Biologi

Ekolokasi: Pengertian, Prinsip, Cara Kerja, dan Contohnya

Ekolokasi adalah
Written by Nandy

Ekolokasi adalah – Sistem sonar alam, atau yang kemudian lebih akrab disebut dengan ekolokasi, terjadi ketika hewan memancarkan gelombang suara yang kemudian memantulkan gema ketika mengenai suatu objek. Lalu, pantulan ini bisa memberikan berbagai macam informasi mengenai jarak maupun ukuran dari objek tersebut.

Oleh sebab itu, kemampuan yang satu ini bisa sangat membantu navigasi hewan yang memiliki penglihatan minim ataupun hewan-hewan yang hidup dalam kondisi yang tak mendukung penglihatan, seperti hidup di lingkungan yang gelap serta lingkungan bawah air. Diketahui lebih dari seribu spesies hewan kemudian melakukan sistem sonar alam ini, seperti kelelawar, semua paus bergigi, dan juga beberapa mamalia kecil.

Pada umumnya, hewan yang menggunakan ekolokasi adalah hewan nokturnal, penggali, serta penghuni laut yang sangat mengandalkan ekolokasi untuk dapat mencari makanan di lingkungan dengan sedikit ataupun tanpa menggunakan cahaya. Biasanya, hewan sudah memiliki beberapa metode dalam ekolokasi, seperti menggetarkan tenggorokan hingga mengepakkan sayap.

Oleh sebab itu, beberapa jenis burung nokturnal yang hidup dengan cara berburu di lingkungan gua yang gelap bisa menghasilkan bunyi klik pendek dengan syrinx, organ vokal burung, untuk melakukan ekolokasi. Selain itu, beberapa hewan lainnya juga dapat melakukan hal ini dengan mengklik lidah mereka, seperti yang biasa dilakukan oleh tenrec, hewan mirip tikus dari Madagaskar, serta dormouse kerdil Vietnam, yang tidak bisa melihat.

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang ekolokasi, untuk lebih jelasnya, simak artikel ini, Grameds.

Pengertian Ekolokasi

Ekolokasi adalah

pixabay.com

Penelitian dari Encyclopedia of Marine Mammals (Second Edition) menjelaskan bahwa ekolokasi adalah proses di mana hewan kemudian memperoleh penilaian lingkungannya. Hewan akan memancarkan suara serta mendengarkan gema sebagai suatu gelombang suara yang memantulkan objek yang berbeda ke lingkungan sekitarnya.

Sementara itu, dalam pengertian yang sangat umum, ekolokasi adalah hewan apa pun yang mengeluarkan suara kemudian dapat mendengar gema dari rintangan besar. Istilah ekolokasi bisa juga diartikan sebagai hewan yang memanfaatkan kemampuan ini secara teratur serta dalam mencari mangsa, navigasi, serta menghindari pemangsa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekolokasi adalah kemampuan makhluk hidup (terutama hewan) dalam mengeluarkan bunyi dan menangkap kembali pantulan bunyi dari objek-objek yang ada di sekitarnya, berfungsi sebagai alat navigasi.

Pengertian yang lebih singkat mengenai ekolokasi adalah sonar biologis yang kemudian menjadi alat pendengaran unik untuk digunakan oleh sejumlah spesies hewan. Proses ekolokasi ini bekerja dengan cara memancarkan gelombang suara berfrekuensi tinggi serta mendengarkan di mana suara tersebut memantul kembali (bergema). Dengan begitu, hewan yang melakukan ekolokasi bisa melakukan identifikasi terhadap objek dan juga bisa menavigasi lingkungan sekitarnya bahkan saat sedang tidak melihat.

Ekolokasi juga merupakan strategi logis di lautan, yang di mana suara bergerak lima kali lebih cepat dibanding di udara dan mengembalikan gema yang kemudian akan memberikan informasi tentang jarak serta ukuran objek. Misalnya, pada ikan lumba-lumba yang melakukan ekolokasi demi mencari entitas yang jauh lebih kecil, sehingga bisa membedakan objek-objek ini dengan baik. Ekolokasi pada lumba-lumba ini diyakini terjadi sekitar tahun 1947.

Ekolokasi pertama dilakukan dengan cara menempatkan cangkir hisap karet di atas mata Bottlenose lumba-lumba (Tursiops truncatus). Masih dari penelitian yang sama, hewan ini kemudian memiliki kemampuan untuk berenang dan menghindari berbagai rintangan. Adapun denyut ultrasonik juga bisa terdeteksi ketika mamalia lumba-lumba yang ditutup matanya berenang serta menghindari rintangan. Dalam hal ini, rintangan yang dimaksud, seperti labirin vertikal atau pipa lingkaran yang digantung.

Prinsip Dasar Ekolokasi

Ekolokasi adalah

pixabay.com

Dilansir Kidadl, ekolokasi ini dapat terjadi karena adanya sumber yang menghasilkan gelombang suara, yang biasanya dialami oleh hewan seperti kelelawar ataupun pada paus. Kemudian gelombang suara merambat melalui udara ataupun air yang kemudian memantul kembali dari suatu objek apa pun yang jatuh di jalurnya.

Hewan penghasil suara kemudian akan merasakan durasi waktu yang memisahkan gema yang berurutan serta mengetahui jarak masing-masing di antara objek di sekitarnya. Jika objek target bergerak, maka organisme ekolokasi bisa melakukan deteksi dengan cepat sesuai dengan suara yang dipantulkan.

Contoh Ekolokasi Pada Hewan

Ekolokasi adalah

pixabay.com

Ekolokasi atau disebut juga sebagai biosonar sebagai suatu sonar biologi yang digunakan oleh beberapa jenis binatang. Binatang yang mempunyai kemampuan ini kemudian akan mengeluarkan bunyi serta mendengarkan pantulan bunyi tersebut yang dipantulkan juga oleh objek-objek yang ada di sekitarnya.

Dengan menggunakan bunyi pantulan ini, maka binatang tersebut bisa mengidentifikasi keberadaan objek. Ekolokasi juga digunakan binatang sebagai alat navigasi untuk kemudian berkelana atau berburu.

Istilah ekolokasi juga dicetuskan oleh Donald Griffin yang bekerja Bersama dengan Robert Galambos yang menemukan kemampuan ekolokasi pada kelelawar pada tahun 1938. Jauh sebelum itu, pada abad ke 18, ilmuwan Italia Lazzaro Spallanzani dengan serangkaian percobaan kemudian menyimpulkan bahwa kelelawar melakukan navigasi tidak dengan penglihatan melainkan melalui pendengaran. Pada saat itu, ekolokasi yang ada di hewan paus belum dijelaskan, kemudian baru dua dekade setelah itu ekolokasi pada paus dijelaskan oleh Schevill dan McBride.

1. Kelelawar

Salah satu hewan yang paling terkenal dengan kemampuan ekolokasinya adalah kelelawar. Sebagai hewan nokturnal, kelelawar menggunakan sonar bawaannya untuk dapat mengejar mangsa yang terbang cepat di malam hari. Kebanyakan kelelawar, seperti kelelawar kecil Daubenton, mengencangkan otot laring mereka untuk dapat mengeluarkan suara di atas jangkauan pendengaran manusia ataupun yang biasa disebut dengan gelombang ultrasonik.

Bahkan, gelombang suara yang dihasilkan oleh kelelawar ini bisa memberikan pantulan balik serta memberi kelelawar informasi tentang ukuran, tekstur, jarak, dan arah dari suatu objek atau mangsa mereka.

Namun, yang perlu digarisbawahi adalah metode ekolokasi kelelawar ini bisa dibilang sangat beragam atau lebih tepatnya antara spesies yang satu dengan yang lainnya belum tentu sama. Oleh sebab itu, memungkinkan mereka untuk membedakan suara mereka di antara kelelawar lain di lingkungan tersebut.

Misalnya, pada kelelawar Eropa yang “berbisik” di hadapan ngengat agar kemudian mangsanya tersebut tidak dapat mendeteksi ekolokasi yang mereka lakukan. Namun, beberapa ngengat telah mengembangkan pertahanannya terhadap kelelawar yang melakukan ekolokasi. Ngengat macan memiliki kemampuan melenturkan organ tymbal di kedua sisi dadanya untuk menghasilkan bunyi klik yang di mana bisa memberikan gangguan terhadap sonar kelelawar dan menjauhkannya dari si predator.

2. Hewan Laut

Ekolokasi sebagai suatu strategi yang cerdas di lautan, di mana suara-suara kemudian bisa merambat lima kali lebih cepat dibandingkan dengan di udara. Lumba-lumba dan paus bergigi lainnya, seperti beluga, memiliki kemampuan untuk melakukan sistem sonar alam melalui organ khusus yang disebut juga sebagai bursae dorsal, yang letaknya ada di bagian atas kepala, dekat lubang sembur mereka.

Deposit lemak di area ini, kemudian akan disebut dengan melon, mengurangi impedansi, ataupun melalui resistensi terhadap gelombang suara, di antara tubuh lumba-lumba dan air, yang akan membuat suara lebih jernih. Dengan begitu, lumba-lumba bisa mendeteksi lingkungan sekitar.

Sementara itu, endapan lemak lain, yang membentang dari rahang bawah paus hingga kepada telinga, membuat mereka mampu menangkap gema yang muncul dari mangsanya, seperti diantaranya pada ikan atau cumi-cumi.

Pesut pelabuhan, mangsa favorit orca, akan membuat klik ekolokasi frekuensi tinggi yang sangat cepat hingga tak dapat didengar predatornya. Dengan begitu, masih bisa melakukan ekolokasi dalam penyamaran. Pada umumnya, sebagian besar gelombang suara ekolokasi mamalia laut terlalu tinggi untuk dapat didengar manusia, kecuali pada paus sperma, orca, dan beberapa spesies lumba-lumba lainnya.

3. Burung Merpati

Burung merpati memiliki kemampuan untuk mengenali lingkungan dalam kegelapan. Kemampuan tersebut disebabkan karena burung merpati memiliki kemampuan ekolokasi. Namun, kemampuan burung merpati dalam menggunakan ekolokasi sebetulnya telah diperdebatkan di kalangan ahli satwa sejak dahulu kala.

Hal ini karena burung merpati kemudian memiliki panca indera yang cukup baik jika dibandingkan dengan hewan ekolokasi lainnya. Namun, studi serta penelitian terbaru yang dicatat dalam Live Science kemudian mengungkapkan bahwa burung merpati memiliki kemampuan ekolokasi sekaligus dapat mendeteksi medan magnet bumi pada suatu tingkat tertentu melalui saraf di hidung mereka.

Itulah sebabnya burung merpati bisa pulang ke sarangnya tanpa memiliki berbagai hambatan berarti. Untuk kemampuan ekolokasi mereka, burung merpati juga pada umumnya menggunakan gelombang suara berfrekuensi rendah dalam menampilkan jalur pada peta yang telah ia rekam di memori di otaknya.

4. Celurut

Banyak orang yang masih menyamakan antara celurut serta tikus, padahal keduanya sangatlah berbeda. Celurut sebagai mamalia yang tergabung dalam famili Soricidae serta mereka dapat mengembangkan kemampuan ekolokasi karena penglihatannya sangatlah buruk.

Laman Britannica kemudian mencatat bahwa anak-anak celurut ini akan dilahirkan buta. Meskipun terlihat lemah, tetapi celurut juga merupakan penyintas di alam liar. Evolusi dari nenek moyang ke celurut modern ini berlangsung sejak 48 juta tahun silam. Berbeda dengan tikus, celurut bukan mangsa favorit dari predator. Hal ini karena celurut mengeluarkan bau yang sangat menyengat di saat-saat terdesak.

Penutup

Selain berburu ataupun saat membela diri, beberapa hewan yang menggunakan sistem sonar alam bertujuan untuk mengeksplorasi habitatnya. Misalnya saja pada kelelawar coklat besar, yang kemudian tersebar luas di seluruh Amerika, dengan menggunakan sonar mereka untuk berjelajah mengitari lingkungan yang bising, seperti pada hutan yang ramai dengan panggilan hewan lainnya. Saat banjir musiman, lumba-lumba yang ada di sungai Amazon juga dapat bergerak di sekitar cabang pohon serta rintangan lain dengan menggunakan kemampuan ekolokasi mereka.

Ternyata tidak hanya hewan, beberapa manusia juga dapat melakukan ini. Kebanyakan manusia yang melakukan ekolokasi kemudian memiliki gangguan penglihatan dan menggunakan keterampilan tersebut untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Beberapa manusia akan membuat klik, baik dengan lidah ataupun benda, seperti tongkat, yang kemudian menghasilkan navigasi lewat gema yang sudah dihasilkan. Fakta uniknya ialah pada saat dilakukan pemindaian otak manusia yang melakukan ekolokasi, terlihat bahwa bagian otak yang memproses penglihatan akan berperan aktif selama proses ekolokasi ini.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa ekolokasi adalah sonar biologis yang kemudian menjadi alat pendengaran unik untuk digunakan oleh sejumlah spesies hewan.

Rekomendasi Buku-Buku Terkait Ekolokasi

1. Kamus Biologi

Ekolokasi adalah

Biologi adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Istilah “biologi” dipinjam dari bahasa Belanda “biologie” yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, “hidup” dan “logos” (lambang, ilmu). Objek kajian biologi pada masa kini sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup dalam berbagai aspek kehidupannya. Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari segala yang hidup. Hal ini memungkinkan kita untuk memecahkan permasalahan yang masih menjadi “rahasia alam.” Biologi merupakan kelompok ilmu murni (poure science), kedudukannya sama dengan ilmu fisika, kimia, dan matematika.

2. Filsafat Biologi

Ekolokasi adalah

Ilmu pengetahuan pada dasarnya lahir dan berkembang sebagai konsekuensi dari usaha-usaha manusia, baik untuk memahami realitas kehidupan dari alam semesta maupun untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi, serta mengembangkan dan melestarikan hasil yang telah dicapai oleh manusia sebelumnya. Usaha-usaha tersebut terakumulasi sedemikian rupa sehingga membentuk tubuh ilmu pengetahuan dengan struktur yang khas. Struktur tersebut bukan barang jadi dan mapan, karena akan selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman.

Ilmu bukan suatu bangunan abadi, karena ilmu sebenarnya adalah bagian yang tidak pernah selesai. Materi buku Filsafat Biologi ini membahas tentang ilmu pengetahuan dan metode ilmiah, filsafat dan ilmu pengetahuan, konsep pengetahuan, perkembangan ilmu pengetahuan, serta keberadaan dan peran manusia.

Buku Filsafat Biologi ini ditujukan untuk mahasiswa biologi khususnya, dan para pemerhati filsafat pada umumnya. Harapan penulis semoga buku Filsafat Biologi ini dapat membantu dan bermanfaat. Masukan, kritikan, dan saran untuk perbaikan buku ini sangat diharapkan agar dalam penyusunan selanjutnya dapat lebih baik lagi.

3. Biologi Tanah Ekologi dan Makrobiologi Tanah

Ekolokasi adalah

Revolusi hijau yang merangsang tanaman agar berproduksi tinggi dengan mengandalkan bahan kimiawi saat ini terbukti telah gagal dalam menghasilkan bahan pangan yang sehat. Meskipun hasilnya cukup tinggi, produksi yang dihasilkan melalui revolusi ini mengandung bahan-bahan toksik ikutan atau sisa pupuk/pestisida yang merupakan senyawa karsinogenik (pemicu kanker) atau perusak saraf.

Hal ini juga menjadi salah satu penyebab tidak lakunya produksi buah/sayur negara kita dipasar dunia. Oleh karena itu di dunia pertanian, terutama di negara-negara maju, telah diarahkan kembali ke konsep pertanian organik modern yang salah satu intinya adalah merekayasa jasad-jasad hayati agar berperan lebih efektif dalam meningkatkan produksi pertanian (Bioteknologi Tanah). Di dalam buku ini disajikan pembahasan tentang ekologi tanah, termasuk di dalamnya interaksi biota tanah dan mikroba sebagai produsen zat-zat aditif. Kemudian, Pembahasan dilanjutkan dengan jasad-jasad hayati tanah dan fungsi utamanya.

4. Kamus Lengkap Biologi

Ekolokasi adalah

Dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan saat ini semakin berkembang dengan pesat yang disertai dengan semakin banyaknya arus informasi dan ilmu pengetahuan ilmiah yang masuk ke Indonesia, salah satu contohnya adalah dalam bidang ilmu Biologi. Dengan. semakin banyaknya penemuan-penemuan baru yang juga disertai dengan semakin banyaknya istilah-istilah baru dalam Ilmu Biologi harus diketahui masyarakat secara luas khususnya bagi para pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum, serta kalangan masyarakat ilmiah.

“KAMUS LENGKAP BIOLOGI” ini merupakan salah satu sarana penunjang yang dapat membantu pembaca untuk memahami istilah-istilah penting dalam ilmu Biologi. Di dalamnya banyak memuat materi-materi yang sangat penting untuk diketahui. Oleh sebab itu tidaklah salah jika “KAMUS LENGKAP BIOLOGI” ini dimiliki oleh para Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat Umum.

5. Makro Alga (Kajian Biologi, Ekologi)

Ekolokasi adalah

Makro alga atau sering disebut sebagai rumput laut berperan penting dalam ekologi perairan.Fungsi utamanya adalah sumber makanan utama yang kaya akan protein, balk untuk organisme laut itu sendiri maupun manusia. Dan tidak salah jika memposisikan makro alga sebagai komoditas masa depan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi manusia. Berbagai jenis makro alga sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri, baik pangan, kimia, dan farmasi. Selain itu, prospek pasar ekspornya sangat terbuka lebar.

Jika kamu ingin mencari buku tentang pernikahan Islami, maka bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Sofyan

Sumber: dari berbagai sumber

BACA JUGA:

  1. Hewan Mamalia: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contohnya
  2. Hewan Nokturnal, Si Penyuka Malam Hari
  3. Ciri-Ciri Hewan dan Habitatnya Supaya Makin Dekat dengan Alam
  4. Pengertian Hibernasi dan Contoh Hewan yang Hibernasi 
  5. Pengertian & Tanda Animal Communicator Palsu 

About the author

Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya