Agama Islam

Tauhid Uluhiyah: Definisi, Ruang Lingkup, hingga Perbedaannya

Tauhid Uluhiyah
Written by Yufi Cantika

Tauhid Uluhiyah – Dewasa ini, pasti Grameds tahu bahwa setiap agama itu pasti mengajarkan tentang bagaimana manusia harus memuji Tuhannya dan memohon pertolongan serta ampunan kepada-Nya, tak terkecuali agama Islam. Yap, semua agama di dunia ini memang mengajarkan hal-hal apa saja yang menjadi keburukan amal sehingga harus dihindari oleh manusia terutama ketika tengah menjalani hidupnya.

Untuk itu, para manusia yang hidup di dunia ini harus mempercayai dan meyakini keberadaan Tuhannya. Dalam agama Islam, hal tersebut dinamakan sebagai tauhid.

Keberadaan tauhid tidak hanya menjadi hal wajib yang harus dilaksanakan oleh semua umat muslim, tetapi juga menjadi bentuk ibadah tertinggi. Mengingat segala ibadah yang dilakukan baik itu berupa shalat, puasa, dzikir, hingga ibadah haji, pasti harus didasari dengan keimanan alias tauhid ini. Agama Islam membagi tauhid ini menjadi 3 macam, salah satunya adalah Tauhid Uluhiyah yang berupa upaya mengesakan Allah SWT dengan ibadah yang telah kita kerjakan.

Lantas, apa sih Tauhid Uluhiyah itu? Apa saja dalil-dalil yang mengatur adanya Tauhid Uluhiyah ini? Bagaimana pula ruang lingkup dan contoh penerapan dari Tauhid Uluhiyah dalam kehidupan sehari-hari ini? Nah, supaya Grameds tidak bingung dalam memahami hal-hal tersebut, yuk segera simak ulasannya berikut ini!

Tauhid Uluhiyah

https://www.freepik.com/

Konsep Kajian Tauhid

Sebelum membahas definisi dari Tauhid Uluhiyah, ada baiknya jika Grameds memahami konsep dari Tauhid ini.

Pada dasarnya, istilah tauhid itu berasal dari kata “wahhada-yuwahhidu-tauhid, yang artinya ‘menyatukan’ atau ‘menganggap sesuatu sebagai satu atau mengesakan’. Jika melihat pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata “tauhid” memiliki definisi sebagai kepercayaan yang kuat bahwa Allah itu hanya satu atau tunggal.

Keberadaan tauhid ini hanya dilakukan oleh hamba Allah alias manusia saja, dengan meyakini bahwa Allah SWT itu hanya ada satu alias tunggal sebagai Tuhan yang harus diimani. Singkatnya, tauhid ini adalah upaya kita sebagai hamba Allah untuk meyakini bahwa Allah adalah pemilik atas segala semesta ini.

Dialah satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam semesta ini, sehingga Dialah yang berhak untuk disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah SWT pasti memiliki sifat yang penuh dengan kesempurnaan dan suci dari segala aib, serta Asmaul Husna dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi,

Sedikit trivia saja nih, Tauhid jika dalam kajian itu disebut sebagai Ilmu Kalam, sebab keseluruhan pembahasannya itu tentang eksistensi Allah SWT dan hal-hal yang berhubungan dengan-Nya.

Pembagian Tauhid

Dalam agama Islam, pembahasan mengenai tauhid ini terbagi menjadi 3 macam yakni Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ Was Shifat. Nah, berikut penjelasan dari pembagian tiga tauhid tersebut!

1. Tauhid Rububiyyah

Yakni keyakinan tentang keesaan dari Allah SWT di dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Artinya, kita sebagai hamba Allah meyakini bahwa hanya Allah SWT lah yang hanya dapat melakukan perbuatan-perbuatan kekhususan-Nya. Seperti penciptaan makhluk hidup, melimpahkan rezeki, memberi musibah, menghidupkan dan mematikan makhluk hidup, dan lainnya. Perbuatan-perbuatan tersebut bahkan sudah tertera dalam firman Allah di beberapa surah Al-Quran, sebut saja

  • Penciptaan Seluruh Makhluk Hidup

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Allah memelihara segala sesuatu.” (QS. Az Zumar: 62)

  • Pemberi Rezeki Kepada Seluruh Makhluk Hidup Termasuk Manusia

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya…” (QS. Hud: 6)

Nah, dengan demikian maka jenis Tauhid yang satu ini dapat mencakup keimanan atas tiga hal, yakni:

  1. Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah SWT secara umum.
  2. Beriman pada qadha dan qadar Allah SWT.
  3. Beriman pada keesaan Dzat-Nya.

2. Tauhid Uluhiyah

Yakni keyakinan atas keesaan Allah SWT dalam tujuan perbuatan-perbuatan hamba Allah yang dilaksanakan dengan tujuan taqorrub dan ibadah. Maksudnya, kita sebagai hamba Allah harus mengesakan Allah SWT dengan cara beribadah hanya kepada-Nya. Misalnya seperti berdoa, menyembelih hewan qurban, bernazar, bertawakal, bertaubat, dan lainnya. Ibadah tersebut pun juga harus dilaksanakan secara lahiriyah maupun batiniyah.

Penerapan dari Tauhid Uluhiyah ini pun tidak hanya sekadar pada perbuatan ibadah saja, tetapi juga dengan tidak mempercayai ramalan dukun dan tidak mencontek ketika ujian. Bahkan di dalam kitab suci Al-Quran, ada banyak firman Allah SWT mengenai keberadaan Tauhid Uluhiyah ini dalam bentuk ibadah berdoa, bertawakal, menyembelih kurban, dan lainnya. Salah satunya adalah adalah pada QS. An-Nahl ayat 51 yang berbunyi: “Allah berfirman: Janganlah kamu menyembah dua tuhan. Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.” 

Dilansir dari buku berjudul Ilmu Tauhid: Konsep Ketuhanan Dalam Teologi Islam karya H. Muhammad Hasbi, menyatakan bahwa kemurnian dari Tauhid Uluhiyah ini akan diperoleh dengan upaya manusia dalam mewujudkan 2 hal dasar, yakni:

  1. Seluruh ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT saja, bukan kepada yang lainnya.
  2. Dalam pelaksanaan ibadah tentunya harus sesuai dengan perintah dan larangan dari Allah SWT.

3. Tauhid Asma Was Sifat (Tauhid Asma dan Sifat)

Yakni keyakinan atas keesaan Allah SWT dalam nama dan sifat-Nya yang telah tertera pada Al-Quran dan As-Sunnah yang disertai pula dengan mengimani makna serta hukum-hukumnya.

Artinya, kita sebagai hamba Allah harus meyakini bahwa hanya Allah SWT sajalah yang memiliki nama yang husna (terbaik) dan sifat yang ‘ulya (paling tinggi atau sempurna). Selain Allah SWT, tentu saja tidak berhak dikatakan memiliki nama dan sifat tersebut. Contoh penerapannya adalah dengan tetap memaafkan orang lain, seperti Allah SWT yang Maha Pemberi Maaf.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Tauhid Asma dan Sifat ini, yakni:

  1. Menetapkan semua nama dan sifat Allah SWT, dengan tidak menafikan serta menolaknya.
  2. Tidak melampaui batas dengan menamai Allah SWT di luar yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
  3. Tidak menyerupakan nama dan sifat Allah SWT dengan nama dan sifat makhluk-Nya.
  4. Tidak mencari tahu dengan hakikat bentuk sifat-sifat Allah SWT.
  5. Beribadah kepada Allah SWT sesuai dengan tuntunan asma dan sifat-Nya.

Hubungan 3 Macam Tauhid

Tiga macam tauhid yang sebelumnya telah dijelaskan tersebut, tentu saja memiliki hubungan satu sama lain. Berikut ini adalah hubungan dari 3 macam tauhid dalam agama Islam.

1. Hubungan Tauhid Rububiyyah dengan Tauhid Uluhiyyah

a) “Mengesakan Allah dalam rububiyyah-Nya mengharuskan mengesakan-Nya dalam uluhiyyah-Nya”

Artinya, siapapun yang meyakini keesaan Allah SWT dalam rububiyyah-Nya, maka dirinya pun juga harus mempertuhan-Nya dalam bentuk ibadah. Sebab, hanya Allah SWT saja lah yang mampu menciptakan makhluk hidup hingga mengatur rezeki pada makhluknya, sehingga hanya Dirinyalah yang pantas disembah dalam bentuk ibadah.

b) “Mengesakan Allah dalam uluhiyyah-Nya mengandung pengesaan-Nya dalam rububiyyah-Nya”

Artinya, setiap orang yang meyakini keesaan Allah SWT dalam bentuk ibadah dan tidak melakukan hal-hal syirik, pasti di dalam lubuk hatinya telah benar-benar percaya bahwa Allah SWT lah satu-satunya Dzat yang berhak disembah dalam hal rububiyyah-Nya.

2. Hubungan Tauhid Asma dan Sifat dengan Dua Macam Tauhid Lainnya

“Mengesakan Allah dalam nama dan sifat-Nya mencakup kedua macam tauhid yang lainnya (Tauhid rububiyyah dan uluhiyyah sekaligus)”. Artinya, segala nama-nama Allah dan sifat-Nya yang tertera pada Asmaul Husna itu menunjukkan uluhiyyah-Nya.

Tauhid Uluhiyah

Apa Itu Tauhid Uluhiyah?

Tauhid Uluhiyah

https://www.freepik.com/

Nah, setelah memahami konsep dari tauhid alias keyakinan atas keberadaan Allah SWT yang hanya satu dan tunggal untuk disembah oleh hamba Allah, berikut ini adalah penjelasan mengenai Tauhid Uluhiyah secara lebih detail.

Secara istilah dan bahasa, Tauhid Uluhiyah ini jelas saja merupakan 2 kata yang berbeda dengan definisi yang berbeda pula. Kata “Tauhid” secara bahasa berarti ‘menjadikan sesuatu satu saja’. Sementara secara istilah berarti ‘satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya.”

Sementara itu, kata “Uluhiyah” berarti ‘menyembah dengan disertai rasa cinta dan pengagungan’. Dengan kata lain, Allah SWT itu harus disembah oleh umatnya dengan kecintaan dan pengagungan. Atas dasar itulah, makna dari Tauhid Uluhiyyah ini adalah,

“mengesakan Allah SWT dengan perbuatan-perbuatan hamba, seperti dalam hal doa, istighosah/memohon keselamatan, isti’adzah/meminta perlindungan, menyembelih, bernazar, dan lain sebagainya. Itu semuanya wajib ditujukan oleh hamba kepada Allah SWT semata dan tidak mempersekutukan-Nya dalam hal itu/ ibadah dengan sesuatu apapun.”

Definisi-Definisi Lain Tauhid Uluhiyah

Berdasarkan pada buku berjudul terjemahan Tauhid Uluhiyah karya Muhammad Ibn Ibrahim al-Hamd, menyatakan bahwa beberapa ulama telah memberikan definisi-definisi lain dari Tauhid Uluhiyyah ini. Namun, definisi-definisi tersebut masih tetap memiliki makna yang sama, hanya saja susunan kalimatnya berbeda supaya memberikan pemahaman yang lebih, yakni:

  1. Mengesakan Allah SWT dalam bentuk perbuatan-perbuatan hamba.
  2. Mengesakan Allah SWT dalam bentuk ibadah.
  3. Mengesakan Allah SWT dalam segala jenis ibadah, baik secara lahir, batin, ucapan dan amalan, serta meniadakan segala peribadatan kepada selain Allah SWT.
  4. Menurut Syaikh Abdurrahman As-Sa’di: “…mengetahui dan mengakui dengan keilmuan dan yakin bahwa Allah SWT yang diibadahi secara hakiki dan bahwa sifat uluhiyyah (ketuhanan) dan maknanya tidak terdapat pada seorang pun dari makhluk dan tidak pantas disandang kecuali oleh Allah SWT.”

Pilar Dalam Kajian Tauhid Uluhiyah

Berdasarkan pada buku berjudul terjemahan Tauhid Uluhiyah karya Muhammad Ibn Ibrahim al-Hamd, menyatakan bahwa keberadaan Tauhid Uluhiyah ini memiliki pilar atau rukun berjumlah 3 pilar, yakni:

  • Tauhidul Ikhlas (Tauhid Keikhlasan)

Pilar pertama ini disebut juga dengan Tauhidul Murad, yakni dengan mengesakan Allah SWT dalam kehendak. Dalam hal ini, tidak semestinya seorang hamba Allah menghendaki selain satu kehendak saja, yakni Allah SWT, dengan tidak tercampuri dengan kehendak lain.

  • Tauhidus Shidq (Mengesakan Ketulusan)

Pilar kedua ini disebut juga dengan Tauhid Irodatul ‘Abdi, yakni dengan mengesakan Allah SWT dalam kehendak hamba. Artinya, hamba Allah akan mencurahkan upaya dan energinya dalam beribadah kepada Allah SWT.

  • Tauhid At Thariq (Mengesakan Cara)

Pilar ketiga artinya dengan mengikuti cara-cara dari Rasulullah SAW.

Ruang Lingkup Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah

Keberadaan Tauhid Uluhiyah sebagai bagian dari Ilmu Kalam tentu saja memiliki batasan alias ruang lingkupnya tersendiri. Sebenarnya, ruang lingkup dari kajian tauhid tersebut itu ada banyak, tetapi beberapa hal utamanya adalah sebagai berikut.

1. Dalam Niat

Seorang ulama bernama Syaikh Ibnu ‘Utsaimin pernah berkata bahwa “Dan wajib atas seseorang mengikhlaskan niat kepada Allah SWT dalam seluruh ibadahnya dan hendaklah meniatkan ibadahnya semata-mata untuk mengharap wajah Allah SWT dan negeri akhirat…” Hal ini pun juga telah tertera pada Q.S Al-Bayyinah ayat 5 yang berbunyi: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” 

Artinya, kita sebagai hamba Allah harus memiliki keikhlasan niat dalam setiap amalan yang hanya ditujukan kepada-Nya. Maka dari itu, niat tersebut harus selalu hadir di setiap ibadah, mulai dari berwudhu, pelaksanaan ibadah, berdoa, hingga berdzikir kepada-Nya.

Terdapat tiga perkara yang harus dihadirkan dalam niat, yakni: 1) Berniat untuk beribadah; 2) Berniat beribadah karena Allah SWT semata; dan 3) Berniat bahwa dirinya menunaikannya demi melaksanakan perintah Allah SWT.

2. Dalam Tawakal

Sejatinya, Allah SWT telah memerintahkan seluruh orang-orang beriman untuk selalu bertawakal hanya kepada-Nya. Hal ini pun sudah tertera dalam firman-Nya di Al-Quran, yakni pada surah Al-Maidah ayat 23 yang berbunyi: “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”

Seorang ulama bernama Asy-Syaikh Sulaiman bin Abdullah rahimahullah pun pernah berkata bahwa “Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa tawakal kepada Allah adalah ibadah dan hukumnya wajib, maka mempersembahkannya kepada selain Allah SWT adalah syirik.

3. Dalam Nazar

Grameds pasti tahu dong bahwa nazar itu adalah bentuk ibadah dan wajib dipersembahkan kepada Allah SWT saja. Bahkan, Allah SWT pun telah memuji orang-orang yang beriman karena menunaikan nazar sebagaimana mestinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada Q.S Al-Insan ayat 7 yang berbunyi: “Mereka menunaikan nazar.”

4. Dalam Sumpah

Setiap sumpah yang kita ucapkan itu mengandung sikap pengagungan kepada yang namanya disebut dalam sumpah tersebut. Nah, sumpah pengagungan tersebut termasuk jenis ibadah yang tidak boleh ditujukan kecuali hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Bahkan, bersumpah dengan menyebut nama selain nama Allah SWT pun ternyata merupakan perbuatan syirik lho… Berkaitan dengan hal tersebut, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut selain nama Allah, maka sungguh dia telah kafir atau musyrik.” (Hadits dari Umar bin Khattab RA)

5. Dalam Doa

Untuk hal ini, pasti Grameds sudah memahami bahwa doa itu adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT yang bahkan Allah SWT pun juga memerintahkan para hamba-Nya untuk berdoa hanya kepada-Nya saja. Barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah SWT, maka dirinya adalah kafir alias yang telah keluar dari agama Allah SWT. Hal ini tertera pada firman Allah SWT pada Q.S Ghafir ayat 60, yang berbunyi: “Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”

Perbedaan Tauhid Uluhiyah dengan Tauhid Rububiyah

Ada beberapa perbedaan pokok antara Tauhid Uluhiyah dengan Tauhid Rububiyah, yakni:

Tauhid Uluhiyah Tauhid Rububiyah
Secara etimologi, istilah “uluhiyah” diambil dari kata “Ilah” Secara etimologi, istilah “rububiyah” diambil dari kata “Rabb” yang merupakan salah satu nama Allah SWT.
Berkaitan dengan perintah dan larangan Allah SWT. Mulai dari hukum wajib, sunnah, makruh, haram, dan halal. Berkaitan dengan masalah-masalah alam. Mulai dari penciptaan makhluk hidup, menurunkan hujan, menghidupkan dan mematikan makhluk hidup, memberi rezeki, dan lainnya.
Muatannya bersifat amaliah alias lebih aplikatif (penerapan). Muatannya bersifat ilmiah alias berupa pengetahuan.
Bentuk konsekuensi pengakuan dari Tauhid Rububiyah. Merupakan bagian dari Tauhid Uluhiyah.
Mengesakan Allah SWT dengan bentuk amalan perbuatan hamba. Seperti shalat, zakat, puasa, membaca Al-Quran, menuntut ilmu, berbakti kepada orang tua, dan lainnya. Mengesakan Allah SWT dengan perbuatan-perbuatan-Nya sendiri sebagai Pencipta dan Pengatur Alam Semesta.
Tidak semua manusia yang beriman kepada Tauhid Rububiyah itu secara otomatis menjadi seorang muslim. Namun, semua yang beriman kepada Tauhid Uluhiyah otomatis menjadi seorang muslim.

Sumber:

Hasbi, Muhammad. (2016). Ilmu Tauhid: Konsep Ketuhanan dalam Teologi Islam. Yogyakarta: TrustMedia Publishing.

Mutmainnah, dkk. (2021). Pengertian dan Pembagian Tauhid. UIN Alauddin Makassar. Makalah.

Al-Hamd, Muhammad Ibn Ibrahim. (2014). Tauhid Uluhiah. IslamHouse.com

Suryaman, Maman, dkk. (2019). Tauhid Uluhiyah. STAI AL-Hidayah Bogor. Makalah.

http://repository.radenfatah.ac.id/12274/2/BAB%20II%20REVISI%20SKRIPSI%20Baru.pdf

https://eprints.umm.ac.id/83480/15/BAB%20II.pdf

Baca Juga!

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika