Agama Islam

Meneladani Kisah Keteladanan Nabi Ismail AS Terhadap Allah

Written by Yufi Cantika

Keteladanan Nabi Ismail – Jika kita menarik kembali sejarah tentang salah satu peristiwa kenabian yang paling berkesan dan menjadi awal mula dijadikannya ibadah idul adha yang identik dengan memotong hewan kurban sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kita kehidupan adalah peristiwa penting seorang nabi dan ayahnya yakni nabi Ismail AS dan nabi Ibrahim AS.

Peristiwa bersejarah tersebut khususnya bagi umat islam di seluruh dunia mengenai ketabahan seorang anak yakni nabi ismail yang karena perintah Allah SWT rela mengorbankan dirinya disembelih oleh ayahnya sendiri yakni nabi Ibrahim AS sebagai bentuk ketaatannya pada Allah SWT namun di saat-saat terakhir Allah menggantikan posisi nabi Ismail AS tersebut dengan mendatangkan seekor domba gemuk dari surga sebagai ganti penyembelihannya dan posisi nabi Ismail terselamatkan serta nabi Ibrahim lulus dari ujian Allah SWT mengenai ketaatannya melaksanakan perintah Tuhan.

Peristiwa tersebut menjadi sangat bersejarah karena mengandung pesan yang sangat mendalam tentang ketabahan seorang anak dan ketaatan seorang ayah dalam melaksanakan perintah Tuhannya dan sekaligus menjadi peristiwa yang mengharukan sebab pada akhirnya mereka dapat hidup bersama-sama kembali menjadi keluarga setelah lulus menghadapi ujian dari Allah SWT.

Sebagai umat muslim di era sekarang sudah sepatutnya kita bersyukur dengan terjadinya peristiwa tersebut karena kedepannya tidak ada lagi cerita seorang ayah harus mengorbankan putra tercintanya untuk disembelih melainkan diganti dengan hewan ternak lain seperti sapi, unta, dan domba. Dari kisah tersebut pun kita dapat meneladani banyak hal mengenai kisah ayah dan anak, ketaatan seorang hamba, serta ketabahan seorang anak kepada ayah dan Tuhannya.

Untuk itu sangat menarik jika pada pembahasan kali ini kami akan merangkum tentang keteladanan dari kisah nabi Ismail AS dan sangat baik bagi kita umat islam meneladani sifat-sifat dari nabi Ismail A.S tersebut sebagai panduan kita untuk menjalani kehidupan di dunia ini agar kita senantiasa melakukan kebaikan dan percaya dengan kuasa Tuhan. 

Untuk itu sebagai panduan dalam menjalani kehidupan tersebut kita juga harus mengetahui apa saja suri tauladan yang pernah dilakukan oleh nabi Ismail A.S tersebut dan pada pembahasan kali ini kami telah merangkum keteladanan nabi Ismail A.S untuk sobat Grameds pelajari dan praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Selanjutnya pembahasan tersebut telah kami sajikan di bawah ini!
Keteladanan Nabi Ismail

Riwayat Nabi Ismail

Isma’il atau Ismail (bahasa Arab: إسماعيل, translate. Ismā‘īl‎; bahasa Ibrani: יִשְׁמָעֵאל, Modern Yishmael Tiberias Yišmāʻēl) adalah tokoh dalam Al-Qur’an, Alkitab, dan Tanakh. Dalam Islam, dia dipandang sebagai nabi dan rasul.[1] Isma’il juga dikaitkan dengan Makkah dan pembangunan Ka’bah. Isma’il merupakan anak pertama Ibrahim dan moyang Muhammad. Keturunannya disebut `Arab al-Musta’ribah (“Arab yang di-Arabkan”), karena mereka bukan asli Arab dan mempelajari bahasa Arab dari penduduk asli setempat. Ayat yang menyatakan tentang kisah nabi Ismail AS adalah berikut ini:

“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ismail di dalam Kitab. Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi. Dan dia menyuruh keluarganya untuk (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridhai disisi Tuhannya.” (Q.S) Maryam (19): 54–55

Ismail adalah anak pertama dari Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar. Nabi Ismail dikenal sebagai anak yang saleh karena selalu menaati perintah Allah. Dikatakan bahwa kelahiran Nabi Ismail adalah jawaban atas doa yang selalu dipanjatkan Nabi Ibrahim kepada Allah. Nabi Ismail hidup dari sekitar tahun 1911 hingga 1779 SM. Dia adalah seorang nabi dari keyakinan agama islam. Nabi Ismail tinggal di Amaliq dan berkhotbah kepada orang-orang Al-Amaliq, Bani Jurhum dan Qabilah Yaman. Nabi Ismail wafat di Mekkah pada tahun 1779 SM. Nama Nabi Ismail disebutkan  12 kali dalam Al-Qur’an. Dalam bahasa Ibrani, Isma berarti mendengarkan dan El berarti Tuhan, jadi Ismael adalah dengarkan (doa kami wahai) Allah). Setelah sepuluh tahun, konon, saat menginjak usia 100 tahun, Allah SWT menganugerahkan Nabi Ibrahim as dikaruniai seorang putra lagi, yakni Nabi Ishaq, melalui Siti Sarah. Dari keturunan Nabi Ismail inilah kemudian lahir Nabi Muhammad. Pada saat yang sama, 15 nabi lahir dari keturunan nabi Ishaq, salah satunya adalah nabi Isa. Inilah sebabnya mengapa Nabi Ibrahim kemudian disebut sebagai Bapak Para Nabi.
Keteladanan Nabi Ismail

Meneladani Kisah Nabi Ismail AS

1. Kelahiran Nabi Ismail adalah Buah Kesabaran dari Seorang Ayah (Nabi Ibrahim)

Dikatakan bahwa Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Sarah belum dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim pun terus berdoa kepada Allah agar dikaruniai anak yang sholeh dan taat. Untuk sekali ini, Sarah tahu apa yang ditunggu suaminya. Namun, dia tidak bisa memenuhi keinginan suaminya karena dia memiliki rahim yang mandul. Kemudian Siti Sarah datang dengan rencana untuk membawa nabi Ibrahim lebih dekat dengan budaknya bernama Siti Hajar dan merencanakan untuk menikah.

Siti Sarah pun berharap melalui pernikahan ini Nabi Ibrahim dapat memiliki anak yang sholeh dari pernikahannya dengan Siti Hajar. Kemudian pada satu titik, Siti Sarah mengungkapkan sebuah rencana kepada suaminya. Kemudian Nabi Ibrahim berkata: “Pertama kita harus bertanya kepada Siti Hajar apakah dia setuju atau tidak.” Kemudian Siti Sarah dan Nabi Ibrahim bertanya langsung kepada Siti Hajar dan Siti Hajar pun setuju. Singkat cerita, Nabi Ibrahim dan Siti Hajar menikah dan kemudian Siti Hajar berhasil dihamili oleh suaminya (Nabi Ibrahim).

Kemudian, ketika Siti Hajar hamil 9 bulan, dia melahirkan seorang anak yang kelak menjadi Nabi Ismail. Dikatakan bahwa kelahiran Nabi Ismail merupakan jawaban atas doa yang selalu dipanjatkan Nabi Ibrahim kepada Allah. Tidak sia-sia, penantian selama puluhan tahun dari seorang ayah yakni Nabi Ibrahim membuahkan hasil dengan diberikannya seorang anak sebagai jawaban atas doa-doanya selama ini kepada Allah SWT.

2. Meyakini bahwa semua keputusan Allah SWT adalah yang terbaik dan mengandung hikmah di baliknya

Beberapa waktu setelah kelahiran Ismail, Allah menyuruh Nabi Ibrahim  pergi ke Mekah bersama Hajar dan putranya. Tanpa pikir panjang, Nabi Ibrahim mematuhi perintah Allah, membawa serta Hajar dan Ismail  melewati padang pasir dan berhenti di dekat tempat  bangunan Ka’bah sekarang berdiri. Tak lama setelah tiba di sana, Nabi Ibrahim  meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat itu untuk kembali ke Syam.

Hajar segera meraih baju Ibrahim dan berkata: “Wahai Ibrahim, kemana kamu akan pergi? Apakah kamu akan meninggalkan kami di sebuah lembah yang tidak ada siapa-siapa dan tidak ada apa-apa disini?” Hajar  mengulangi pertanyaannya, tetapi tidak ada  kata  yang keluar dari mulut Ibrahim. Bahkan Ibrahim tidak menoleh untuk menjawab kata-kata istrinya. Akhirnya Hajar berkata: “Apakah Tuhan memerintahkanmu sebelum semua ini?” Lalu tiba-tiba Ibrahim menjawab “Ya”. Dan Hajar  bisa menerima itu, dengan mengatakan: “Maka Tuhan tidak akan meninggalkan kita.”

Nabi Ibrahim AS melakukan perjalanan ke Mekkah atas  perintah Allah. Dia pindah bersama  istri keduanya Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail AS. Perintah  Allah ini terjadi karena Nabi Ibrahim AS mengambil keputusan setelah melihat istri pertamanya cemburu dengan kebahagiaan  Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar. Peristiwa hijrah ke Mekah ini terjadi dengan mengendarai seekor unta dan setelah mencapai Mekah mereka mulai mencari tempat perlindungan. Kami menemukan pohon untuk  digunakan untuk  berteduh, pohon tersebut  adalah pohon dauhah dan mereka  segera turun dari unta.

Nabi Ibrahim AS mulai meninggalkan istri dan anak-anaknya di bawah pohon dauha. Sebenarnya Nabi Ibrahim AS tidak berani meninggalkan istri dan anak-anaknya di tempat yang sangat sepi dan sepi ini, namun itu semua  karena perintah Allah, maka Nabi Ibrahim AS tidak mau melanggarnya. Sebelum Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan anak-anaknya, dia berkata kepada istrinya: “Takutlah kepada Tuhan yang telah memutuskan kehendak-Nya. Percaya pada kekuasaan dan rahmat-Nya.

Dia memerintahkan ku untuk membawamu (Hajar) ke sini.” Dialah yang memberikan keamanan pada tempat yang ditinggalkan ini. Tanpa perintah dan wahyu Allah, aku  tidak tega meninggalkanmu bersama putraku tercinta. Percayalah, wahai Hajar, bahwa Allah tidak akan meninggalkan kalian berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan berkahnya selalu turun untuk selama-lamanya, insya Allah.”

Siti Hajar hanya membawa sebotol air minum  dan beberapa  buah kurma. Hati Siti Hajar merasakan kedamaian setelah  pesan  Nabi Ibrahim AS. Di tempat yang sepi ini, Siti Hajar mulai berdoa kepada Tuhan agar selalu memberikan perlindungan agar dia bisa bertahan hidup di tempat yang kering dan sunyi ini.

3. Patuh dan taat kepada kedua orang tua

Suatu ketika Nabi Ibrahim AS sangat ingin bertemu dengan Siti Hajar dan Ismail dan meminta izin kepada Siti Sarah untuk pergi menemui Siti Hajar dan Ismail. Setelah mendapat izin dari Siti Sarah, Nabi Ibrahim AS mulai pergi ke tempat di mana ia meninggalkan istri dan anak-anaknya di tempat yang sepi dan sunyi. Sesampai di tempat tujuan, Nabi Ibrahim AS terkejut karena tempat yang dulu damai sekarang ramai dan dihuni dan kehidupan istri dan putranya membaik dan berkembang.

Siti Hajar yang melihat kedatangan Nabi Ibrahim AS sangat senang dan sangat bahagia, karena sudah lama tidak bertemu. Demikian pula Nabi Ibrahim AS sangat senang atas pertemuan putra dan istrinya dan segera meminta maaf karena harus meninggalkan istri dan putranya: “Wahai istri dan anakku, maafkan aku. Sampai sekarang aku belum pernah melihat situasi kalian karena harus berkhotbah untuk menyebarkan kebenaran kepada orang-orang di sana.”

Nabi Ibrahim yang terlalu lelah setelah menempuh perjalanan jauh, mulai beristirahat di Masy’aril Haram (sekarang Musdalifah). Nabi Ibrahim AS yang sedang tidur nyenyak, melihat dalam mimpi perintah untuk menyembelih putranya Ismail, sebagai pengorbanan kepada Allah.Setelah melihat mimpi ini, Nabi Ibrahim AS segera bangun dari tidurnya dan terus berpikir.

Menafsirkan arti mimpi menyembelih anaknya sejak lama, hingga pagi hari Nabi Ibrahim AS tidak bisa memejamkan mata dan masih mencoba menafsirkan mimpinya, ia ingin menceritakannya kepada istri dan putranya, tetapi takut menambah kekhawatiran dan kecemasan istri dan anaknya Setelah menunaikan tugas pagi dan sorenya, Nabi Ibrahim AS langsung tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya. Selama istirahat ini, Nabi Ibrahim AS mulai bermimpi bahwa ia diperintahkan untuk menyembelih putranya: “Hai Ibrahim. sembelihlah Ismail sebagai kurban kepada Allah S.W.T. ”

Perintah untuk menyembelih itu membuat Nabi Ibrahim AS bingung sehingga keringat bercucuran di dahinya. Hati Nabi Ibrahim AS mulai merasa tidak tenang dan gelisah, maka beliau mengambil air wudhu dan shalat. Setelah melihat dua mimpi berupa perintah untuk menyembelih, Nabi Ibrahim AS diyakinkan untuk menyembelih putranya untuk ketiga kalinya. Dalam mimpi ketiga, Nabi Ibrahim AS mulai meyakini bahwa perintah menyembelih adalah perintah dari Allah.

Setelah melalui banyak pertimbangan dan penuh keyakinan, Nabi Ibrahim AS tetap menyembelih putranya Ismail, meskipun setan menggodanya dengan perintah yang salah. Nabi Ibrahim pun memanggil anaknya dan mulai berbicara: “Anakku Ismail, bapak sangat ingin agar kamu selalu bersabar dan teguh dalam menerima perintah Allah.” Ismail sangat ikhlas dan sabar dalam menerima semua perintah: “Ayah, apa yang Allah perintahkan, katakan saja! Saya tetap sabar dan tabah, dan sebagai hamba Allah, semua perintahnya harus dipatuhi.

Jelaskan perintahnya dan saya akan bersabar untuk mendengarkannya.” Setelah mendengar semua penjelasan ayahnya, Ismail terus menunjukkan kesabaran dan kekuatan. Namun, istrinya Siti Hajar sangat terkejut mendengar semua perintah Allah yang diriwayatkan dalam mimpi Nabi Ibrahim AS. Siti Hajar juga mulai menangis, air mata mengalir di pipinya dan hanya bisa memeluk putra kesayangannya sebelum disembelih. Siti Hajar hanya bisa menangis karena jika itu perintah Allah, dia tidak bisa menolaknya dan akan tetap memenuhi semua perintah Allah. Keesokan harinya, Siti Hajar harus melepaskan putranya dari Nabi Ibrahim AS untuk membawanya menunaikan perintah Allah.

Dalam perjalanan ke tempat tujuan mereka, Nabi Ibrahim AS dan Ismail menerima banyak godaan dari setan untuk tidak mematuhi perintah Allah. Meski demikian, dengan keyakinan penuh, mereka berdua tetap melanjutkan perjalanan ke tempat penyembelihan Ismail. Setelah sampai di tempat tujuannya, Nabi Ibrahim tidak tega membunuh anaknya di sebuah bukit, maka ia menutupi wajah Ismail. Ketika Nabi Ibrahim AS ingin memenuhi perintah Allah, malaikat Jibril datang, yang dikirim Allah untuk mencegah penyembelihan.

Malaikat Jibril kemudian menggantikan Ismail dengan kambing dan mengatakan kepada Nabi Ibrahim AS “jadikan hari itu hari perayaan untuk kalian berdua dan berikan daging kambing kepada orang miskin”.Dan, peristiwa tersebut Allah SWT abadikan dalam sebuah ayat dalam kitab suci Al-Qur’an yang menceritakan kejadian tersebut tepatnya pada ayat berikut ini:

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab, Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” 

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Keteladanan Nabi Ismail

Kesimpulan

Sekian pembahasan singkat mengenai keteladanan dari kisah nabi Ismail A.S. Tidak sekedar membahas riwayat dari nabi Ismail A.S saja, tetapi juga membahas mengenai teladan apa saja yang bisa kita ambil dari kisah dan sifat seorang Nabi Ismail AS.

Dari kisah nabi Ismail AS yang telah disebutkan diatas bahwa banyak sekali suri tauladan yang dapat kita pelajari serta hikmah yang dapat kita petik untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Membaca serta meneladani kisah dan sifat Nabi Ismail A.S memberikan pelajaran bagi kita untuk selalu taat dan bersabar akan setiap ujian yang diberikan oleh Allah SWT.

Demikian ulasan mengenai keteladanan dari kisah nabi Ismail A.S.. Buat Grameds yang mau mempelajari semua hal tentang kisah keteladanan nabi Ismail A,S dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan agama lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com untuk mendapatkan buku-buku terkait.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi terbaik dan terbaru untuk kamu.

Penulis: Pandu Akram

Artikel terkait Keteladanan Nabi Ismail A.S.:

Pengertian Suhuf dan 5 Nabi yang Menerimanya

Doa Nabi Khidir Ini Saat Punya Keinginan atau Hajat

Sekaten adalah Upacara Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Doa-Doa Nabi Sulaiman AS dan Hikmahnya

 

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika