Psikologi

Moderat adalah Sebuah Sikap, Simak Pengertian, Ciri, dan Contohnya

Moderat adalah
Written by Sevilla Nouval

Moderat adalah – Sebagai warga negara yang penuh dengan keberagaman, kita telah berdamai dengan perbedaan dan menjunjung kesatuan dalam nama Indonesia. Ini adalah bukti bahwa kita berhasil menanamkan sikap moderat dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap moderat sendiri merupakan pengejawantahan dari sila ke-2 Pancasila yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Tanpa sikap moderat, perdamaian antar golongan di Indonesia hanya mimpi dan isapan jempol belaka.

Tapi sebenarnya apa itu sikap moderat? bagaimana ciri-ciri dan konsepnya? Manfaat apa saja yang akan kita dapatkan dari sikap moderat ini? Mari kita bahas bersama-sama semuanya di sini.

Pengertian Moderat adalah

Moderat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem; berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah.

Dan dalam beberapa hal, moderat memang merupakan kondisi yang tidak mutlak, berada di tengah-tengah, dan terukur. Artinya kita memposisikan diri sesuai dengan konteks tanpa menjadi condong ke satu pihak tertentu. Akan tetapi, karena itu pula lah moderat sifatnya menjadi kondisional dan sangat dipengaruhi oleh perkiraan kita yang tidak mutlak adanya.

Di sisi lain, moderat juga menjadi bukti bahwa seseorang mempunyai kemampuan untuk melihat sesuatu dengan logis dan seimbang. Dalam menyikapi suatu hal, orang yang moderat akan melihat dari berbagai sisi dan menjunjung tinggi keadilan. Bahkan untuk beberapa kondisi, moderat merupakan kondisi yang ideal. Seperti beragama maupun berpolitik. Penjelasan moderat ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Albertus M. Patty dalam bukunya yang berjudul Moderasi beragama: suatu kebajikan moral-etis.

Ciri-Ciri Orang Moderat

Moderat adalah

unsplash.com

Orang moderat biasanya cenderung mengambil posisi tengah, bersikap adil, dan menjadi penengah dalam sebuah konflik. Karena itu, tak jarang, orang moderat dapat bernegosiasi dengan baik serta mengambil keputusan yang bijak dan tepat ketika berhadapan dengan berbagai situasi.

Selain itu, masih ada banyak lagi ciri-ciri orang moderat. Namun secara umum, ciri-ciri tersebut dapat dibagi lagi menjadi 4, yaitu terbuka, berpikir rasional, rendah hati, dan membawa manfaat.

1. Terbuka

Seorang yang moderat biasanya mempunyai sikap terbuka dan membuatnya bisa menerima masukan dari berbagai pihak. Dan saat mendapatkan kritik, dia tidak menganggapnya sebagai “serangan” melainkan trigger untuk membuat dirinya makin berkembang ke arah yang lebih baik lagi.

Itulah sebabnya, orang yang moderat tidak akan pernah merasa dirinya paling benar, apalagi melawan orang yang mempunyai pandangan atau pikiran yang berbeda dengannya.

2. Berpikir Rasional

Bagi orang dengan sikap moderat, semua hal harus bisa diterima serta ditinjau oleh akal sehat. Jika tidak, maka ada sesuatu yang harus dipertanyakan untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas lagi.

Karena itu, jangan heran kalau orang yang moderat selalu berbicara berdasarkan opini yang berasal dari ilmu pengetahuan sehingga setiap perkataannya bisa dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.

Orang yang moderat cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis, tertib, metodis, dan koheren. Tak berhenti sampai di situ, mereka juga mampu berpikir secara objektif, tajam, abstrak, serta menggunakan asas-asas sistematis.

3. Rendah Hati

Ciri orang dengan sikap moderat selanjutnya adalah rendah hati. Mereka jauh dari sikap sombong karena selalu merasa mempunyai kekurangan dalam berbagai hal, terutama ilmu pengetahuan. Maka dari itu, bagi orang moderat, belajar adalah sebuah cara untuk tetap hidup dan menjadi manusia.

Dan yang paling penting, orang moderat akan senantiasa rendah hati saat berbicara dengan orang lain serta tidak akan merasa dirinya yang paling benar diantara teman-temannya.

4. Memberikan Manfaat

Dengan sikap rendah hati yang selalu melekat pada dirinya, orang moderat akan berusaha sekeras mungkin untuk memberikan manfaat kepada dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Bagi mereka, menjadi orang yang bermanfaat jauh lebih penting daripada menunjukkan kelebihannya sendiri.

Moderat dalam berpolitik

Perbedaan, ibarat pedang bermata dua, dapat menjadi kekuatan atau kelemahan dari bangsa ini–tergantung siapa dan bagaimana menggunakannya. Setiap kali memasuki tahun politik, pihak-pihak yang culas dan tidak bertanggung jawab memanfaatkan kelemahan ini untuk kepentingannya sendiri.

Tahun 2019 lalu bisa dibilang menjadi salah satu tahun politik yang sukses meninggalkan efek negatif bagi masyarakat Indonesia. Polarisasi dan perseteruan antara dua pendukung capres mencapai tingkat lanjut saat masyarakat tidak lagi menjunjung sikap moderat. Padahal negara demokrasi seperti Indonesia identik dengan sikap moderat tersebut.

Demokrasi juga merupakan penengah antara ekstrim kiri (otoriter) dan ekstrim kanan (anarki). Otoriter adalah gaya kepemimpinan yang segala sesuatunya sangat tergantung kepada pemimpin. Keputusan diambil oleh pemimpin secara mutlak dan anggotanya harus mengikuti keputusan tersebut.

Sedangkan anarki adalah gaya kepemimpinan yang tergantung kepada seluruh komponen di dalam organisasi, sehingga pemimpin seolah-olah tidak mempunyai eksistensi sama sekali.

Demokrasi berada di tengah kedua gaya kepemimpinan tersebut, yang artinya tidak semua hal bergantung kepada pemimpin di saat yang sama tidak semua hal bergantung kepada seluruh komponen dalam organisasi. Demokrasi adalah tentang keseimbangan antara kepemimpinan yang mutlak serta keikutsertaan semua komponen organisasi.

Dalam konteks suatu negara, maka seluruh warga negara–baik pemimpin maupun rakyat–harus memiliki kemampuan untuk menjadi orang yang terbuka, berpikir rasional, rendah hati, sekaligus berusaha memberikan manfaat kepada negara.

Moderat dalam berpolitik ini bisa kamu tinjau lebih dalam lagi dengan membaca buku Politik Moderasi dan Kebebasan Beragama yang ditulis oleh Zainal Abidin Bagir dan Jimmy Sormin. Dalam buku ini kamu akan menemukan jawaban tentang asal usul kemunculan moderat dalam pemerintahan Jokowi, mengapa moderat muncul di tengah pergolakan sosial-politik saat ini, dan yang lainnya.

Moderat adalah

Moderat dalam Beragama

Moderat adalah

unsplash.com

Dalam konteks kehidupan beragama, khususnya Islam yang dianut oleh sekitar 86% penduduk Indonesia, sikap moderat juga memiliki peran yang sangat penting. Sebab, moderat adalah titik tengah antara sisi ekstrim kiri dan sisi ekstrim kanan.

Sisi ekstrim kiri cenderung memahami Islam secara tekstual radikal, sedangkan sisi kanan memiliki konteks yang lebih lentur. Bagi sisi kiri, orang-orang memandang Islam sebagai sesuatu yang eksklusif sehingga jika ada orang yang tidak sama dengan mereka, maka dianggap bukan islam.

Sebaliknya, di sisi kanan orang-orang memandang Islam dengan sangat lentur dan ditafsirkan dengan mudah. Pada akhirnya, orang-orang di sisi kanan tidak memiliki batas antara agama dan tradisi atau budaya.

Pemilihan ideologi ini memberikan pengaruh yang besar pada cara berpikir dan perilaku sehari-hari seseorang. Grameds tentu pernah mendengar atau membaca berita tentang bagaimana orang-orang melabeli pihak lain yang berbeda cara beragama dengannya sebagai kafir. Padahal Allah SWT menciptakan semua hal berpasang-pasangan yang artinya berbeda namun saling melengkapi.

Di sinilah peran sikap moderat diperlukan untuk menjadi penengah antara kedua kubu tersebut. Islam moderat sering didefinisak sebagai Islam yang rahmatan lil’alamin. Islam moderat merupakan cara kita meneruskan tugas utama Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT untuk memberikan kepada seluruh alam semesta (QS. Al-Anbiya’: 107).

Namun tentu saja, untuk menjadi orang yang moderat dalam beragama bukan tugas yang mudah sebab kita harus dapat berbuat secara adil. Selain itu, kita juga harus dapat menentukan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh, mana yang baik dan mana yang buruk.

Secara umum, sikap moderat dalam Islam memiliki karakternya sendiri yaitu: tidak saling menyalahkan, tidak merasa paling benar sendiri, serta mau berdialog. Ketiga karakter ini merupakan bukti bahwa perbedaan yang diberikan oleh Allah SWT adalah anugrah.

Moderat juga berhubungan dengan sikap dan perilaku yang baik, ramah, tidak mudah terpancing emosi (temperamen), berpikir rasional, mengaplikasikan hukum Islam dan aturan modern secara seimbang. Sederhananya, Islam yang moderat adalah tentang toleransi dengan tetap memegang teguh hukum-hukum yang sudah ada.

Tak cukup sampai di situ, sikap moderat juga dibutuhkan untuk membangun lingkungan beragama yang inklusif agar hubungan antar umat beragama di Indonesia dapat menjadi lebih harmonis lagi.

Dengan demikian, sikap moderat dalam beragama tidak terbatas kepada umat muslim saja, melainkan semua pemeluk agama. Dengan sikap ini, semua orang dapat terhindar dari pemahaman ekstrim serta sikap intoleran saat membawa kepercayaannya ke ranah publik.

Terkesan utopis memang, namun sebenarnya kondisi ini bukan sesuatu yang mustahil. Kuncinya adalah kemampuan setiap umat beragama untuk dapat saling mengerti dan menyadari pentingnya sikap toleransi dalam mempraktikkan kepercayaan masing-masing.

Saling mengerti di sini maksudnya adalah memahami bahwa setiap agama memiliki ajarannya masing-masing yang tentunya berbeda. Lalu sikap toleransi diperlukan agar tidak ada pihak yang saling menyalahkan karena perbedaan tersebut. Dengan begitu, suasana beragama di Indonesia bisa berjalan lebih baik dan harmonis.

Moderasi Islam mengemban misi: menjaga keseimbangan di antara dua kutub ekstremitas yang sulit dipertemukan. Gagasan utamanya ialah menentang segala bentuk kekerasan, ekstremisme, terorisme, fanatisme, dan sejenisnya.Lantas, bagaimanakah sebenarnya pemikiran, pemahaman, dan pengamalan Islam yang berkembang di kalangan Muslim Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan ini, Grameds bisa membaca buku Moderasi Islam Indonesia karangan Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag..

Buku ini menjawab dan mengkajinya secara mendalam dalam berbagai aspek. Bahkan, disertai pula ulasan yang radikal ihwal implikasi Islam Indonesia terhadap dinamika peradaban, keberagamaan Islam yang ramah, dan stabilitas kedamaian.

Moderat adalah

Contoh sikap moderat dalam beragama

a. Menyikapi perbedaan lebaran Idul Fitri

Contoh sikap moderat dalam beragama bisa Grameds lihat dari perbedaan penetapan lebaran Idul Fitri. Seperti yang kamu tahu, di Indonesia ada dua organisasi Islam besar, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Saat menentukan Idul Fitri, keduanya menggunakan cara yang berbeda karena itu di negara ini lebaran Idul Fitri bisa “dua kali”.

Muhammadiyah menggunakan metode hakiki wujudul hilal serta berdasarkan kajian dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Sementara NU menggunakan metode penglihatan bulan secara fisik atau (rukyatul hilal bil fi’ly).

Kita harus menghormati perbedaan tersebut karena perbedaan sendiri merupakan sunnatullah yang tidak dapat kita hindari. Selain itu, jika dilihat dari sisi lain, perbedaan penetapan tanggal lebaran ini adalah nikmat tersendiri yang hanya bisa dirasakan oleh orang Indonesia.

Dengan perbedaan tersebut, hari libur Idul Fitri jadi lebih panjang. Bagi mereka yang tidak merayakan lebaran, jadi punya waktu lebih lama untuk berkumpul bersama keluarga. Bagi yang merayakan lebih dulu, mereka bisa menikmati kedamaian Idul Fitri serta rangkaian ibadahnya. Bagi yang merayakan setelahnya, bisa menikmati kesempurnaan ibadah puasa.

b. Mengucapkan salam pada non muslim

Selain menyikapi perbedaan lebaran Idul Fitri, sikap moderat juga bisa ditunjukkan dalam konteks memberikan salam pada non-muslim. Di Indonesia, ada orang yang menganggap mengucapkan salam pada non-muslim adalah hal yang tidak perlu dilakukan karena dilarang oleh agama. Tapi ada juga yang menganggapnya boleh sebagai wujud dari toleransi antar umat beragama di Indonesia dan Allah SWT ingin agar umat Islam menjadi rahmat yang mendatangkan kebaikan pada orang-orang disekitarnya.

Sikap moderat sangat diperlukan untuk menyikapi hal ini karena meskipun sekitar 86% penduduk Indonesia menganut agama Islam, Indonesia tidak menjadikan aturan agama sebagai dasar merumuskan aturan negara. Sehingga kita perlu memandang hal ini–mengucapkan salam pada non muslim–dengan hati-hati.

Dalam kehidupan sehari-hari, mengucapkan salam serta bertegur sapa merupakan bagian dari interaksi sosial. Dengan kata lain melarang mengucapkan salam pada non muslim sama saja dengan merusak interaksi sosial. Dan bisa disimpulkan, pandangan seperti ini adalah pandangan yang keliru sebab Islam merupakan agama yang memperjuangkan kemanusiaan, keadilan, serta kedamaian.

c. Mengucapkan selamat di momen hari raya agama lain

Selain salam, mengucapkan selamat di momen hari raya agama lain kepada pemeluknya juga masih terus diperdebatkan hingga saat ini. Padahal jika dilihat secara objektif dan dipikirkan secara seksama, mengucapkan selamat–natal misalnya–merupakan perbuatan baik kepada sesama manusia yang diperintahkan oleh agama Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering memberikan teladan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada non muslim.

Namun perlu Grameds ingat, mengucapkan selamat bukan berarti menyetujui keyakinan orang lain. Mengucapkan selamat adalah bagian dari etiket pergaulan sosial. Jadi ucapan selamat kepada non muslim yang kamu ucapkan tidak boleh mengganggu akidah mu pada Allah serta Rasul-Nya dan kamu tidak mendukung keyakinan mereka. Jadi cukup ucapkan selamat untuk membangun solidaritas, menjaga hubungan antar tetangga atau teman.

Moderat dalam konteks yang lebih pribadi

Di luar politik dan agama, moderat juga bisa ditarik ke dalam konteks yang lebih pribadi. Dalam konteks ini moderat ditunjukkan dengan sikap karakter tertentu. Misalnya seperti keberanian dan kecintaan pada sesuatu.

Keberanian, jika dilihat dari sisi lain, bisa dianggap sebagai sikap serta perbuatan yang menjadi penengah antara ketakutan di sisi kiri dengan kenekatan di sisi kanan. Ketakutan merupakan kondisi saat seseorang tidak mempunyai keberanian sama sekali untuk melakukan sesuatu tanpa alasan yang logis. Sementara kenekatan adalah keberanian yang berlebihan dan tidak berdasar kepada perhitungan yang matang.

Keberanian berdiri di antara keduanya sebagai kemampuan untuk mengendalikan ketakutan dan mencegah kenekatan. Atau kamu bisa juga menyebutnya sebagai kenekatan yang terukur.

Kecintaan, berdiri di antara kebencian dan fanatisme. Kebencian sendiri adalah kondisi antipati pada suatu hal yang membuat seseorang menganggap negatif suatu subjek atau objek.

Sebaliknya, fanatisme merupakan rasa cinta yang tidak terkendali. Ketika seseorang menjadi fanatik pada sesuatu, dia tidak mampu melihat secara objektif, sehingga apapun yang berhubungan dengan yang dia cintai dianggap sebagai sesuatu yang positif.

Kecintaan menjadi penengah diantara keduanya. Artinya kecintaan dapat melihat sesuatu yang bersifat negatif atau positif secara tepat untuk kemudian diubah lagi menjadi sesuatu yang positif.

Demikian pembahasan tentang moderat, dari semua pembahasan di atas bisa dikatakan bahwa sudah seharusnya untuk kita agar selalu menjaga sikap moderat, sehingga bisa menghargai satu sama lain.

Jika kamu ingin memahami lebih dalam tentang moderat, maka bisa menemukan buku-buku mengenai moderat di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang

BACA JUGA:

  1. Pengertian Toleransi dan Contoh Sikap yang Penting untuk Diterapkan
  2. Contoh Sikap Toleransi dalam Kehidupan Sehari-Hari
  3. 5 Langkah Mudah untuk Menciptakan Pola Pikir Positif
  4. Apa Itu Mindset? Pengertian, Macam, dan Tips Mengembangkannya
  5. Mindset Orang Sukses, Seperti Apa Sih? 

About the author

Sevilla Nouval

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Instagram saya Sevilla