Psikologi

Pengertian Optimis yang Penting untuk Kamu Pahami!

Written by Sevilla Nouval

Pengertian Optimis – Optimis merupakan istilah kerap sering kali muncul ketika Grameds sedang berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Optimis dan pesimis merupakan dua kata yang memiliki arti yang berbeda tetapi sama-sama merujuk pada keyakinan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan.

https://www.pexels.com/

Optimis merupakan sikap berpikir positif yang ditunjukkan seseorang pada saat tengah menghadapi berbagai macam aspek dalam kehidupan. Lawan kata optimis ialah pesimis, yakni orang yang memiliki sikap atau berpandangan seakan tidak memiliki harapan baik.

Menerapkan sikap optimis pada kehidupan sehari-hari tentu saja sangat penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena orang yang mempunyai sikap optimis akan cenderung mempunyai kesehatan mental maupun fisik yang lebih baik, sehingga kualitas hidupnya pun turut menjadi baik.

Pengertian Optimis

https://www.pexels.com/

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, optimis merupakan sikap berpikir positif yang ditunjukkan oleh seseorang ketika sedang menghadapi berbagai macam aspek dalam kehidupan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Sementara itu, optimisme adalah paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan atau sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal.

Lawan kata optimis adalah pesimis, yang berarti orang yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, celaka, dan sebagainya). Pesimis juga diartikan sebagai orang yang mudah putus (tipis) harapan. Sikap pesimis ini sangat berbeda dengan optimis. Seseorang dengan sikap pesimis cenderung menyalahkan diri sendiri atas sebuah masalah dan memiliki pikiran bahwa masalah ini akan bertahan selamanya dan memengaruhi kehidupannya.

Maka dari itu, optimis merupakan salah sikap yang wajib dimiliki sekaligus dibiasakan oleh setiap orang. Pasalnya, penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang memiliki sikap optimis cenderung mempunyai umur yang lebih panjang. Orang yang mempunyai sikap optimis ialah orang yang mempunyai pikiran perihal masa depan yang lebih baik serta sudut pandang yang positif dalam melihat sebuah permasalahan.

Pengertian Pesimis

https://www.pexels.com/

Sifat pesimis merupakan kebalikan dari sifat optimis, orang yang memiliki sifat pesimis pasti kerap kali menganggap bahwa dirinya sendiri merasa gagal dan justru akan merasa curiga ketika hal yang telah ia kerjakan dan atau ia lalui dapat berjalan dengan baik. Berbeda dengan orang yang memiliki sifat optimis, si pemilik sikap pesimis selalu merasa bahwa apa yang sedang ia kerjakan dan atau lalui mungkin akan berjalan dengan tidak baik seperti yang telah ia lalui sebelumnya, selain itu ketika apa yang ia kerjakan dan atau lalui ternyata benar-benar menjadi suatu hal yang buruk, ia tak akan terkejut dan pasti akan merasa bahwa “aku sudah menduganya”.

Berpikir pesimis juga bisa membuat seseorang tersebut menjadi cenderung lebih lambat ketika merespon usaha-usaha yang bisa membantu mereka untuk keluar dari masalah, dan justru lebih memilih untuk pasrah, menyangkal, dan juga diam tak melakukan apapun. Sehingga sikap pesimis ini bisa menimbulkan perasaan rendah diri yabg berujung pada stres. Pemilik sifar pesimis akan cenderung untuk menyalahkan diri sendir, orang lain, dan juga lingkungannya.

Ciri-ciri Pesimis

https://www.pexels.com/

1. Tidak akan mengejar apa yang diinginkan, karena telah berpikir mungkin akan gagal

Ketika seseorang selalu berkonsentrasi terhadap hal-hal yang mungkin salah atau mungkin gagal. Apabila dia ingin melakukan sesuatu, alih-alih berusaha untuk mencoba berbagai cara supaya lebih berhasil ia akan lebih memilih fokus kepada kemungkinan kegagalan. Kemungkinan kegagalan inilah yang nantinya akan mendominasi, dan menjadi penyebab bagi orang yang pesimis tersebut untuk cenderung tidak banyak melakukan berbagai upaya untuk mengejar keinginannya.

Hal tesebut dikarenakan sebelum ia bertindak, sebelum dia melakukan upaya yang sesungguhnya, pikirannya telah dipenuhi oleh berbagai skenario mengenai kegagalan yang belum tentu akan dialaminya.

2. Merasa terkejut ketika yang dikerjakan benar-benar berhasil mencapai tujuan

Hal ini menjadi masuk akal, karena saar orang yang memiliki sifat pesimis tersebut memandang dunia cenderung berpikir bahwa dunia merupakan sebuah hal yang negatif, ketika hal yang ia ingin berjalan positif maka dia justru malah akan terkejut. Sama halnya seperti orang yang biasanya mengenakan kacamata dengan berlensa berwarna hitam misalnya.

Kemudian ia melepaskan kacamatanya serta melihat ternyata ada berbagai warna yang lain maka dia juga akan terkejut. Jadi orang yang memiliki sifat pesimis tersebut karena dia cenderung memakai kacamata yang negatif ketika ia nantinya melihat sesuatu yang positif, justru hal tersebut malah akan menjadikan dia merasa tidak wajar dan bahkan merasa aneh.

3. Selalu fokus dalam kesalahan apa pada suatu situasi

Setiap kita melakukan sesuatu tentunya masih ada dua kemungkinan, yakni bisa berhasil maupun gagal, bisa benar ataupun salah. Akan tetapi orang yang memiliki sifat pesimis itu alih-alih berusaha untuk memperbesar peluang berhasil atau peluang sukses dia akan lebih memilih untuk fokus pada apa yang bisa salah. Kondisi tersebut justru pada suatu titik akan menghambat upayanya dalam meraih apa yang ia ingin, karena sebelum melakukan sesuatu seakan-akan kakinya sudah tak mampu bergerak terlebih dahulu, lumpuh karena banyak pikiran yang mensugesti akan terjadi kegagalan. Sebelum ia mencoba, sebelum ia melangkah tetapi dia sudah merasa tidak mampu untuk melangkah karena upayanya dilumpuhkan oleh rasa pesimis yang ia ciptakan sendiri.

Efek Pesimis

https://www.pexels.com/

Sebenarnya, memiliki pikiran yang negatif, tetapi dengan kadar yang sesuai tak selalu buruk. Pesimis ini bukanlah merupakan sifat yang diinginkan oleh banyak orang karena pesimis kerap kali dikaitkan dengan berbagai hal negatif, sikap yang seakan tak memiliki rasa semangat, dan gangguan suasana hati lainnya. Akan tetapi, dengan tidak memaksakan rasa optimis serta cenderung pesimis dengan sesuai kadanya sebenarnya merupakan hal yang cukup baik karena dengan ini tidak akan terjadi pemaksaan sikap optimis atau yang juga dikenal sebagai toxic positivity.

Toxic positivity pun akan memberikan sebuah kerugian tersendiri, apabila menjadi terlalu optimis akan memberikan hasil yang tidak baik tetapi di sisi lain menjadi terlalu pesimis juga tak akan menjadi baik pula. Meski demikian, orang yang jatuh pada dua level ekstrem tersebut cukup jarang ditemui.

Orang-orang kerap memandang bahwa mereka berada di antara spektrum pesimis dan optimis. Pesimis dan optimis itu seakan seperti dua ujung jalan yang saling berlawanan antara satu sama lein dan orang-orang umumnya akan berada di pertengahan antara kedua ujung jalan tesebut.

Akan tetapi, memilih untuk menjadi optimis tentunya memberi berbagai macam manfaat. Diungkapkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh BMC Publich Health, bahwa pesimis memiliki keterkaitan dengan peningkatan resiko kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung koroner.

Meski tak ada sebuah bukti konkret bahwa memiliki sifat optimis akan melindungi tubuh dari berbagai penyakit, tetapi orang yang memiliki sifat optimis pada umumnya cenderung menjaga diri mereka dengan lebih baik apabila dibandingkan dengan orang yang memiliki sifat pesimis. Orang yang memiliki sifat optimis biasanya mempunyai pola makan yang sehat dan lebih menyukai olahraga. Hal-hal tersebutlah yang akan memberi efek positif dalam kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Aspek Optimisme

https://www.pexels.com/

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ciri dari optimis atau tidaknya seseorang, bisa diketahui dari cara berpikirnya terhadap penyebab terjadinya sebuah peristiwa. Seligman memberi nama atas cara atau gaya yang menjadi kebiasaan dari suatu individu dalam menjelaskan kepada diri sendiri mengenai suatu peristiwa yang terjadi sebagai gaya penjelasan atau explanatory style.

Gaya penjelasan yang digunakan adalah sebuah indikator dari rasa optimis maupun rasa pesimis dari seseorang. Gaya penjelasan tersebut menjadi lebih dari sekadar apa yang dikatakan seseorang saat sedang menemui kegagalan melainkan juga menjadi kebiasaan berpikir yang telah dipelajari sejak masa kanak-kanak hingga masa remaja, ungkap Darmaji.

Dasar dari gaya penjelasan tersebut terbentuk melalui cara pandang individu terhadap dirinya sendiri beserta dengan lingkungannya, misalnya ketika ia mempertanyakan bahwa apakah dirinya merasa berharga dan layak atau pun tidak.

Menurut Seligman (1991), gaya penjelasan seseorang terdiri dari tiga aspek yakni :

  1. Permanensi, adalah sebuah gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu, yakni temporer dan permanen. Orang yang pesimis akan cenderung menjelaskan kegagalan serta kejadian yang menekan dengan cara menghadapi peristiwa yang cenderung tak menyenangkan dengan menggunakan kata-kata “selalu” dan “tidak pernah”, pun sebaliknya orang yang optimis akan melihat sebuah peristiwa yang tidak menyenangkan sebagai suatu hal yang terjadi secara temporer, yang dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata “kadang-kadang”, dan melihat sesuatu yang menyenangkan sebagai suatu hal yang bersifat permanen atau tetap.
  2. Pervasivitas, adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup, dibedakan menjadi spesifik dan universal, orang yang pesimis akan mengungkap pola pikir dalam menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan cara universal.
  3. Personalisasi, yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab, intenal dan eksternal.

Cara Menerapkan Sikap Optimis

https://www.pexels.com/

Menerapkan sikap optimis dalam kehidupan sehari-hari perlu untuk dilakukan. Dikarenakan, orang yang mempunyai sikap optimis biasanya memiliki kesehatan mental serta fisik yang lebih baik sehingga kualitas hidupnya pun turut menjadi lebih baik.

Berikut ini ialah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi pribadi yang optimis:

1. Berpikir positif

Tanamkan keyakinan dalam pikiran bahwa Grameds bisa melakukan berbagai macam hal baik yang dapat membawa Grameds menuju gerbang kesuksesan. Misalnya, bahwa Grameds mampu belajar dengan baik dan giat guna untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

2. Mengambil hal baik dari setiap kejadian

Setelah melakukan berbagai macam kegiatan seharian, cobalah luangkan waktu setidaknya 10 menit untuk memikirkan hal-hal positif yang berhasil Grameds dapatkan pada hari itu, bahkan dari kejadian yang dirasa tak menyenangkan sekalipun. Syukuri segaka hal kecil yang telah Grameds capai dengan baik pada hari itu.

3. Mencoba berhenti menyalahkan diri sendiri

Ketika kegagalan tengah menghampiri, jangan sepenuhnya menyalahkan diri sendiri. Grameds harus bisa untuk membiasakan diri dan membuat pola pikir bahwa kesalahan yang Grameds lakukan selalu dapat diperbaiki serta dapat dijadikan sebagai pembelajaran di kemudian hari.

Misalnya, ketika sedang mengalami kegagalan dalam ujian, jangan berpikir bahwa kegagalan tersebut terjadi karena Grameds bodoh. Berpikirlah bahwa kegagalan tersebut terjadi karena Grameds belum belajar dengan maksimal. Jadikan kegagalan tersebut sebagai dorongan dan motivasi untuk berusaha lebih giat supaya bisa memperoleh hasil yang lebih baik lagi pada kemudian hari.

4. Menghindari kata-kata atau ungkapan negatif

Dalam upaya untuk menjadi pribadi yang memiliki sifat optimis, cobalah untuk mengurangi kebiasaan berpikir negatif ketika melakukan berbagai hal. Ubahlah kalimat “Sepertinya, saya tidak bisa” atau “Ini mungkin, tidak akan berhasil” dengan kalimat yang lebih positif, misalnya “Saya harus mencoba” atau “Ini pasti bisa diusahakan, kok”.

Ungkapan positif dapat membangun pemikiran menjadi positif pula, sehingga menimbulkan perilaku kerja yang bersemangat serta berorientasi pada kesuksesan.

5. Berfokus pada masa sekarang dan masa depan

Jangan terperangkap dan terpaku kepada masa lalu, tetapi jadikanlah masa lalu sebagai sebuah pelajaran yang berharga untuk masa depan. Cobalah untuk lebih fokus dengan apa yang harus dikerjakan pada hari ini dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan satu per satu demi masa depan yang lebih baik.

Ingat, Grameds tak akan pernah bisa untuk mengubah masa lalu. Walau begitu, dari masa lalu Grameds dapat belajar dari kesalahan yang telah diperbuat serta menjadikannya sebagai acuan yang tak boleh dilakukan pada hari ini dan masa depan.

6. Bergaul dengan orang-orang berpikiran positif

Apabila orang-orang yang berada di sekitar banyak yang memberikan aura negatif atau bahkan dengan sengaja menghambat kesuksesan, kini saatnya Grameds mencari lingkungan yang baru dalam pergaulan.

Carilah teman yang mampu berpikir positif dalam menghadapi segala sesuatu, selalu mendukung, serta memberikan saran yang positif sehingga Grameds pun dapat turut menjadi orang yang mempunyai pikiran positif.

Selain hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, Grameds juga bisa membangun sikap optimis dengan cara melakukan berbagai kegiatan yang dapat membuat Grameds menjadi senang dan tenang, misalnya dengan melakukan meditasi dan olahraga.

Penting untuk ditekankan bahwa dalam menerapkan sikap optimis bukan berarti Grameds mengabaikan seluruh masalah yang ada serta berpura-pura berpikir bahwa hidup itu merupakan hal yang sempurna. Orang yang memiliki sifat optimis hanya memilih untuk berfokus pada segala hal baik yang ada dari suatu masalah dan apa yang dapat mereka lakukan untuk membuat semuanya menjadi lebih baik.

Menerapkan sikap optimis tak sekadar dapat membuat menjadi Grameds lebih mudah dalam menjalani hidup, tetapi juga baik bagi kesehatan. Sebuah studi menyebutkan bahwa orang yang memiliki sikap optimis mempunyai kondisi kardiovaskular serta sistem imun tubuh yang lebih baik apabila dibandingkan dengan orang yang memiliki sikap pesimis, sehingga kesehatannya selalu terlihat prima.

Jadi, mari coba terapkan berbagai cara untuk menumbuhkan sikap optimis di dalam kehidupan sehari-hari serta jauhkan sikap pesimis dengan cara bertahap. Apabiila Grameds merasa berat dan kesulitan dalam melakukannya, cobalah berkonsultasi dengan psikolog, apalagi jika pemikiran buruk mulai membuat Grameds tak dapat menjalani hari dengan optimal.

Baca juga :

About the author

Sevilla Nouval

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Instagram saya Sevilla