Agama Islam

Pengertian Shalat Rawatib: Fungsi, Jenis serta Pelaksanaannya

shalat sunnah rawatib
Written by Yufi Cantika

Pengertian Shalat Rawatib – Islam merupakan sebuah agama keselamatan yang memberi banyak pahala terhadap setiap hal yang kita lakukan dalam sehari-harinya. Bermula ibadah wajib hingga ibadah sunah yang memiliki nilai pahala serta manfaat-manfaat yang dapat dirasakan dengan menjalankan ibadah tersebut.

Seperti sholat lima waktu yang hukumnya wajib, puasa di bulan ramadhan hukumnya juga wajib, begitupun sholat-sholat lain yang hukumnya sunnah, tetapi memiliki keutamaan serta manfaat yang juga sangat besar apabila kita lakukan, seperti shalat sunnah rawatib, shalat sunnah tahajud, shalat sunnah dhuha dan shalat sunnah lainnya.

Saat sholat yang kita lakukan hukumnya adalah sunnah, maka tidak diwajibkan menjalankan shalat tersebut. Namun jika kita jalankan dengan hanya diniatkan kepada Allah, tentu kita akan mendapat pahala besar, serta dinaikkan derajatnya di mata Allah bahkan tentunya mendapatkan manfaat dalam kehidupan didunia.

Pengertian Shalat Rawatib

Ada banyak sekali sholat sunnah yang dapat dijalani di masing-masing waktu tertentunya, seperti sholat tahajud yang dijalankan pada waktu sepertiga malam hingga sholat dhuha yang dilaksanakan pada waktu dhuha atau pada saat sekitar pukul tujuh hingga sembilan pagi.

Namun untuk sholat sunnah itu sendiri yang paling utama untuk dijalankan adalah shalat sunnah rawatib, merupakan salah satu shalat sunnah yang menemani setiap lima waktu pada sholat wajib kita, dari mulai isya’ hingga ke isya’ lagi. Karena sesungguhnya di dalam hikmah serta rahmat Allah terhadap hambanya merupakan sebuah disyariatkannya At Tathowwu‟ (ibadah tambahan), dan juga jadikan pada sebuah ibadah wajib diiringi dengan adanya at tathowwu‟ jenis ibadah yang sama.

Hal tersebut disebabkan untuk menyempurnakan serta melengkapi kekurangan yang ada pada ibadah wajib yang telah kita lakukan.

Dalam sebuah hadis telah dijelaskan tentang perkara dari shalat sunnah rawatib ini bahwa:

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam bersabda: “Pertama kali ketika amal perbuatan yang dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat kelak adalah ibadah pada shalatnya, maka jika ternyata ibadah shalatnya itu baik, maka baik juga seluruh amalnya, dan jika ternyata ibadah shalatnya rusak atau tidak bagus, maka rusaklah seluruh amalnya”.

Kemudian rasul shalallahu alaihi wa sallam bersabda pada hadis lainnya bahwa:

“Pada di setiap antara dua adzan antara adzan dan iqamah ada shalat sunnah, pada setiap adzan serta juga iqamah terdapat shalat sunnah, pada di setiap adzan dan iqamah terdapat shalat sunnah setelah mengatakan sebanyak tiga kali, bagi siapa yang ingin menjalankan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari dua hadist tersebut memberikan pemahaman kepada kita tentang hal perbuatan serta amalan-amalan yang kita lakukan selama di dunia, bahwa kita tidak hanya akan dituntut untuk menjalankan sholat fardhu namun memperbaiki serta menyempurnakan shalat fardhu yang kita lakukan. Karena amalan juga perbuatan kita selama berada dunia senantiasa kemudian nantinya akan ada penghitungan oleh malaikat dari amalan-amalan yang telah tercatat, mulai dari amalan baik serta amalan buruk kita selama di dunia. Di antara itu semua amalan juga perbuatan yang kita jalani di dunia, shalat merupakan ibadah pokok yang menjadi tolak ukur terpenting atas baik atau buruknya amal seseorang di dunia, maka apabila shalatnya baik tentunya baik pula seluruh amal lainnya.

Tentunya yang terjadi adalah sebaliknya, apabila sholatnya buruk, maka rusaklah seluruh amalnya. Maka dari itu kita diperintahkan untuk mengerjakan, shalat sunnah setelah disyariatkan shalat fardhu yang sebanyak lima waktu dalam satu hari, shalat sunnah rawatib maksudnya berfungsi untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan dari banyaknya shalat fardhu yang kita telah jalani hingga menjadi sempurna seperti yang kita harapkan.

Bahkan didalam sebuah kisah yang sudah dikatakan, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menjalani shalat sunnah rawatib dan tidak pernah sekalipun untuk meninggalkannya dalam keadaan tidak bepergian jauh atau bermukim.

 

Kamu bisa mempelajari tentang Hadis Shahih Bukhari – Muslim Bab Iman dan Shalat
karya Muhammad Fu’ad Abdul Baqi

Hadis Shahih Bukhari - Muslim Bab Iman dan Shalat Muhammad Fu’ad Abdul Baqi

Hadis Shahih Bukhari – Muslim Bab Iman dan Shalat Muhammad

Beli Buku di Gramedia

Fungsi Shalat Sunnah Rawatib.

Dalam fungsinya, shalat sunnah Rawatib berpengaruh sangat besar terhadap nasib seseorang, antara sejahtera ataupun sengsara. Bisa dipahami bersama bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menilai hamba-Nya kelak di akhirat nanti adalah dengan shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka akan dilanjutkan berdasar amal ibadah lainnya. Namun, bila tidak, Allah tak perlu melihat amal lain untuk memutuskan nasib hambanya. Kira-kira keterangan para ulama dalam menunjukkan sebagaimana pentingnya ibadah shalat.

Lalu apa peran shalat sunnah Rawatib terhadap nasib seseorang? Jawabannya karena bisa menjadi penyempurna shalat fardhu. Sesuai Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

إن فريضة الصلاة والزكاة وغيرهما إذا لم تتم تكمل بالتطوع

Artinya, “Shalat fardhu, zakat, dan kewajiban-kewajiban lain bila masih tidak sempurna, maka dapat disempurnakan dengan yang sunnah.”   Hal ini, juga serupa dengan sebuah hadits qudsi berikut:

 فإن انتقص من فريضته شيئا قال الرب سبحانه : أنظروا هل لعبدي من تطوع فيكمل به ما انتقص من الفريضة؟

Artinya, “Bila seorang hamba mengalami cacat atau kurang dalam amal ibadah, maka Allah berfirman, ‘Wahai para malaikat, lihatlah dahulu apakah hambaku punya amal sunnah, sehingga itu bisa menyempurnakan amalnya yang kurang?”

Membaca hadits Nabi serta hadits qudsi di atas, terlihat jelas begitu besar dan luasnya kasih-sayang Allah subhanahu wa ta’ala kepada para hamba-Nya. Bahkan, saat terakhir penentuan nasib sang hamba, masih dicari-cari kembali peluang agar ia selamat dari nasib yang tak baik tersebut.

 

Jenis-Jenis Shalat Sunnah Rawatib

Maksud dari kata “mengiringi” adalah dengan melakukan shalat sunnah rawatib saat sebelum ataupun sesudah sholat wajib yang kita jalankan.

Jika sholat sunnah yang dijalankan sebelum sholat wajib maka disebut dengan shalat sunnah “Qabliyah”, sedangkan untuk sholat sunnah yang dilaksanakan sesudah shalat wajib maka disebut dengan shalat sunnah “ba’diyah”.

Kemudian, ada dua jenis shalat rawatib yang bisa dilaksanakan sehari-hari untuk mengiringi sholat fardhu, yaitu shalat “sunnah muakkad” dan shalat “sunnah ghairu muakkad”.

1. Shalat Sunnah Rawatib Muakkad

Sholat sunnah rawatib “muakkad” adalah sebuah ibadah tambahan dengan kemuliaan yang sangat besar bagi Allah Subhana Huwa Taala dan akan mendatangkan pahala yang besar dari Allah Subhana Huwa Taala apabila kita menjalaninya.

Adapun pelaksanaan dari Shalat sunnah muakkad yaitu saat Qabliyah Dzuhur sebanyak dua rakaat, ba’diyah dzuhur dalam dua rakaat, Ba’diyah Maghrib sebanyak dua rakaat,  Ba’diyah Isya’ sebanyak dua rakaat, serta Qabliyah subuh sebanyak dua rakaat.

2. Shalat Sunnah Rawatib Ghairu Muakad

Sedangkan untuk Shalat sunnah rawatib “ghairu muakkad” adalah ibadah tambahan yang memiliki kemuliaan tersendiri juga, namun tidak sebesar dari shalat sunnah muakkad.

Adapun juga pelaksanaan dari sholat sunnah ghairu muakkad ini dijalankan pada saat Qabliyah dzuhur sebanyak dua rakaat, ba’diyah Dzuhur dua rakaat, qabliyah ashar dua atau empat rakaat, qabliyah maghrib sebanyak dua rakaat, dan juga qabliyah isya sebanyak dua rakaat.

 

Kamu bisa mempelajari tentang FS Tata Cara Shalat Lengkap yang Dicintai Allah dan Rasulullah
karya Yoli Hemdi

FS Tata Cara Shalat Lengkap yang Dicintai Allah dan Rasulullah

FS Tata Cara Shalat Lengkap yang Dicintai Allah dan Rasulullah

Beli Buku di Gramedia

Jumlah Rakaat Dalam Shalat Sunnah Rawatib

Dalam sebuah hadis Ummu Habibah, bahwa jumlah sholat rawatib adalah sebanyak 12 rakaat yang kemudian penjelasan lebih rincinya diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa’i,

Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Barang siapa yang tidak meninggalkan dua belas rakaat dalam saat shalat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan rumah di surga, yaitu sebanyak empat rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah isya, serta dua rakaat sebelum subuh“. (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i).

 

Tempat Mengerjakan Sholat Rawatib

Shalat sunnah rawatib bisa dilakukan dimana saja selama tempatnya bersih serta memungkinkan untuk sholat, namun ada anjuran khusus untuk mengenai tempat sholat rawatib ini yang didasarkan pada hadis-hadis.

Seperti dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang berkata bahwa:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Laksanakanlah di rumah-rumah kalian dari sholat-sholat dan jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan“. (HR. Bukhori no. 1187, Muslim no. 777)

Kemudian dalam bahasan yg lain juga dijelaskan bahwa As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata:

“Sudah seharusnya bagi seseorang untuk menjalankan sholat rawatib di rumahnya meski di Mekkah serta Madinah sekalipun maka menjadi lebih utama dikerjakan dirumah dari pada masjid Al-Haram maupun di masjid An-Nabawi. Karena saat Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda sementara beliau berada di Madinah.” (Syarah Riyadhus Shalihin)

 

Langkah-langkah Melaksanakan Shalat Sunnah Rawatib

Dalam menjalani shalat sunnah rawatib tidak berbeda dengan shalat fardhu lainnya, yakni dengan niat, bacaan ayat al-Qur’an serta doa-doa tertentu. Hanya saja untuk bacaan niatnya yang berbeda.

Berikut adalah Tata Cara Sholat Sunnah Rawatib:

1. Niat

Mirip seperti pada sholat-sholat lainnya niat sholat rawatib juga dilakukan dalam posisi berdiri. Niat boleh dibaca lafadz arabnya dengan pembacaan yang jelas dan tegas, namun yang terpenting adalah niat yang diartikan dan disebut di dalam hati, harus dengan tegas, jelas, yakin dan pasti. Jika niat yang dibacakan di dalam hati ini masih belum jelas dan yakin sebaiknya diulangi.

Sesuai dengan penjelasan di awal bahwa shalat rawatib merupakan shalat sunah yang dilakukan untuk mengiringi Shalat wajib, sehingga sholat rawatib ini dijalankan pada banyak waktu ataupun shalat wajib maka niatnya pun berbeda-beda, yakni:

Niat Shalat Sunnah Qabliyah atau Sebelum Sholat Dzuhur:

Usholli.. Sunnatad -dzuhri rak’ataini “qabliyyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sebelum dzuhur dua raka’at, karena allah ta’ala.

Niat sholat sunnah ba’diyah (sesudah) sholat dzuhur:

Usholli.. Sunnatad -zhuhri rak’ataini “ba’diyyatan” lillaahi-ta’aala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sesudah dzuhur dua raka’at, karena allah ta’ala.

Niat shalat sunnah qabliyah (sebelum) sholat ashar :

Usholli.. Sunnatal ashri rak’ataini “qabliyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sebelum ashar dua raka’at , karena allah ta’ala.

Niat shalat sunnah qabliyah (sebelum) sholat maghrib :

Usholli.. Sunnatal maghribi rak’ataini “qabliyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sebelum maghrib dua raka’at, karena allah ta’ala.

Niat sholat sunnah ba’diyah (sesudah) sholat maghrib :

Usholli.. Sunnatal maghribi rak’ataini “ba’diyyatan” lillaahi-ta’aala..

Artinya : saya niat shalat sunnah sesudah maghrib dua raka’at, karena allah ta’ala.

Niat sholat sunnah qabliyyah (sebelum) sholat isya’ :

Usholli.. Sunnatal isya’i rak’ataini “qabliyyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sebelum isya’ dua raka’at, karena allah ta’ala.

Niat sholat sunnah ba’diyah (sesudah) sholat isya’ :

Usholli.. Sunnatal isyaa’i rak’ataini “ba’diyyatan” lillaahi-ta’aala..

Artinya : saya niat sholat sunnah sesudah isya’ dua raka’at, karena allah ta’ala.

Niat sholat sunnah qobliyah sebelum sholat subuh :

Usholli.. Sunnatas – shubhi rak’ataini “qabliyyatan” lillahi-ta’ala..

Artinya: saya niat sholat sunnah sebelum subuh dua raka’at, karena allah ta’ala.

2. Mengucapkan bacaan Takbir

Takbir merupakan sebuah langkah awal pembuka dari ibadah shalat yang kita semua jalani, dengan menuturkan kata “Allahu Akbar” yang berada di kata terakhir takbir pada saat mulut kita menyebutkan “Akbar” diwajibkan sambil menyebutkan artian niat sholat di dalam hati.

3. Membaca doa iftitah

Setelah menjalani niat serta juga takbir, maka hal selanjutnya adalah membaca doa iftitah, yang berbunyi:

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. إِنِّىْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Allaahu Akbaru kabira wal hamdu lillahi kathira, wa subhanallahi bukratan wa asila. Innii wajjahtu wajhiya lillazi fatharas samaawaati wal ardha haniifa muslimah wama ana minal mushrikeen. Inna salaati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi Rabbil ‘aalameen. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.

Artinya:

“Allah yang Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji yang sebanyak-banyaknya terhadap Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan juga petang hari. Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang maha Esa telah menciptakan langit serta bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup serta matiku hanyalah kepunyaan mu ya Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri muslim.”

4. Membaca surat al-Fatihah

Langkah selanjutnya adalah dengan membaca surat al-fatihah yang berbunyi:

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣  مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧

Artinya:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang; 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam; 3. Maha Pemurah yang lagi Maha Penyayang; 4. Yang mengatur di Hari Pembalasan; 5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami juga meminta pertolongan; 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus; 7. Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan pilihan mereka yang dimurkai dan bukan juga arah mereka yang sesat

5. Ruku’, Tuma’ninah dan sujud

Jika sudah membaca niat, takbir serta membaca doa iftitah lengkap dengan surat al-fatihah, maka langkah selanjutnya yaitu sama seperti sholat-sholat lain pada umumnya seperti dengan pembacaan Surat pendek al-Qur’an, ruku’ dengan tuma’ninah hingga sujud yang terakhir yang memiliki bacaan yang juga sama, kemudian dilakukan sebanyak dua atau empat rakaat bergantung pada sholat rawatib apa yang akan kita lakukan.

Tak kalah penting yang perlu dilakukan dalam shalat rawatib adalah memperbanyak Dzikir serta Doa kepada Allah Subhanahu ta’ala yang dibacakan ketika saat setelah selesai sholat sunnah rawatib tersebut.

Maka demikian pembahasan tentang atau mengenai tata cara pelaksanaan shalat sunnah rawatib ini. Semoga dengan seluruh kelengkapan artikel ini bisa menambah khazanah keilmuan serta meningkatkan kualitas keyakinan serta keimanan kita terhadap Allah Subhana huwa taala. Amin

Baca juga artikel terkait “Pengertian Shalat Rawatib” :

Kamu bisa mempelajari tentang Risalah Shalat Sunnah
karya Syamsul Rijal Hamid

Risalah Shalat Sunnah

Risalah Shalat Sunnah Syamsul Rijal Hamid

Beli Buku di Gramedia

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika