in

Budaya Kerja Menurut Para Ahli & Jenis Budaya Kerja

Halo Grameds, buat kalian para praktisi sumber daya manusia, atau kalian yang sedang melamar pekerjaan, selain pendapatan, jenjang karir, serta keuntungan-keuntungan yang lain, apa sih yang kalian inginkan dari dunia kerja?

Mungkin salah satunya adalah budaya kerja yang tercipta di lingkungan kerja kalian. Benar atau tidak? Budaya kerja, terjadi di lingkungan kerja manapun,dan dalam kondisi apapun. Banyak faktor dapat memengaruhi kondisi budaya kerja.

Kali ini, kita akan sama-sama mengulas seputar budaya kerja. Seperti apa ulasannya, ikuti terus tulisan ini, jangan lupa akses segera aplikasi Gramedia Digital melalui gawai kalian, dan nikmati layanan menarik setiap harinya.

Definisi budaya kerja

Grameds, kita sama-sama tahu, bahwa budaya merupakan seluruh hasil olah cipta, rasa, dan karsa manusia yang diturunkan kepada generasi berikutnya, sebagai bagian dari kehidupan sosial bermasyarakat, dan terjadi secara turun temurun. Bagaimana dengan budaya kerja sendiri?

 

Menurut para ahli

Banyak ahli, baik yang berasal dari akademisi, maupun praktisi memberikan definisi tentang budaya kerja. Di antaranya adalah:

  1. Sulakso (2002) mengemukakan bahwa budaya kerja merupakan the way we are doing here atau sikap dan perilaku pegawai untuk melaksanakan tugas. Maka dari itu, setiap proses atau fungsi kerja harus memiliki perbedaan dalam bekerja yang mengakibatkan munculnya keberagaman nilai-nilai yang sesuai untuk diambil, dalam rangka kerja organisasi.
  1. Triguno (2003) mengemukakan, bahwa budaya kerja merupakan suatu falsafah yang berlandaskan pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian cerminan tersebut muncul dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat serta tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.
  1. Biech mengemukakan bahwa budaya kerja merupakan semua hal yang memiliki arti proses panjang yang terus menerus disempurnakan dengan tuntutan dan kemampuan SDM, kemampuan SDM itu sendiri harus sesuai dengan prinsip pedoman yang diakui.
  1. Mangkunegara (2005) mengemukakan, bahwa budaya kerja merupakan perangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai, dan norma yang dikembangkan dalam suatu organisasi  yang dapat dijadikan sebagai landasan tingkah laku anggota, untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal maupun integrasi internal.

Dari beberapa pengertian mengenai budaya kerja di atas, kita dapat menarik benang merah, bahwa budaya kerja, dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang dikembangkan dalam suatu organisasi, guna menyelaraskan sikap, perilaku, dan aktivitas yang berlangsung dalam suatu organisasi (lingkungan kerja), agar terjadi suasana yang mengakar (positif) dalam lingkungan kerja tersebut.

Ruang lingkup budaya kerja

Sesuai dengan definisi budaya kerja di atas, berarti budaya kerja memiliki ruang lingkup terjadinya budaya kerja itu sendiri. Sudah dapat ditebak pula, bahwa budaya kerja akan terjadi di suatu lingkup yang disebut dengan tempat kerja.

Sebelum era digitalisasi hadir, banyak orang beranggapan bahwa sesuatu yang disebut sebagai tempat kerja, selalu berupa bangunan permanen, dengan meja kursi, dengan banyak orang melakukan aktivitas bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang tenaga kerja. Ruang lingkup ini disebut dengan ruang lingkup perusahaan konvensional.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Seiring perkembangan industri, guna merespon revolusi industri 4.0, di era digitalisasi ini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang tidak menggunakan banyak tenaga kerja, tenaga kerjanya dapat bekerja di mana saja, teknologi digunakan sebagai pendukung utama aktivitas usahanya. Perusahaan seperti ini dikenal dengan sebutan startup. Seperti apa ruang lingkup budaya kerja yang terjadi pada kedua jenis perusahaan ini? Mari kita simak bersama.

Budaya kerja di perusahaan konvensional

Karena perusahaan konvensional merupakan perusahaan yang yang berfokus pada penampilan fisik, dan struktur pengorganisasian perusahaan. Maka budaya kerja yang dibangun pada perusahaan konvensional, setiap sumber daya manusia (SDM) yang bekerja dalam perusahaan tersebut akan melaporkan pertanggungjawaban hasil kerjanya, pada SDM yang memiliki jabatan atau kedudukan yang lebih tinggi daripadanya.

Sehingga kemapanan instruksinya lebih jelas. Perusahaan konvensional diisi oleh sumber daya manusia dengan komposisi 30 % merupakan generasi baby boomer, 25% berasal dari Gen X, dan sisanya berasal dari generasi milenial. Perusahaan konvensional memiliki aturan kerja baku, seperti pemberlakuan jam kerja bagi sumber daya manusianya, cara berpakaian, sistem penggajian dengan aturan yang pasti, rutin dan teratur.

https://www.gramedia.com/products/kancil-loncat-meloncat-lebih-tinggi-10-tahun-kerja-10-perusahaan

Budaya kerja di perusahaan rintisan atau startup

Perusahaan rintisan atau startup merupakan suatu usaha yang memanfaatkan teknologi digital dalam mencari peluang untuk merespon pasar yang tepat guna. Perusahaan startup tidak memerlukan sumber daya manusia yang terlalu banyak, namun dapat menghidupi sumber daya manusia yang banyak.

Hirarki hubungan antara pimpinan dan staf sangat fleksibel, jadi siapapun dapat melakukan diskusi bersama, saling bertukar ide setiap saat jika diperlukan, dan iklim kolaboratif sangat kuat menjadi ciri.

https://www.gramedia.com/products/information-technology-business-start-up

Tujuan menghidupkan budaya kerja

Dalam suatu lingkungan tempat kerja, akan selalu melibatkan tenaga kerja. Besar kecilnya, tergantung dari jenis layanan kerja yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Dapat berupa layanan jasa, perusahaan yang memproduksi suatu barang, atau suatu layanan jual beli suatu barang. Menghidupkan budaya kerja di lingkungan kerja memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah.

  1. Memberikan pembeda yang jelas antara satu lingkungan kerja dengan lingkungan kerja yang lain untuk memunculkan ciri khas atau karakteristik suatu lingkungan kerja.
  2. Sebagai bentuk dukungan untuk menyatukan komitmen, agar sesuai dengan visi dan misi suatu lingkungan kerja, bukan berdasar kepentingan pribadi atau individu.
  3. Agar terjadi keselarasan dalam melaksanakan tugas dan kewenangan dalam suatu lingkungan kerja.
  4. Untuk merekatkan hubungan profesional antara sumber daya manusia yang satu dengan yang lain.

https://www.gramedia.com/products/pentingnya-budaya-kerja-tinggi-kuat-absolute

Jenis-jenis budaya kerja

Setiap lingkungan kerja, memiliki budaya kerja masing-masing sesuai dengan ciri khas atau karakteristik yang sesuai dengan lingkungan kerja tertentu. Unggul atau tidaknya budaya kerja yang terbangun dalam suatu lingkungan kerja, merupakan hal yang relatif, karena lingkungan kerja yang satu dengan yang lain tidak dapat dibandingkan keunggulannya. Berikut ada beberapa kerangka yang dapat diterapkan dalam suatu lingkungan kerja tertentu.

1. Budaya hierarki

Budaya hierarki atau sering dikenal dengan hierarchy culture merupakan budaya yang dibangun berdasar struktur pengorganisasian suatu lingkungan kerja (perusahaan) yang memiliki sifat kontrol secara vertikal, dari atas ke bawah (pimpinan kepada staf).

Koordinasi yang dilakukan bersifat instruktif dilakukan oleh atasan. Lingkungan kerja ini menggunakan prosedur kelembagaan yang bersifat formal dan cenderung kaku. Budaya hierarki lekat diterapkan di lingkungan militer.

2. Budaya pasar

Budaya pasar atau market culture dibangun berdasarkan dinamika kompetisi serta kecenderungan yang muncul saat ini. Fokus budaya pasar berorientasi pada posisi teratas dalam penjualan, dengan pemimpin perusahaan yang tangguh dan selalu mengharapkan hasil yang baik.

Capaian yang diinginkan perusahaan ini adalah pangsa pasar, jumlah produk yang terjual dan keuntungan yang tinggi, sehingga dapat menjadi perusahaan yang nomor satu dalam bidangnya. Budaya pasar sangat pas diterapkan oleh perusahaan berskala multinasional yang memiliki ribuan sumber daya manusia yang tersebar di berbagai negara maupun benua.

3. Budaya adhokrasi

Budaya adhokrasi sangat cocok untuk merespon revolusi industri 4.0. Perusahaan jenis ini akan terus berinovasi dan akan saling berkompetisi untuk membuat perbaikan struktur hidup manusia di masa mendatang. Budaya adhokrasi mengedepankan semangat kolaborasi antara sumber daya manusia yang terlibat, dari atasan hingga staf.

Perusahaan jenis ini akan mendorong sumber daya manusianya untuk selalu berpikir kreatif dengan menghadirkan ide-ide segar untuk mewujudkan inovasi baru bagi perusahaan. Budaya seperti ini banyak terjadi pada perusahaan startup hingga perusahaan selevel unicorn.

4. Budaya kekerabatan

Budaya kekerabatan sering disebut sebagai clan culture, sangat menjunjung tinggi budaya kolaborasi. Masing-masing sumber daya manusia memiliki posisi yang sama dan menumbuhkan semangat menjadi bagian dari suatu keluarga besar yang dinamis, aktif, dan satu dengan yang lain saling memiliki keterkaitan.

Pengorgansasian yang berjalan bersifat terikat oleh komitmen dan tradisi, pimpinan juga sebagai mentor. Nilai keutamaan yang dihidupi adalah kerjasama dalam tim, komunikasi, dan konsensus. Budaya kekerabatan ini cocok diterapkan pada lingkungan kerja yang memiliki sumber daya manusia dengan jumlah tidak lebih dari lima puluh orang.

 

Rekomendasi Buku Mengenai Budaya Kerja

Budaya Kerja Kelas Dunia

Budaya Kerja Kelas Dunia
Budaya Kerja Kelas Dunia

tombol beli buku

Buku ini membahas tentang hal hal penting yeng harus diperhatikan dalam sebuah permahaan atau bisnis Anda Hal penting tersebut dalam perusahaan disebut sebagai budaya kerja. Buku ini akan mengupas budaya kerja khas masyarakat Jepang yaitu omotenashi dan kaizen. Omotenashi dan kaizen adalah budaya kerja Jepang yang akan sangat membantu Anda untuk membangun budaya kerja kelas dunia untuk usaha Anda ataupun untuk meningkatkan kualitas kerja Anda.

 

Budaya Kerja Super – Implementasi 5S di Indonesia

Budaya Kerja Super - Implementasi 5S di Indonesia
Budaya Kerja Super – Implementasi 5S di Indonesia

tombol beli buku

Pentingnya Budaya Kerja Tinggi & Kuat Absolute

Pentingnya Budaya Kerja Tinggi & Kuat Absolute
Pentingnya Budaya Kerja Tinggi & Kuat Absolute

tombol beli buku

Kancil Loncat Meloncat Lebih Tinggi: 10 Tahun Kerja 10 Perusahaan

Kancil Loncat Meloncat Lebih Tinggi: 10 Tahun Kerja 10 Perusahaan
Kancil Loncat Meloncat Lebih Tinggi: 10 Tahun Kerja 10 Perusahaan

tombol beli buku

“Pada dasarnya, bekerja di mana pun atau dalam bidang apa pun, kamu sedang membangun diri kamu sendiri. Kamu sedang berjalan ke arah versi terbaik dari diri kamu yang sedang kamu rancang dan siapkan.” Mochammad Rifqi Harimuji, S.T. – Sales & Marketing Professional “Beranikan diri untuk nyebur dulu. Kalau masih baru lulus dan belum punya banyak skill, jangan terlalu pilih-pilih. Peluang yang muncul di depan mata, ambil dan jadikan sebagai tempat kamu belajar dan bertumbuh.” Jufri Ramadhan Sinurat – Founder Fable Group ”

Jika mau bekerja, jadilah pekerja yang baik. Berkontribusilah terhadap perusahaan karena ini adalah kerja sama kedua belah pihak. Kamu diuntungkan karena memiliki pekerjaan, penghasilan, dan wadah untuk mengembangkan diri, sementara perusahaan pun diuntungkan karena mendapat bantuan untuk mengembangkan perusahaan.” Shana Fatina – Founder Tinamitra Mandiri Group, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores.

“Jika kamu merasa tidak bisa berkembang, padahal di sisi lain kamu merasa punya potensi untuk berkembang menjadi lebih baik, wajar kalau kamu mencari tempat baru.” Bimas. A – VP HR Business Partner at Indosat Ooredoo “Jadikan tempat magang sebagai wadah untuk kamu belajar lebih banyak lagi, mengasah skill menjadi lebih baik dan lebih ahli lagi. Ini memang proses yang harus dilalui fresh graduate.” Andros Sitorus – Associate Director at JAC Recruitment Indonesia “Selalu cari tantangan untuk diri kamu sendiri di tempat kerja. Kalau tidak ada tantangan lagi yang bisa kamu temukan, mulai persiapara jadi kancil loncat, cari perusahaan baru yang bisa memberi kam tantangan supaya terus berkembang.” Fatrian Rubiansyah Rusydy – Profesional Teknologi PengolahanAir “Langkah awal ketika masuk ke dunia kerja, jangan langsung berorientasi pada uang. Akan tetapi, mulailah berburu sebanyak mungkin skill, kemampuan, pengeta-huan, keahlian, dan pengalaman.” Becquini Akbar – Ops & Commerce 020 di Bukalapak

Cara membangun budaya kerja yang positif

Budaya kerja dibangun dan dihidupi oleh suatu lingkungan kerja, agar lingkungan kerja tersebut memiliki tatanan yang jelas, rapi, teratur dan terstruktur. Seluruh pembiasaan yang di repetisi diharapkan dapat memperoleh capaian yang baik bagi suatu lingkungan kerja, menurut perspektif yang terbentuk dalam lingkungan kerja tersebut. Lalu, bagaimana cara membangun budaya kerja yang positif ini dalam perusahaan? Simak terus ulasan berikut ini.

1. Menentukan nilai perusahaan sedini mungkin

 

Ketika membangun sebuah perusahaan, seorang pengusaha harus dapat menentukan nilai dasar yang akan dibawa oleh suatu perusahaan. Hal ini penting dilakukan oleh perusahaan, agar perusahaan dan sumber daya manusia yang ada didalamnya memiliki arah dan tujuan sesuai dengan apa yang ingin dicapai bersama.

Beberapa nilai yang dapat memberikan kontribusi pada perusahaan agar budaya kerjanya tumbuh dengan baik adalah nilai keberagaman, kolaborasi, inovasi, kelincahan, fokus pada pelanggan, integritas dan selalu memberi apresiasi terhadap sumber daya manusia yang turut berproses bersama perusahaan ini.

2. Mempekerjaan sumber daya manusia yang tepat

Dalam merekrut kandidat sumber daya manusia, bagian perekrutan sumber daya manusia, harus selektif dalam memilih kandidat. Kandidat yang benar-benar sesuai dengan budaya sebuah perusahaan, itulah yang akan dipilih.

Proses penyaringan kandidat sumber daya manusia menjadi bagian yang sangat penting dalam pengadaan sumber daya manusia, untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang kemampuannya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan tersebut.

Cara bersikap seorang kandidat, dalam menghidupi nilai-nilai yang terkandung dalam suatu perusahaan, juga menjadi penilaian tersendiri bagi perekrut, untuk menentukan kandidat tersebut layak diterima atau tidak.

Namun demikian, kita perlu mengingat, bahwa membangun budaya kerja dalam suatu perusahaan bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab bagian sumber daya manusia, tetapi menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh sumber daya manusia yang tergabung dalam perusahaan tersebut.

 

3. Membiasakan berlaku positif dalam lingkungan kerja

Untuk membangun budaya perusahaan yang baik, pengusaha harus memulainya dengan mendorong perilaku positif di tempat kerja setiap hari. Mulai dari cara sederhana seperti menunjukkan keramahan, tersenyum, menunjukkan rasa terima kasih, hingga menerapkan komunikasi positif sebagai dasar membangun hubungan antar karyawan.

 

4. Menjadi bagian dari orang lain

Berusaha menjadi pendengar yang baik merupakan hal positif yang dapat dijadikan pembiasaan positif oleh seorang pengusaha. Mulai dari mendengar, menganalisa, mengelola peristiwa, kemudian menyimpulkan, setelah itu baru tindakan, merupakan hal bijak yang dimiliki oleh seorang pimpinan dalam suatu lingkungan kerja.

Memberikan umpan balik dan memberi apresiasi terhadap ide yang muncul dari staf, menjadi iklim kerja yang nyaman, sehingga budaya yang muncul selalu menunjuk pada capaian yang positif, sehingga bila ada permasalahan, akan dapat segera ditangani, dan evaluasinya dilakukan dengan cara saling melibatkan.

Kondisi ini, secara alami akan menumbuhkan inisiatif dari sumber daya manusianya, dan mereka secara bersama dapat bertumbuh, selaras dengan kemajuan perusahaan, karena semua merasa menjadi bagian.

 

5. Membangun kesadaran sebagai tim kerja

Menjaga diri, menjaga teman, dan menjaga lingkungan, dapat digunakan sebagai kerangka dalam membangun budaya kerja yang positif. Kerangka ini dipergunakan agar masing masing sumber daya manusia memiliki kesadaran secara alami sebagai bagian dari sebuah tim kerja, yang saling melengkapi, membantu satu sama lain, untuk satu tujuan bersama, yaitu kemajuan perusahaan ke arah yang diinginkan.

beberapa penjelasan di atas, kita semakin memahami, betapa pentingnya budaya kerja yang baik di suatu lingkungan kerja, meski sebenarnya, setiap lingkungan kerja berkeinginan menerapkan budaya kerja untuk suatu tujuan yang positif.

Pentingnya membangun budaya kerja di lingkungan kerja, tidak boleh diremehkan, karena lingkungan kerja yang baik dan sehat, akan menciptakan kepuasan, kenyamanan, dan kebahagiaan bagi seluruh sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya, sehingga perusahaan akan memiliki keuntungan tersendiri jika budaya kerja ini diterapkan.

Tingkat kepuasan dan kebahagiaan sumber tenaga kerja yang terlibat di dalamnya, akan menghasilkan kinerja yang berkualitas, dan meminimalkan tindakan-tindakan negatif yang berpotensi merugikan perusahaan, seperti dijelek-jelekkan, pencurian, dan penghancuran properti perusahaan.

Tingkat kepuasan yang baik dari sumber daya manusia yang terlibat, akan menjadikan sumber daya manusia bertindak sebagai brand ambassador bagi lingkungan kerja yang menaunginya

Budaya kerja yang positif merupakan salah satu penyebab perusahaan memiliki reputasi yang baik, selain jenjang karir dan keuntungan lain yang diperoleh oleh sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Maka dari itu, budaya kerja dapat terbangun dengan baik jika melakukan repetisi terus menerus. Hal ini memerlukan kerjasama dari seluruh sumber daya manusia yang terlibat.

Nah Grameds, bagi kalian yang akan memasuki dunia kerja, atau sedang melamar pekerjaan di perusahaan impian kalian, semoga tulisan ini dapat kalian jadikan pegangan untuk belajar. Untuk kalian praktisi sumber daya manusia, semoga niai-nilai yang telah dipaparkan pada tulisan ini dapat membantu kalian untuk mencapai performa terbaik dalam karir kalian. Jadi jangan lupa, untuk kalian yang belum mengakses aplikasi Gramedia Digital, segera aktifkan dan akses seluruh informasi yang kalian butuhkan ya, Grameds.

Melalui aplikasi Gramedia Digital, kalian akan memperoleh banyak manfaat setiap kalian menggerakkan ibu jari kalian di layar gawai yang kalian miliki. Nikmati kejutan spesial hanya untuk kamu, potongan harga hingga 30% untuk setiap pembelian buku-buku berkualitas. Dan jangan lupa Gramedia Digital akan selalu hadir bersama kalian, karena Gramedia Digital merupakan #SahabatTanpaBatas



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by A Fandy

Ketika bicara tentang manajemen sangatlah luas yang dapat dibahas. Meski begitu, dunia manajemen akan menarik untuk saya, karena berkaitan dengan banyak hal, terutama ekonomi.