau 1374 M. Fase ketiga berlangsung dari tahun 776 H atau 1374 M sampai tahun 784 H atau 1382 M. Pada fase ini, Ibnu Khaldun berpikir dan berkompetensi di Benteng Ibnu Salamiah milik Banu Arif. Fase keempat berlangsung dari tahun 784 H atau 1382 M sampai wafatnya Ibnu Khaldun, yaitu pada tahun 808 H atau 1406 M.

     

    Pendidikan Ibnu Khaldun

    Pendidikan Ibnu Khaldun diawali sekitar tahun 1332 sampai 1350 M. Guru pertama Ibnu Khaldun adalah ayahnya sendiri, seperti halnya tradisi kaum muslim pada masa itu. Abu Abdullah Muhammad mendidik Ibnu Khaldun secara tradisional dengan mengajarkan dasar-dasar agama Islam. Hal yang dipelajari Ibnu Khaldun dari ayahnya adalah cara membaca dan menghapal Al Qur’an. Namun, pendidikan tersebut tidak dapat berlangsung lama karena ayahnya wafat pada tahun 1349 M.

    Guru Ibnu Khaldun lainnya adalah Abu ‘Abdullah Muhammad ibnu Sa’ad bin Burral Al-Ansari, yang mengajarkan Al-Qur’an dan Qira’at. Beberapa guru Ibnu Khaldun yang lain, yaitu Al-Hasayiri, Muhammad Al-Syawwasy Al-Zarzali, dan Ahmad ibnu Al-Qassar yang mengajarkan bahasa Arab. Selain itu, terdapat sejumlah ulama, seperti Syaikh Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad Al-Wadiyasyi yang mengajarkan Ibnu Khaldun ilmu hadis, bahasa Arab, fikih.

    Ibnu Khaldun mempelajari mempelajari kitab Al-Muwatta’ karya Imam Malik dari Abdullah Muhammad ibnu Abdussalam. Muhammad ibnu Sulaiman Al-Satti ‘Abd Al-Muhaimin Al-Hadrami, Muhammad ibnu Ibrahim Al-Abili menjadi guru yang ikut serta membentuk kepribadian Ibnu Khaldun. Selain mengajarkan dua ilmu pokok, yaitu Al Qur’an dan Hadis, mereka juga mengajarkan ilmu-ilmu pasti, logika, dan seluruh ilmu (teknik) kebijakan dan pengajaran.

    Ibnu Khaldun memiliki dua orang guru yang dianggapnya istimewa, yaitu Syaikh Muhammad ibnu Ibrahim Al-Abili dalam ilmu-ilmu filsafat dan Syaikh ‘Abd Al-Muhaimin ibnu Al-Hadrami dalam ilmu-ilmu agama.. Kedua guru tersebut sangat berpengaruh terhadap pengetahuan bahasa, filsafat, dan hukum Islam. Ibnu Khaldun mempelajari kitab-kitab hadis, seperti Al-Kutub, Al-Sittah, dan Al-Muwatta’ dari guru tersebut.

    Ibnu Khaldun fasih dalam qiraah sab’ah serta memberikan perhatian yang seimbang antara mata pelajaran Tafsir, Hadis, Fikih, dan Gramatika bahasa Arab yang dipelajarinya dari sejumlah guru yang terkenal di Tunisia, yang pada masa itu menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan sastra Arab. Di samping mempelajari ilmu bahasa, sastra, mantik dan filsafat, Ibnu Khaldun secara khusus mendalami ilmu Hadis dan Fikih Mazhab Maliki.

    Ibnu Khaldun terpaksa harus berhenti menuntut ilmu dan mengalihkan perhatiannya pada upaya untuk mendapatkan tempat dalam pemerintahan dan peran dalam percaturan politik saat memasuki usia 18 tahun. Hal tersebut terjadi karena dua peristiwa penting, yaitu merebaknya wabah penyakit Pes di berbagai belahan dunia pada tahun 749 H serta banyaknya ilmuwan dan budayawan yang meninggalkan Tunisa pindah ke Afrika Barat Laut setelah selamat dari wabah pada tahun 750 H. Wabah tersebut menjadi peristiwa besar yang merenggut banyak korban jiwa, termasuk ayah, ibu, dan sebagian besar guru yang pernah atau sedang mengajarnya.

     

    Karya Ibnu Khaldun

    Sebagai seorang aktivis politik, pemikir, serta pengamat ilmu pengetahuan yang memiliki analisis yang amat tajam, Ibnu Khaldun menuliskan pengamatan dan pemikirannya dalam beberapa karya. Berikut adalah beberapa karya dari Ibnu Khaldun.

    • Kitab Al-Ibar wa Diwan Al-Mubtada wa Al-Khabar fi, Ayyam Al-Arab wa al-Ajam wa Al-Barbar, wa Man Asharahum min Dzawi Al Sulthan Al-Akbar atau memiliki arti Kitab contoh-contoh dan rekaman tentang asal-usul dan peristiwa hari-hari Arab, Persia, Barbar dan orang-orang sezaman dengan mereka yang memiliki kekuatan besar. Kitab ini sering disebut Kitab Al-Ibar atau Tarikh Ibnu Khaldun. Kitab Al-Ibar terbagi menjadi beberapa jilid, yaitu:
      • Buku pertama dari kitab Al-Ibar dinamakannya “Muqaddimah”, yang memiliki arti “Pendahuluan”. Buku Muqaddimah ini merupakan sebuah karya yang telah menjadikan nama Ibnu Khaldun kekal dalam sejarah. Buku ini membahas tentang manfaat historiografi, bentuk-bentuk historiografi dan beberapa kesalahan para sejarawan. Buku ini menjadi jilid pertama dari kitab Al-Ibar yang kemudian dikenal dengan Muqaddimah Ibn Khaldun atau al-Muqaddimah.
      • Buku kedua berisi mengenai sejarah Arab dan bangsa-bangsa yang sezaman dengannya, seperti seperti bangsa Nabi, Suryani, Persia,Israel, Qibti, Yunani, Romawi, Turki dan Franka. Buku ini dimuat dalam empat jilid, yaitu jilid kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
      • Buku ketiga yang merupakan tujuan utama disusunnya kitab Al-Ibar, yaitu pembahasan mengenai sejarah bangsa Zanatah, khususnya kerajaan dan negara-negara di Afrika Utara (Maghribi). Buku ini dimuat dalam jilid keenam dan ketujuh.
    • Kitab Al-Ta’rif bi Ibn Khaldun wa Rihlatuh Garban wa Syarqan, yang dipandang sebagai sebuah otobiografi Ibnu Khaldun. Kitab Al-Ta’rif memuat riwayat hidup Ibnu Khaldun sejak masa muda hingga akhir hidupnya.
    • Lubab al-Muhashshal Fi Ushul al-Din, yang merupakan sebuah Ikhtisar atas karya Fakhruddin alRazi yang berjudul al-Muhashshal.Ikhtisar, Karya ini ditulis Ibnu Khaldun dengan tangannya sendiri dan menjadi karya pertamanya karena ditulisnya pada usia 19 tahun saat berada di Tunisia.